Seminggu kemudian...Pagi ini di rumah kedua orang tuanya Lukman, sedang diadakan acara pengajian untuk para ibu-ibu kompleks yang berada di area tersebut.Hari ini hari Minggu, Lukman dan Ayu sedang libur, jadi mereka semua pagi-pagi sekali sudah pergi ke kediaman orang tuanya Lukman.Saat ini Vira tampak sedang sibuk di dapur, sedangkan Ayu berada di depan dengan anaknya, bersama ibunya Lukman, dan juga adik ipar mereka.Di saat acara makan-makan tiba, Vira dan para pelayan langsung menyajikan hidangan untuk para ibu-ibu tersebut, dan di saat Vira sudah berjalan mendekat, suara obrolan para ibu-ibu mulai terdengar di telinganya Vira."Wah, anakmu hebat sekali, Bu Desi. Sudah mendapatkan istri yang sempurna seperti Vira, kini Lukman sudah menikah lagi dengan Ayu, mana Ayu juga cantik dan pintar lagi," puji salah satu ibu-ibu tersebut.Sedangkan Desi, ibunya Lukman. Ia langsung tersenyum bangga. "Iya dong, Bu. Anak saya kan seorang direktur, kerjaannya sudah mapan, jadi hanya untuk me
Keesokan harinya, Ayu keluar dari kamar dengan rambut basahnya yang tergerai indah. Ayu yang biasanya tidak pernah pergi ke dapur, kecuali sarapannya sudah siap, kini dia berpura-pura sedang haus dan ingin mengambil air minum di dapur."Pagi, Mbak." Ayu menyapa Vira yang sedang memasak di dapur."Pagi, Ayu. Winda belum bangun?" tanya Vira yang tidak menoleh sama sekali ke arah Ayu, sebab Vira tengah sibuk memotong sayuran."Belum, Mbak. Mungkin sebentar lagi bangun," sahut Ayu seraya tersenyum kecut, padahal Ayu berniat pamer ke Vira, kalau semalam Lukman sudah 'menyentuhnya'.Vira hanya menjawab oh, lalu dia tetap fokus memasak. Sedangkan Ayu yang merasa kenyataan tidak sesuai dengan ekspektasi nya, ia segera pamit kembali ke kamar. Padahal tadi Ayu sudah membayangkan, jika Vira akan memasang raut wajah cemburu, sama seperti dirinya ketika melihat Lukman keluar dari kamar Vira, yaitu dengan rambut basahnya Lukman, dan juga wajah yang berseri-seri. Namun, yang dilihat Ayu justru seb
Vira dan Lukman mendadak menjadi canggung ketika mendapat pertanyaan seperti itu dari Ayu. Namun, karena Lukman sudah tidak tahan lagi, ia langsung menggandeng Vira menuju kamar seraya mengatakan, "Aku ada urusan sebentar dengan Vira, kamu siap-siap saja dulu. Setelah ini kita akan langsung berangkat, dan kita sarapan di luar saja."Lalu tidak lama kemudian, pintu kamar Vira tertutup. Ayu menatap nanar pemandangan tersebut. "Apakah, Mas Lukman semalam tidak puas denganku? Dan, sekarang dia minta dilayani Mbak Vira?"Ayu tentu merasa sakit hati. Namun, ia juga tidak bisa berbuat apa-apa, sebab Ayu bukanlah orang yang licik, dan sangat berambisi untuk merebut cintanya Lukman dengan berbagai cara. Karena Ayu sangat tahu rasa terima kasih, dan juga pentingnya menjaga perdamaian dengan kakak madunya.Empat puluh lima menit kemudian, Lukman dan Vira akhirnya keluar. Ayu yang sudah siap sedari tadi, ia langsung berdiri dari duduknya, lalu kemudian Ayu dan Lukman langsung pamit ke Vira untuk
