Tiba-tiba saja Lusi menyeringai tajam. Dia menatap pria itu dengan tajam pula. Entah apa yang sedang dipikirkan oleh sang wanita, tetapi Raka merasakan ada sesuatu yang akan terjadi kepadanya. Dia ingin bertanya kenapa Lusi bersikap seperti itu tetapi tentu saja tidak ada keberanian untuk melontarkannya. Sebab Raka tahu jika dia banyak bertanya dan juga banyak protes, maka pria itu tidak akan mendapatkan apa pun dari Lusi. "Bagaimana, Lus? Apakah kamu bisa memberikan aku pinjaman 200 juta? Aku janji akan mengembalikannya dengan cara apa pun. Kamu tenang saja, kali ini aku tidak akan mengingkarinya," ucap Raka berusaha untuk meyakinkan Lusi. "Mengingkari janji? Jadi, ternyata kamu sudah mengaku kalau selama ini kamu mengingkari janji kepadaku, Mas?" tanya Lusi lagi-lagi wanita itu pasti menyindir tentang kelakuan Raka yang sudah menduakan sang wanita.Raka ingin sekali memberikan protes kepada Lusi, agar wanita itu tidak terus-terusan memojokkannya dan menyalahkannya. Ya, Raka akui
Sesudah Ashar, Pak Bara pun datang membawa semua peralatan yang dibutuhkan oleh Lusi. Bahkan dia juga membawa laptop untuk mengetik semua yang akan dijadikan perjanjian oleh wanita itu. Sebenarnya, Pak Bara juga tidak mengerti apa yang sedang direncanakan oleh Lusi. Tetapi lagi-lagi dia hanya bisa menuruti kemauan Lusi, sebab dirinya hanyalah sebagai seorang pengacara yang berusaha mengabulkan permintaan Lusi, sesuai hukum yang berlaku di Indonesia. Lusi menyambut kedatangan Pak Bara dengan semangat, karena itu artinya sebentar lagi rencana yang sangat apik akan dibuat oleh wanita itu. Tanpa berlama-lama lagi, mereka berdua langsung berbicara serius. Di sini, Maura tidak diperbolehkan masuk karena tidak mau sampai gadis itu mengetahui apa yang sedang direncanakan terhadap Raka. Walaupun ada darah yang sama mengalir dari kedua wanita itu, tetap saja Maura juga lahir dari seorang Ibu yang serakah dan jahat. Jadi, ini mengantisipasi agar Maura tidak membuat rencana jahat untuk dirinya
"Bagaimana kalau misalkan Raka tidak setuju dan memberontak, Nak Lusi?" Pak Bara menanyakan itu karena dia yakin, Raka pasti mengajukan protes sebab sebelumnya Raka adalah Bos di semua usaha milik Lusi. Tetapi tiba-tiba menjadi turun derajat sebagai anak buah Lusi. Pasti banyak yang mengejek Raka dan menjadikan pria itu sebagai bahan olok-olok.Lusi tersenyum penuh kemenangan. "Tentu saja aku tahu, pasti Mas Raka akan protes. Tetapi kalau dia protes, maka aku akan menagih uang yang dia pinjam. Kalau Mas Raka tidak mau mengikuti semua perjanjian ini, tentu saja dia akan dipenjara lagi, Pak. Itulah yang kumaksud. Jika dia tidak mendapat hukuman dariku, maka dia harus mendapat hukuman legal dari pemerintah," ungkap Lusi kepada Pak Bara. "Apakah itu tidak akan mencelakakan dirimu di kemudian hari?" tanya Pak Bara. Dia takut jika apa yang dilakukan Lusi sekarang malah membuat wanita itu sengsara di kemudian hari. Karena bagaimanapun dendam tidak akan pernah berakhir bahagia. Pasti ada s
