Setelah selesai menjenguk Naura, Vira langsung melajukan motornya pulang. Namun, saat di tengah perjalanan, Vira melihat sosok wanita yang dikenalinya.
"Della." Vira memanggil sahabatnya yang sedang berdiri memunggunginya seraya menelpon seseorang."Oh, hai ...." balas Della hanya dengan gerakan bibirnya saja, seraya melambaikan tangan dengan penuh senyuman. Lalu kemudian ia terdengar mengatakan sesuatu dan akhirnya mengakhiri telepon tersebut."Kenapa berhenti di sini? Mobilmu bermasalah?" tanya Vira setelah mereka berpelukan dan saling cipika-cipiki layaknya sahabat yang bertemu pada umumnya."Iya, tapi aku sudah menghubungi orang bengkel, mungkin sebentar lagi mereka datang.""Oh, ya sudah kalau begitu aku temani." Vira memperhatikan sekitarnya. "Bagaimana kalau kita minum es kelapa muda di situ, sembari menunggu orang bengkel datang?" Vira menunjuk sebuah warung kaki lima yang tidak jauh dari tempat mereka berada."Ide bagus. Ayo, kalau begitu kita ke sana," balas Della yang tak kalah semangat.Della adalah teman sekelas Vira mulai dari SD hingga SMP, Della juga termasuk anak orang kaya, namun ia mau berteman secara tulus dengan Vira, bahkan mereka berdua tetap menjadi sahabat hingga sampai saat ini.Namun, mereka berdua jadi jarang bertemu, yaitu semenjak Della menjadi seorang model papan atas di negara ini. Jadwal Della yang lumayan padat, membuat komunikasi kedua orang itu hanya bisa dilalui lewat ponsel saja.Della adalah sosok yang ramah dan rendah hati, oleh sebab itu ia begitu diidolakan oleh banyak orang, dan ia juga orang yang sederhana meski sebenarnya ia orang yang terkenal, buktinya ia tidak malu minum es kelapa muda di pinggir jalan seperti ini."Bagaimana pekerjaanmu?" tanya Vira setelah mereka duduk dan memesan es kelapa muda tersebut."Alhamdulillah baik, dan alhamdulilah lagi karena selalu diberi kelancaran." Lalu, mengalirlah obrolan yang menceritakan apa yang dilalui mereka masing-masing, yang dimulai setelah dari semenjak pertemuan mereka di tahun kemarin."Apa?" Della tanpa sadar berteriak, di saat ia mendengar cerita dari Vira, bahwa Lukman meminta izin menikah lagi."Hei, jangan teriak-teriak. Malu didengar orang," ujar Vira pelan yang nyaris berbisik.Della yang baru sadar, ia langsung menutup mulutnya dan meminta maaf. Namun, untung saja warung dalam keadaan sepi, dan sang penjual duduk cukup jauh dari mereka berdua. Jadi tidak ada orang yang bisa mendengar dengan jelas pembicaraan mereka.Lalu Vira kembali melanjutkan ceritanya, dan tak lupa juga ia memberi tahu tentang nasihat yang diberikan Bunda Asih kepadanya."Dasar gila! Dia sudah mendapatkan istri yang sempurna seperti dirimu. Tapi, bisa-bisanya dia meminta izin menikah lagi dengan alasan menolong janda!" protes Della kesal."Eeeh ... Tapi, kan Mas Lukman nggak maksa, dia ngebolehin kok kalau aku menolaknya," sahut Vira yang masih membela suaminya."Tck, itu bulshit. Lelaki bisa bicara seperti itu karena hanya untuk menarik simpati kita, lalu kemudian dia diam-diam akan selingkuh jika kita tidak ngasih izin ke mereka untuk nikah lagi. Ingat ya, orang kalau udah punya niatan nggak setia, dia bisa ngelakuin apa saja untuk memuaskan egonya. Termasuk selingkuh di belakang kita," tegas Della."Iya sih, dan aku juga tidak mau itu terjadi," sahut Vira lemah, ia tidak ingin suaminya melakukan dosa tersebut."Lalu, apa pilihanmu? Kalau menurutku lebih baik kalian pisah saja, mumpung kalian belum melangkah terlalu jauh, soalnya walaupun nanti kamu mau menerimanya