Dua tahun kemudian...Cafe Pelangi."Wuih ... yang punya istri dua, tambah ganteng saja kamu," ujar Yuda setelah melihat kedatangan Lukman di hadapannya.Lukman tersenyum bangga, setelah berjabatan tangan, ia pun langsung duduk di kursi yang ada di hadapannya Yuda. "Iya dong, kamu sendiri bagaimana? Ada yang nyantol nggak di kantor pusat?"Yuda menggeleng. "Nggak ada, di sana aku malah disuruh kerja gila-gilaan sama CEO."Lukman tertawa ... "Itu sih memang sudah jadi deritamu, btw kamu sekarang dialih tugaskan ke sini lagi?"Yuda mengangguk. Yuda yang dua tahun kemarin dipindahkan ke kantor pusat, kini ia dikembalikan lagi ke kantor cabang dengan posisi yang masih sama."Baguslah, jadi sekarang aku punya teman ngopi lagi.""Halah ... gaya lu, padahal meskipun aku ada di sini, kamu pasti juga sibuk dengan istri-istrimu itu. Tapi, ngomong-ngomong rumah tangga kalian aman-aman saja kan?""Ya tentu aman lah, makanya aku tetap awet muda."Yuda mencibir. "Lha gimana nggak awet muda, udah pu
Sore harinya, setelah pulang dari cafe, Lukman pun langsung pulang ke rumah. Dan, sebuah pemandangan indah di rumah akan selalu menyambutnya. Yaitu apalagi jika bukan karena kedua istrinya yang terlihat akur menemani Winda bermain di akhir pekan ini."Assalamualaikum ....""Wa'alaikumsalam ...." sahut Vira dan Ayu kompak."A-yah ... A-yah, ...." Winda yang sudah mulai bisa bicara, ia langsung berlari ke arah Lukman dan memeluknya."Eh, anak Ayah udah cantik, lagi main apa?""Neka, neka." Menunjukkan sebuah boneka yang sedang dipegangnya, lalu kemudian anak itu langsung kembali berlari ke arah ibunya."Hati-hati, Sayang. Awas, nanti jatuh!" ujar Ayu seraya menangkap tubuh kecil Winda. Sedangkan anak tersebut hanya tertawa saja."Oh ya, Mas. Bagaimana kabarnya, Pak Yuda? Apakah dia akan bekerja di sini lagi?" Lanjut Ayu yang mempertanyakan kabar Yuda.Tadi siang, Lukman yang pamit kepada Vira dan Ayu untuk bertemu dengan Yuda, mereka berdua sengaja tidak ikut, sebab mereka sengaja membe
Beberapa hari kemudian..."Mas, kamu mau pergi ke mana lagi? Bukankah kamu baru saja pulang, kenapa pergi lagi?" tanya Vira yang heran dengan tingkah suaminya akhir-akhir ini.Entah mengapa sekarang Lukman jadi sering keluar malam, dan padahal dia baru saja datang dari kantor karena lembur."Oh ini, Mas ada janji dengan teman-teman Mas sekolah dulu, jadi nggak enak kalau nggak datang. Mas pergi dulu ya." Tanpa menunggu persetujuan Vira, Lukman pun langsung beranjak pergi.Setelah kepergian Lukman, Ayu yang sedari tadi berada di kamar, ia pun langsung keluar untuk menghampiri Vira."Mbak, ada hal penting yang harus saya bicarakan sama, Mbak," ujar Ayu yang terlihat gelisah, dan entah mengapa beberapa hari ini Ayu juga pulang sendiri dari kantor dengan menggunakan taksi. Sepertinya hubungan Ayu dan Lukman sedang tidak baik-baik saja.Vira mengangguk, lalu kemudian mereka berdua duduk di ruang tamu."Ada apa, Yu? Kenapa kalian berdua juga terlihat berbeda dari biasanya? Dan, kenapa sekara
Setelah pembicaraan kemarin, Vira kini mulai memikirkan apa saja yang akan ia minta dari Lukman. Berbeda dengan Ayu yang hanya bisa memendam kesal, sebab ia tidak bisa memprotes Lukman, ataupun meminta bantuan Vira agar ia mendapatkan hak yang sama seperti Vira.Ayu yang begitu sadar diri, ia hanya takut jika nantinya Lukman malah mengungkit hutang tinggalan mantan suaminya dulu, yang dilunasi oleh Lukman, sebab hutangnya tidaklah sedikit. Jadi Ayu hanya ingin mengambil amannya saja.Ayu pun