ataupun menolaknya, hasilnya tetap akan makan hati.""Hei, sembarangan kamu kalau kasih solusi. Bisa-bisanya kamu menyuruhku pisah, sedangkan kamu sendiri mau bertahan di pernikahanmu yang jelas-jelas juga tidak sehat," balas Vira yang tidak bermaksud mengejek Della. Namun, Vira ingin Della bisa melihat bahwa tanpa sadar Della telah menjadi panutannya dalam menjalani rumah tangga, sebab Della rela tetap bertahan walau pernikahannya menyakitkan."Itukan karena aku memiliki alasan yang kuat," balas Della seraya memalingkan wajahnya.Bohong jika selama ini Della merasa tidak tersiksa dengan pernikahannya, ia bahkan menganggap dirinya sendiri sebagai wanita yang paling bodoh di dunia ini. Namun, nasi sudah menjadi bubur, Della pun tidak bisa mundur dari komitmen yang sudah ia pegang teguh sendiri.Nasib pernikahan Della tidak jauh berbeda dengan Asih, namun Della lebih keras kepala dalam memegang prinsipnya, dan itulah yang membuat Della masih bisa bertahan dalam pernikahan yang terbilang dalam ambang kehancuran ini.Semua orang pun tahu tentang kisah rumah tangganya, mengingat ia adalah orang tersohor di negara ini. Namun, Della tidak mau pusing menanggapi tanggapan orang-orang. Bagi Della, asalkan gosip rumah tangganya tidak berimbas buruk dengan pekerjaannya, ia cukup santai saja menghadapinya. Dan, malah kenyataan yang ada, gosip tentang rumah tangganya inilah yang mendongkrak karirnya semakin ke atas, sebab semua orang memberi banyak jempol atas ketangguhan Della dalam memegang prinsipnya."Kamu sudah tahu sendiri bukan? Aku bertahan dengan Nicole karena dulu aku yang ngotot ingin menikah dengannya, bahkan aku juga sampai menentang orang tuaku sendiri, dan gilanya bahkan sampai sekarang aku masih mempertahankannya. Dulu aku tidak mempedulikan perkataan orang-orang, karena aku yakin bisa merubah Nicole suatu hari nanti, namun kenyataannya ...." Della tersenyum getir, lalu kemudian ia menyedot kuat minumannya sendiri."Padahal Mama dan Papaku juga sudah menyuruhku untuk menyerah dengan pernikahan ini, mereka juga tidak akan mengejek aku karena aku akan menjilat ludahku sendiri. Namun, aku sendirilah yang beranggapan akan kalah jika aku sampai melakukannya.""Dan, aku juga tidak bisa berhenti jadi model untuk menuruti kemauan Nicole, karena menjadi model adalah impianku sejak dulu. Aku menganggap profesiku ini sebagai nafasku sendiri, dan aku bisa pisah dengan Nicole, tapi tidak dengan berhenti menjadi model. Namun, sialnya ... Nicole tidak mau menceraikan aku, dan dia tetap bermain dengan wanita lain, meskipun aku sudah mengizinkannya menikahi wanita yang diinginkannya," lanjut Della berapi-api.Dulunya Della sudah berkomitmen di hadapan orang tuanya dan juga Nicole, bahwa Della akan tetap mempertahankan pernikahannya dengan Nicole, meskipun hal-hal buruk yang dikatakan orang-orang tentang Nicole benar-benar terjadi, yaitu tentang Nicole yang sangat sering bermain dengan banyak wanita.Della mengatakan bahwa ia tidak akan menceraikan Nicole, kecuali Nicole sendirilah yang menceraikannya, dan saat itulah maka pernikahan mereka benar-benar berakhir.Namun, yang terjadi adalah, dengan kurang ajarnya Nicole tidak menceraikan Della, tapi ia juga tetap berselingkuh dengan banyak wanita, meskipun Della sudah mengizinkan suaminya itu menikah siri dengan para wanita pilihannya itu. Dan, semua itu terjadi karena Della yang tidak mau berhenti dari pekerjaannya, padahal Nicole sendiri awalnya juga mau berubah.Jadi, tidak ada yang bisa dilakukan Della saat ini kecuali pasrah, sebab ia juga tidak ingin melepaskan karir yang sudah ia bangun sejak lama, bahkan sebelum ia bertemu dengan Nicole."Jadi, sebelum pernikahanmu menjadi seperti pernikahanku, maka aku sarankan lebih baik kamu berpisah," lanjut Della mengakhiri kalimatnya.Sedangkan Vira sejenak tersenyum tipis, lalu kemudian ia dengan pelan menggelengkan kepalanya."Della, aku dan kamu memang mempunyai komitmen yang sama, kita berdua tidak akan bisa mengajukan gugatan cerai, kecuali suami kita yang menceraikan kita. Namun, bedanya jika di awal karena kamu mempertahankan egomu di depan orang tuamu. Tapi, kalau aku karena Tuhan, sebab pernikahan ini bagiku bukanlah mainan, aku harus mempertanggung jawabkan apa yang sudah aku pilih, dan menikah itu juga bentuk perjanjian kita dengan Tuhan, bukan karena dia adalah pasangan kita, maupun karena orang lain. Jadi, apapun yang terjadi ke depannya, aku juga akan tetap berusaha seperti kamu yang mencoba mempertahankan pernikahan ini."Beberapa hari kemudian, setelah cukup lama memikirkan keputusan apa yang akan Vira ambil, hari ini akhirnya Vira hendak memberikan jawabannya kepada Lukman."Sayang, kenapa melamun?" tanya Lukman seraya memeluk Vira. Vira yang sedang duduk melamun di teras belakang rumahnya, ia tersentak ketika tiba-tiba saja Lukman memeluknya dari belakang."Eh, Mas. Kok tumben sudah pulang?" Vira tentu terkejut, pasalnya ini masih jam dua siang, namun suaminya sudah sampai di rumah."Iya, tadi Mas disuruh nemenin Pak Yuda menemui klien dari luar negeri, lalu katanya setelah pulang, Mas tidak perlu kembali ke kantor lagi.""Oh ... Kalau begitu mau aku siapkan air mandinya sekarang?" tawar Vira.Lukman mengangguk seraya tersenyum, lalu kemudian ia mendaratkan ciuman di keningnya Vira.Setelah mengucapkan terima kasih, Vira langsung masuk ke dalam, sedangkan Lukman memilih duduk di kursi yang ada di teras tersebut.Sembari menunggu Vira selesai menyiapkan air mandinya, Lukman kembali memikirkan perkata
Setelah mengadakan acara lamaran yang hanya disaksikan oleh keluarga inti saja, lalu seminggu kemudian Lukman dan Ayu menggelar acara pernikahan mereka di kediaman Ayu sendiri.Mereka berdua tidak menggelar pesta pernikahan yang mewah, namun cukup meriah untuk menyambut para tamu undangan yang sebagian besar adalah teman dekat, tetangga, dan keluarga besar mereka saja.Di atas pelaminan, kedua orang yang baru saja dinyatakan sah sebagai pasangan suami istri, mereka berdua tampak tersenyum semringah menyambut ucapan selamat dari para tamu undangan yang datang.Sedangkan di sisi lain, Vira pun juga tengah sibuk menyambut para tamu undangan yang baru saja datang. Senyuman manis Vira tidak pernah luntur, seolah-olah ia juga ikut merasa bahagia dengan pernikahan suaminya. Namun, tidak ada yang tahu semuram apa hati Vira saat ini. Apalagi ketika Vira mulai mendengar bisik-bisik orang yang bergosip tentang rumah tangganya."Eh, Jeng. Ternyata mendapat istri yang cantik dan salihah saja, tidak