juga jadi semakin mengerti, bahwa ia tidak begitu berarti bagi Lukman, sebab Lukman bisa melepaskannya dengan mudah. Oleh karena itu, mulai sekarang ia harus ekstra hati-hati untuk tidak memancing kemarahan Lukman. Ayu harus bertahan menjadi istri Lukman, hanya demi masa depan putrinya.Sedangkan Lukman sendiri, setelah pembicaraan itu, ia langsung pergi menemui Citra. Lukman pergi ke rumahnya Citra untuk meminta restu tantenya Citra, sebab Citra sudah tidak memiliki orang tua, dan rencananya mere
Setelah memenuhi semua permintaan Vira, Lukman akhirnya bisa menikahi Citra dengan tenang. Sebuah pesta pernikahan mewah telah digelar di dalam salah satu hotel bintang lima.Pesta seperti ini tentu dijadikan ajang perbandingan oleh para tamu, apalagi Lukman sudah menikah hingga tiga kali, dan Vira tentu saja yang mendapatkan tatapan kasihan dari para tamu."Eh, Bu. Kasihan ya si Vira, tapi dia juga bodoh. Kenapa sih dia mengizinkan suaminya menikah lagi? Kalau saja aku yang ada di posisi Vira, sudah pasti aku langsung minta cerai.""Iya, kalau aku sekalian kubuat miskin dulu suamiku sebelum kita bercerai. Enak saja si istri kedua tinggal menikmati hasilnya, padahal kita yang menemani perjuangannya dari awal.""Iya-iya, aku juga setuju dengan pemikiran Bu Romlah.""Eh, Ibu-ibu ... Bisa-bisanya ya Ibu-ibu ini ngegosipin orang yang punya acara di sini. Mana tidak ajak-ajak aku lagi," seloroh Della yang juga datang karena mendapatkan undangan dari Citra.Sebenarnya Della sangat malas dat
Pagi yang begitu cerah, sungguh berbeda dengan apa yang dirasakan oleh orang-orang yang sudah menyakiti dua wanita cantik yang saat ini tengah duduk di gazebo taman belakang rumahnya Daffa."Vir, kamu sudah tidak merasa mulas lagi?" tanya Della yang masih khawatir, sebab beberapa hari yang lalu Vira mengeluh mulas seperti orang yang akan melahirkan.Ya, saat ini Vira tengah mengandung sembilan bulan, dan kemarin sebenarnya adalah hari perkiraan Vira melahirkan, namun ternyata malah mundur dari jadwal, dan sampai saat ini Vira belum merasakan kontraksi lagi.Vira menggelengkan kepalanya. "Enggak, justru sekarang aku tidak merasakan sakit apapun, padahal dari sebulan yang lalu pinggulku rasanya mau copot karena pegal banget."Della tertawa, "masa sih?""Yee ... dibilangin nggak percaya. Ntar deh kamu rasain sendiri kalau sudah hamil tua, dan kata orang-orang tua sih itu memang hal wajar, sebab bayi sedang mencoba mencari jalan keluarnya, balas Vira yang teringat obrolannya dengan para
Setahun kemudian...Bugh ... Bugh ... Bugh ..."Bang, ampun ... Bang! Ampun ...." Suara jeritan Lukman terdengar hingga meja penjaga, namun para penjaga itu seolah tuli dan tidak mendengar teriakan kesakitan Lukman.Mereka sengaja membiarkan Lukman dipukuli terlebih dahulu, lalu baru beberapa menit kemudian salah satu penjaga itu akan datang untuk menghentikan aksi penyiksaan tersebut."Ampun, Bang. Kumohon ampun ...." Suara Lukman semakin melemah, ia hampir mati karena lemas sebab dipukuli dengan brutal."Brengsek! Rasain kamu, siapa suruh kamu mengambil makananku!""Enggak, Bang. Enggak ... bukan aku yang mengambilnya," sahut Lukman seraya menangis. "Halah, sekali pencuri ya tetap pencuri!" teriak lelaki itu seraya memukul dan menendang Lukman kembali.Kejadian ini sudah seperti makanan sehari-hari untuk Lukman, ia selalu difitnah mengambil makanan bos penguasa bilik penjara yang ditempatinya, lalu kemudian ia akan dihajar habis-habisan, padahal makanan milik bos itu telah dicuri o