Setelah kepergian Vira dan Naura, hati Lukman menjadi tidak tenang. Ia memang masih bisa menanggapi obrolan dari keluarganya Ayu dengan baik, namun hati dan pikiran Lukman hanya terpaut ke Vira, sang istri pertamanya.Malam semakin larut, akhirnya satu persatu keluarga besarnya Ayu mulai pulang ke rumah masing-masing, sedangkan kedua orang tuanya Ayu sudah meninggal cukup lama. Jadi selama ini Ayu hanya tinggal berdua dengan anaknya, namun Ayu masih beruntung karena memiliki seorang tante yang rumahnya dekat dengan tempat tinggalnya, jadi jika ada apa-apa, tantenya itulah yang biasanya membantu Ayu.Kini hanya ada Lukman, Ayu, dan juga Winda anaknya Ayu yang sudah berada di dalam kamar.Ayu yang baru saja membersihkan make up nya, ia langsung keluar dari kamar mandi. Namun, Ayu sejenak menghentikan langkahnya ketika ia melihat wajah Lukman terlihat sedang cemas."Mas ...."Lukman tersentak ketika Ayu memanggilnya seraya memegang bahunya."Eh iya, ada apa?""Apa yang sedang Mas pikirka
Jam masih menunjukkan pukul empat pagi, namun sudah ada orang yang mengetuk pintu rumahnya Ayu.Ayu yang mengira itu Lukman, maka ia pun langsung bergegas membuka pintu rumahnya. Ayu langsung tersenyum manis, ketika ia membuka pintu rumahnya dan melihat Lukman yang sedang tersenyum di wajah kantuknya."Maaf karena sudah membangunkanmu," ujar Lukman seraya menguap. Lukman hanya tertidur selama dua jam saja, lalu kemudian ia buru-buru datang ke rumahnya Ayu. Lukman hanya tidak ingin tetangga Ayu melihat dia semalam tidak menginap di rumah Ayu, jadilah Lukman memaksakan diri untuk segera datang ke rumah Ayu, walaupun ia sangat lelah dan mengantuk. "Nggak apa-apa, Mas. Mas kelihatan ngantuk sekali, kalau begitu Mas istirahat saja di kamar."Lukman mengangguk, lalu kemudian ia langsung menuju ke kamarnya Ayu untuk tidur kembali. Sedangkan Ayu yang masih berada di tempatnya, ia tersenyum senang. Ayu merasa senang karena Lukman juga terlihat mementingkan perasaannya juga, buktinya Lukman
Melihat kepulangan Lukman dan Ayu, Vira pun buru-buru membayar belanjaannya dan langsung masuk ke dalam rumahnya. "Mas dan Ayu sudah pulang? Vira kira masih nanti siang, tunggu sebentar ya, Vira taruh ini dulu ke dapur," ujar Vira seraya menenteng satu kantong plastik berisi sayuran dan lauk yang tadi ia beli."Iya," sahut Lukman seraya tersenyum, sedangkan Ayu hanya menganggukkan kepalanya seraya tersenyum tipis.Lalu tidak lama kemudian, Vira keluar lagi dengan membawa nampan berisi dua cangkir kopi dan teh. "Ini diminum dulu, biar Winda gantian aku yang gendong, bahu kamu pasti sudah pegel kan?""Eh, memangnya tidak ngrepotin, Mbak?" tanya Ayu sungkan, namun benar apa yang dikatakan Vira, bahu ayu sudah terasa pegal karena sedari tadi sudah menggendong bayi gembul tersebut."Tidak apa-apa, sini ...." Vira langsung mengambil alih bayi tersebut, lalu kemudian ia sedikit menimangnya, karena Winda terlihat mulai mengantuk lagi."Masya Allah, cantiknya Winda, sama cantiknya dengan Mam
Malam harinya, Lukman yang baru saja menyelesaikan pekerjaannya di dalam ruang kerjanya, ia langsung pergi menyusul kedua istrinya yang sedang menonton televisi di ruang tengah."Eh, Mas Lukman. Sudah selesai?" tanya Ayu seraya tersenyum manis."Iya, aduh perutku lapar nih," keluh Lukman seraya memegangi perutnya. Padahal tadi dia sudah makan malam, tapi entah mengapa baru jam sembilan sudah merasa lapar lagi."Oh, kalau begitu biar Ayu yang siapkan makanan untuk, Mas Lukman." Ayu langsung sigap berdiri, ia begitu bersemangat melayani Lukman. Sedangkan Vira hanya diam saja, ia masih fokus mengikuti jalannya cerita sinetron yang sedang ditontonnya."Iya, tapi salad buah saja ya, dan terima kasih." Lukman mengusap lembut rambut Ayu yang sedang tidak memakai jilbab. Ayu memang melepas jilbabnya ketika di dalam rumah, berbeda dengan Vira yang hanya melepas jilbabnya ketika ia berada di dalam kamar.Seperti ada ribuan bunga yang bermekaran di hati Ayu, ketika ia merasakan lembutnya sentuha