Vira terus berlari tanpa mempedulikan tatapan para karyawan yang menatap heran, sebab Daffa mengejarnya dan terus memanggilnya."Vira, ... tunggu!" teriak Daffa terakhir kalinya sebelum Vira menutup pintu mobil."Kita jalan, Pak," ujar Vira seraya menghapus air mata yang menetes di pipinya."Tapi, Nya, Tuan Daffa terus memanggil, Nyonya.""Biarkan saja, atau Bapak ingin saya pulang sendiri?"Sang sopir yang takut jika dianggap mengabaikan Daffa, namun ia lebih takut jika Vira semakin marah hingga menyebabkan suatu kesalahan yang lebih fatal lagi."Baiklah, Nya." Mobil melaju dengan cepat, meninggalkan Daffa yang masih terus berteriak memanggil nama Vira.Sesampainya di rumah, Vira langsung pergi ke kamarnya, dan tak lupa ia juga mengunci pintu kamarnya. Vira terus menangis untuk menumpahkan semua rasa yang telah menghimpit dadanya.Di saat sedang menangis, Vira tiba-tiba saja ingat dengan perkataan Asih waktu itu, lalu apakah sekarang Vira boleh mulai merasa menyesal, karena tidak men
Keesokan harinya, Daffa merasa aneh dengan sikap Vira yang tiba-tiba saja berubah padanya. Ia hendak menyalahkan ibunya atas perubahan sikap istrinya. Namun sayangnya, ibunya tadi pagi-pagi sekali sudah berangkat kembali ke Singapura."Tck, ini pasti gara-gara sikap Ibu yang terlalu acuh, jadi Vira hari ini seperti menghindariku," gumam Daffa seraya mengguyur badannya dengan air.Saat ini Daffa sedang mandi, dan rencananya hari ini ia akan berangkat ke kantor.Vira yang tiba-tiba saja berubah menjadi pendiam, membuat Daffa bahkan tidak berani meminta jatah hariannya pada Vira, dan sontak saja hal itu membuat Daffa kesal."Huh! Padahal Vira sebentar lagi kedatangan tamu bulanannya, seharusnya kan beberapa waktu ini aku bekerja lebih keras lagi untuk membuatkan adik untuk Naura." Daffa tidak berhenti menggerutu, dan ia harus melampiaskan rasa kesalnya ini ke asistennya nanti.Setelah selesai mandi, Daffa langsung berganti pakaian yang sudah disiapkan Vira. Daffa tersenyum ketika melihat
Sejak perjalanan dari Bali ke Jakarta, Vira sudah gugup, apalagi sekarang mereka sudah sampai tepat di depan rumahnya Daffa.Dan, pemandangan tidak mengenakkan terjadi ...."Kak Daffa ...." Seorang gadis cantik bertubuh semampai terlihat berlari menghampiri Daffa, bahkan ia juga hampir memeluknya, jika saja Daffa tidak menghentikannya."Stop! Ketahuilah batasan, kalau kamu bukan anak kecil lagi!" "Kak Daffa, kenapa masih sedingin ini sih ...." ujar gadis tersebut dengan manja. "Oh, ini pasti Kakak Ipar. Hai, Kak. Salam kenal, aku Lisa, adiknya Kak Daffa."Vira tersenyum canggung, dalam benak ia jelas kebingungan, sebab Daffa tidak pernah cerita kalau dia memiliki seorang adik."Bukan! Dia bukan adikku, dia hanyalah seorang pengganggu dari kecil," sahut Daffa serius, namun itu dianggap candaan oleh Lisa."Aaah, Kakak ini bisa aja. Kalau begitu ayo, kita masuk. Tante sudah menunggu kalian." Seolah tidak mendengar perkataan Daffa, Lisa tetap berjalan di depan dengan penuh percaya diri.