Seminggu kemudian...Pagi ini di rumah kedua orang tuanya Lukman, sedang diadakan acara pengajian untuk para ibu-ibu kompleks yang berada di area tersebut.Hari ini hari Minggu, Lukman dan Ayu sedang libur, jadi mereka semua pagi-pagi sekali sudah pergi ke kediaman orang tuanya Lukman.Saat ini Vira tampak sedang sibuk di dapur, sedangkan Ayu berada di depan dengan anaknya, bersama ibunya Lukman, dan juga adik ipar mereka.Di saat acara makan-makan tiba, Vira dan para pelayan langsung menyajikan hidangan untuk para ibu-ibu tersebut, dan di saat Vira sudah berjalan mendekat, suara obrolan para ibu-ibu mulai terdengar di telinganya Vira."Wah, anakmu hebat sekali, Bu Desi. Sudah mendapatkan istri yang sempurna seperti Vira, kini Lukman sudah menikah lagi dengan Ayu, mana Ayu juga cantik dan pintar lagi," puji salah satu ibu-ibu tersebut.Sedangkan Desi, ibunya Lukman. Ia langsung tersenyum bangga. "Iya dong, Bu. Anak saya kan seorang direktur, kerjaannya sudah mapan, jadi hanya untuk me
Keesokan harinya, Ayu keluar dari kamar dengan rambut basahnya yang tergerai indah. Ayu yang biasanya tidak pernah pergi ke dapur, kecuali sarapannya sudah siap, kini dia berpura-pura sedang haus dan ingin mengambil air minum di dapur."Pagi, Mbak." Ayu menyapa Vira yang sedang memasak di dapur."Pagi, Ayu. Winda belum bangun?" tanya Vira yang tidak menoleh sama sekali ke arah Ayu, sebab Vira tengah sibuk memotong sayuran."Belum, Mbak. Mungkin sebentar lagi bangun," sahut Ayu seraya tersenyum kecut, padahal Ayu berniat pamer ke Vira, kalau semalam Lukman sudah 'menyentuhnya'.Vira hanya menjawab oh, lalu dia tetap fokus memasak. Sedangkan Ayu yang merasa kenyataan tidak sesuai dengan ekspektasi nya, ia segera pamit kembali ke kamar. Padahal tadi Ayu sudah membayangkan, jika Vira akan memasang raut wajah cemburu, sama seperti dirinya ketika melihat Lukman keluar dari kamar Vira, yaitu dengan rambut basahnya Lukman, dan juga wajah yang berseri-seri. Namun, yang dilihat Ayu justru seb
Pagi yang begitu cerah, sungguh berbeda dengan apa yang dirasakan oleh orang-orang yang sudah menyakiti dua wanita cantik yang saat ini tengah duduk di gazebo taman belakang rumahnya Daffa."Vir, kamu sudah tidak merasa mulas lagi?" tanya Della yang masih khawatir, sebab beberapa hari yang lalu Vira mengeluh mulas seperti orang yang akan melahirkan.Ya, saat ini Vira tengah mengandung sembilan bulan, dan kemarin sebenarnya adalah hari perkiraan Vira melahirkan, namun ternyata malah mundur dari jadwal, dan sampai saat ini Vira belum merasakan kontraksi lagi.Vira menggelengkan kepalanya. "Enggak, justru sekarang aku tidak merasakan sakit apapun, padahal dari sebulan yang lalu pinggulku rasanya mau copot karena pegal banget."Della tertawa, "masa sih?""Yee ... dibilangin nggak percaya. Ntar deh kamu rasain sendiri kalau sudah hamil tua, dan kata orang-orang tua sih itu memang hal wajar, sebab bayi sedang mencoba mencari jalan keluarnya, balas Vira yang teringat obrolannya dengan para
Setahun kemudian...Bugh ... Bugh ... Bugh ..."Bang, ampun ... Bang! Ampun ...." Suara jeritan Lukman terdengar hingga meja penjaga, namun para penjaga itu seolah tuli dan tidak mendengar teriakan kesakitan Lukman.Mereka sengaja membiarkan Lukman dipukuli terlebih dahulu, lalu baru beberapa menit kemudian salah satu penjaga itu akan datang untuk menghentikan aksi penyiksaan tersebut."Ampun, Bang. Kumohon ampun ...." Suara Lukman semakin melemah, ia hampir mati karena lemas sebab dipukuli dengan brutal."Brengsek! Rasain kamu, siapa suruh kamu mengambil makananku!""Enggak, Bang. Enggak ... bukan aku yang mengambilnya," sahut Lukman seraya menangis. "Halah, sekali pencuri ya tetap pencuri!" teriak lelaki itu seraya memukul dan menendang Lukman kembali.Kejadian ini sudah seperti makanan sehari-hari untuk Lukman, ia selalu difitnah mengambil makanan bos penguasa bilik penjara yang ditempatinya, lalu kemudian ia akan dihajar habis-habisan, padahal makanan milik bos itu telah dicuri o
Vira terus berlari tanpa mempedulikan tatapan para karyawan yang menatap heran, sebab Daffa mengejarnya dan terus memanggilnya."Vira, ... tunggu!" teriak Daffa terakhir kalinya sebelum Vira menutup pintu mobil."Kita jalan, Pak," ujar Vira seraya menghapus air mata yang menetes di pipinya."Tapi, Nya, Tuan Daffa terus memanggil, Nyonya.""Biarkan saja, atau Bapak ingin saya pulang sendiri?"Sang sopir yang takut jika dianggap mengabaikan Daffa, namun ia lebih takut jika Vira semakin marah hingga menyebabkan suatu kesalahan yang lebih fatal lagi."Baiklah, Nya." Mobil melaju dengan cepat, meninggalkan Daffa yang masih terus berteriak memanggil nama Vira.Sesampainya di rumah, Vira langsung pergi ke kamarnya, dan tak lupa ia juga mengunci pintu kamarnya. Vira terus menangis untuk menumpahkan semua rasa yang telah menghimpit dadanya.Di saat sedang menangis, Vira tiba-tiba saja ingat dengan perkataan Asih waktu itu, lalu apakah sekarang Vira boleh mulai merasa menyesal, karena tidak men
Keesokan harinya, Daffa merasa aneh dengan sikap Vira yang tiba-tiba saja berubah padanya. Ia hendak menyalahkan ibunya atas perubahan sikap istrinya. Namun sayangnya, ibunya tadi pagi-pagi sekali sudah berangkat kembali ke Singapura."Tck, ini pasti gara-gara sikap Ibu yang terlalu acuh, jadi Vira hari ini seperti menghindariku," gumam Daffa seraya mengguyur badannya dengan air.Saat ini Daffa sedang mandi, dan rencananya hari ini ia akan berangkat ke kantor.Vira yang tiba-tiba saja berubah menjadi pendiam, membuat Daffa bahkan tidak berani meminta jatah hariannya pada Vira, dan sontak saja hal itu membuat Daffa kesal."Huh! Padahal Vira sebentar lagi kedatangan tamu bulanannya, seharusnya kan beberapa waktu ini aku bekerja lebih keras lagi untuk membuatkan adik untuk Naura." Daffa tidak berhenti menggerutu, dan ia harus melampiaskan rasa kesalnya ini ke asistennya nanti.Setelah selesai mandi, Daffa langsung berganti pakaian yang sudah disiapkan Vira. Daffa tersenyum ketika melihat
Sejak perjalanan dari Bali ke Jakarta, Vira sudah gugup, apalagi sekarang mereka sudah sampai tepat di depan rumahnya Daffa.Dan, pemandangan tidak mengenakkan terjadi ...."Kak Daffa ...." Seorang gadis cantik bertubuh semampai terlihat berlari menghampiri Daffa, bahkan ia juga hampir memeluknya, jika saja Daffa tidak menghentikannya."Stop! Ketahuilah batasan, kalau kamu bukan anak kecil lagi!" "Kak Daffa, kenapa masih sedingin ini sih ...." ujar gadis tersebut dengan manja. "Oh, ini pasti Kakak Ipar. Hai, Kak. Salam kenal, aku Lisa, adiknya Kak Daffa."Vira tersenyum canggung, dalam benak ia jelas kebingungan, sebab Daffa tidak pernah cerita kalau dia memiliki seorang adik."Bukan! Dia bukan adikku, dia hanyalah seorang pengganggu dari kecil," sahut Daffa serius, namun itu dianggap candaan oleh Lisa."Aaah, Kakak ini bisa aja. Kalau begitu ayo, kita masuk. Tante sudah menunggu kalian." Seolah tidak mendengar perkataan Daffa, Lisa tetap berjalan di depan dengan penuh percaya diri.