Matahari semakin terik, namun Vira dan Della tampak tidak terganggu dengan cuaca panas saat ini."Del, aku rasa Ervan itu menyukaimu deh," ujar Vira yang mulai bisa melihat bahwa Ervan diam-diam sering mencuri pandang ke arah Della.Della mendesah, ia juga mengetahui kenyataan ini. Lebih tepatnya Della juga sudah mengetahui hal ini sejak lama."Kamu masih ingat nggak, dulu aku pernah cerita tentang cinta pertamaku," ujar Della dengan mata yang menerawang kenangan masa lalunya.Vira mengangguk. "Iya, cowok itu terlalu pendiam kan. Dan, meki dia terlihat menyukaimu, tapi dia tidak pernah menyatakan cinta padamu.""Iya, hingga akhirnya aku bertemu dengan Nicole. Dan bodohnya dia, dia baru menyatakan cinta setelah aku bersama Nicole."Vira tertawa, namun kemudian ia ingat sesuatu. "Eits, jangan bilang kalau itu Ervan ya? Astaghfirullah, kenapa aku juga baru ingat, cowok yang waktu itu kamu ceritakan, namanya juga Ervan bukan?"Vira sontak menepuk keningnya sendiri, bisa-bisanya ia lupa de
Selamat siang semuanya ~Terima kasih ya karena sudah setia ngikutin cerita KSML hingga bab ini. Oh ya, ini berkaitan dengan GA yang aku umumkan waktu itu, aku lihat posisi pemberi gem terbanyak, dan komentar paling banyak orangnya udah ganti posisi ya ...Di sini aku lihat ka @Rinlee yang menduduki posisi pertama pemberi gem terbanyak dan juga komentar terbanyak. Misalkan ada yang nggak percaya, kalian bisa mengeceknya sendiri.Jadi, di sini aku ingin memberi tahu bahwa, aku nggak buat aturan bahwa pemenang pemberi gem terbanyak dan komentar terbanyak harus berbeda orang. Jadi, misalkan Ka Rinlee ini tetap menduduki posisi pertama di pemberi gem terbanyak dan komentar terbanyak, jadi ia berhak menerima hadiah ke dua-duanya.Karena hadiah untuk saat ini Ria belum bisa kasih banyak, sebab antusias pembaca yang masih dibawa standard, jadi ria hanya bisa kasih pulsa/saldo dana dengan nilai masing-masing 25 ribu saja. Dan, misalkan nanti Ka Rinlee menang dua kategori itu sekaligus, maka i
Keesokan harinya.Semalam tidak ada drama Daffa meminta jatah pada Vira lagi, sebab Daffa mengerti kalau Vira benar-benar sangat lelah. Daffa juga sengaja membiarkan Vira bisa tertidur dengan pulas, agar hari ini Vira bisa menikmati liburannya bersama Della. Ya, hari ini Daffa terpaksa melepaskan Vira bersama sahabatnya itu, karena Daffa tiba-tiba saja diajak bertemu oleh rekan-rekan bisnisnya yang berada di Bali. Karena dalam pertemuan ini banyak bos-bos hidung belang, maka Daffa sengaja tidak mengajak Vira, sebab Daffa tidak rela jika istrinya itu jadi pusat perhatian rekan-rekan bisnisnya.Bagi Daffa, Vira terlalu cantik, jadi hanya dia saja yang boleh memandang dan mengagumi keindahan istrinya itu."Bos, kenapa kita tidak mengajak mereka berdua? Kan sekalian nanti mereka bisa jalan-jalan ke mall," ujar Ervan yang duduk di samping Daffa. Saat ini mereka berdua sedang berada di dalam mobil yang melaju menuju salah satu mall terdekat di daerah tersebut."Nggak, aku nggak sudi istr
Sesampainya di Bandara, mereka langsung pergi menuju hotel, karena hari sudah larut malam. Untung saja mereka tadi menaiki jet pribadi, jadi mereka bisa seenaknya sendiri mengubah jadwal penerbangan mereka.Vira, Daffa, dan Ervan berangkat ke Bali mundur dari jadwal, akibat kelakuan Daffa yang tidak bisa melepas Vira dalam kungkungannya.Hotel yang dipilih Daffa berada di sekitar pantai Kuta. Daffa sengaja memilih hotel di dekat pantai Kuta, agar Vira bisa pergi ke pantai kapanpun ia mau.Sesampainya di depan hotel."Vira, ...." teriak Della seraya melambaikan tangannya, lalu kemudian ia segera berlari menghampiri sahabatnya itu."Della, kamu di sini juga?" tanya Vira seraya membalas pelukan Della."Iya, kata Pak Bos ini sebagai hadiah karena aku menjadi sahabat terbaikmu."Vira yang mendengar itu, ia langsung menoleh ke arah Daffa. "Terima kasih, Mas," ujar Vira yang terlihat bahagia, sebab suaminya benar-benar memikirkan apa yang membuat ia senang, salah satunya dengan mengajak Del