Matahari semakin terik, namun Vira dan Della tampak tidak terganggu dengan cuaca panas saat ini."Del, aku rasa Ervan itu menyukaimu deh," ujar Vira yang mulai bisa melihat bahwa Ervan diam-diam sering mencuri pandang ke arah Della.Della mendesah, ia juga mengetahui kenyataan ini. Lebih tepatnya Della juga sudah mengetahui hal ini sejak lama."Kamu masih ingat nggak, dulu aku pernah cerita tentang cinta pertamaku," ujar Della dengan mata yang menerawang kenangan masa lalunya.Vira mengangguk. "Iya, cowok itu terlalu pendiam kan. Dan, meki dia terlihat menyukaimu, tapi dia tidak pernah menyatakan cinta padamu.""Iya, hingga akhirnya aku bertemu dengan Nicole. Dan bodohnya dia, dia baru menyatakan cinta setelah aku bersama Nicole."Vira tertawa, namun kemudian ia ingat sesuatu. "Eits, jangan bilang kalau itu Ervan ya? Astaghfirullah, kenapa aku juga baru ingat, cowok yang waktu itu kamu ceritakan, namanya juga Ervan bukan?"Vira sontak menepuk keningnya sendiri, bisa-bisanya ia lupa de
Selamat siang semuanya ~Terima kasih ya karena sudah setia ngikutin cerita KSML hingga bab ini. Oh ya, ini berkaitan dengan GA yang aku umumkan waktu itu, aku lihat posisi pemberi gem terbanyak, dan komentar paling banyak orangnya udah ganti posisi ya ...Di sini aku lihat ka @Rinlee yang menduduki posisi pertama pemberi gem terbanyak dan juga komentar terbanyak. Misalkan ada yang nggak percaya, kalian bisa mengeceknya sendiri.Jadi, di sini aku ingin memberi tahu bahwa, aku nggak buat aturan bahwa pemenang pemberi gem terbanyak dan komentar terbanyak harus berbeda orang. Jadi, misalkan Ka Rinlee ini tetap menduduki posisi pertama di pemberi gem terbanyak dan komentar terbanyak, jadi ia berhak menerima hadiah ke dua-duanya.Karena hadiah untuk saat ini Ria belum bisa kasih banyak, sebab antusias pembaca yang masih dibawa standard, jadi ria hanya bisa kasih pulsa/saldo dana dengan nilai masing-masing 25 ribu saja. Dan, misalkan nanti Ka Rinlee menang dua kategori itu sekaligus, maka i
Keesokan harinya.Semalam tidak ada drama Daffa meminta jatah pada Vira lagi, sebab Daffa mengerti kalau Vira benar-benar sangat lelah. Daffa juga sengaja membiarkan Vira bisa tertidur dengan pulas, agar hari ini Vira bisa menikmati liburannya bersama Della. Ya, hari ini Daffa terpaksa melepaskan Vira bersama sahabatnya itu, karena Daffa tiba-tiba saja diajak bertemu oleh rekan-rekan bisnisnya yang berada di Bali. Karena dalam pertemuan ini banyak bos-bos hidung belang, maka Daffa sengaja tidak mengajak Vira, sebab Daffa tidak rela jika istrinya itu jadi pusat perhatian rekan-rekan bisnisnya.Bagi Daffa, Vira terlalu cantik, jadi hanya dia saja yang boleh memandang dan mengagumi keindahan istrinya itu."Bos, kenapa kita tidak mengajak mereka berdua? Kan sekalian nanti mereka bisa jalan-jalan ke mall," ujar Ervan yang duduk di samping Daffa. Saat ini mereka berdua sedang berada di dalam mobil yang melaju menuju salah satu mall terdekat di daerah tersebut."Nggak, aku nggak sudi istr
Sesampainya di Bandara, mereka langsung pergi menuju hotel, karena hari sudah larut malam. Untung saja mereka tadi menaiki jet pribadi, jadi mereka bisa seenaknya sendiri mengubah jadwal penerbangan mereka.Vira, Daffa, dan Ervan berangkat ke Bali mundur dari jadwal, akibat kelakuan Daffa yang tidak bisa melepas Vira dalam kungkungannya.Hotel yang dipilih Daffa berada di sekitar pantai Kuta. Daffa sengaja memilih hotel di dekat pantai Kuta, agar Vira bisa pergi ke pantai kapanpun ia mau.Sesampainya di depan hotel."Vira, ...." teriak Della seraya melambaikan tangannya, lalu kemudian ia segera berlari menghampiri sahabatnya itu."Della, kamu di sini juga?" tanya Vira seraya membalas pelukan Della."Iya, kata Pak Bos ini sebagai hadiah karena aku menjadi sahabat terbaikmu."Vira yang mendengar itu, ia langsung menoleh ke arah Daffa. "Terima kasih, Mas," ujar Vira yang terlihat bahagia, sebab suaminya benar-benar memikirkan apa yang membuat ia senang, salah satunya dengan mengajak Del