"Sudahlah, Bu. Jangan terus-terusan menyalahkan Lusi. Lagian, memang Ibu di sini yang salah. Harusnya Ibu tuh tidak perlu foya-foya sampai meminjam kepada rentenir. Kalau memang uang yang diberikan kurang, Ibu bilang kepadaku. Nanti aku akan berikan lebih. Bukan cara seperti ini. Sekarang apa? Akhirnya Ibu dipenjarakan dan kita juga tersiksa sendiri," papar Raka. Memang pada kenyataannya seperti itu. Jangan sampai ibunya menyalahkan Lusi. Pria itu juga tidak berniat untuk memberitahu kalau uang yang akan didapatkannya itu dari Lusi. Kalau sampai mengetahui, maka wanita paruh baya itu pasti akan menolaknya, mengingat jika Bu Sinta itu sekarang semakin kesal kepada Lusi dan berniat untuk menjatuhkan mantan istrinya. "Kenapa kamu malah menyalahkan Ibu, sih? Selama ini Ibu itu berjuang untuk menyekolahkan kamu, biar kamu itu bisa bekerja dengan baik dan akhirnya mendapatkan istri yang lebih kaya dari kamu juga, kan? Jadi, sewajarnya kalau Ibu meminta kehidupan nyaman kepadamu, bukan mal
"Oh, ya. Tunggu dulu! Bisakah aku bertanya sesuatu kepadamu?" tanya Devan. Dia benar-benar tidak bisa menunda lagi rasa penasarannya. Kalau misalkan menunggu sampai bertemu berdua, takutnya Lusi akan tahu dan berakibat fatal lagi. Lusi bisa saja berpikiran buruk kepada Devan. Jadi, dia akan bertanya langsung tentang siapa Maura sebenarnya."Iya, Mas. Apa yang ingin kamu tanyakan?" Maura begitu antusias karena mendapat pertanyaan dari Devan. Jarang sekali Devan bertanya perihal masalah pribadi, tetapi gadis itu tidak tahu bahwa dia sudah membuka kesempatan orang lain untuk mencari tahu tentang masa lalunya yang pahit. Detik-detik di mana gadis itu mau tidak mau akhirnya menceritakan siapa sebenarnya dirinya. Ketakutan yang sebelumnya tidak pernah ada pun tiba-tiba saja menyeruak, sebab Devan ingin tahu asal usul dari Maura. "Kalau boleh tahu, kamu siapanya Lusi, ya?" Gadis itu langsung tertegun. Senyuman yang sebelumnya terpancar pun memudar begitu saja. Dia benar-benar kaget kare
"Syukurlah kalau misalkan memang kamu diperlakukan baik oleh Lusi. Karena aku tahu Lusi orang yang sangat baik, tulus dan juga penyayang. Tetapi karena pengkhianatan suaminya, Lusi jadi bersikap keras dan juga tidak mudah percaya kepada orang lain. Aku juga harap kamu bisa menjaga kepercayaannya karena kalau tidak, kamu akan bernasib sama seperti Mila dan Raka." Tubuh Maura menegang di tempat setelah mendengar perkataan dari Devan. Pria itu seolah-olah memberikan sang gadis peringatan agar Maura tidak melakukan kesalahan. Dia jadi merasa tersindir sebab gadis itu punya rencana khusus untuk mendekati Devan lewat Lusi.Maura sampai meneguk saliva dengan susah payah, mengingat kalau dia juga sudah punya niat yang buruk kepada Lusi. Namun demikian, dia tidak bisa mengendalikan perasaan ini. Mungkin terdengar mustahil karena Maura langsung jatuh cinta pada pandangan pertama, tetapi karena kurangnya kasih sayang seorang Ayah membuat Maura tidak punya filter, tidak menemukan cinta pertamany
Keesokannya pagi-pagi sekali Maura dan Lusi berangkat ke sebuah SMA ternama yang berada di kota itu. Lusi tidak akan pernah tanggung-tanggung menyekolahkan adiknya. Karena bagaimanapun Muara punya hak yang sama dengan dirinya atas harta Darma.Namun demikian, wanita itu masih berusaha untuk menutupi identitasnya sampai waktunya tiba. Jika Maura benar-benar menjadi seorang gadis yang baik sesuai dengan aturan yang dia buat, maka Lusi akan mengatakan tentang siapa dirinya yang sebenarnya. Tetapi jika Maura berakhir seperti Mila, maka Lusi memilih untuk menutupi segalanya agar Maura tidak sedikit pun mengganggu kehidupan Lusi kelak. Setelah mendaftarkan Maura dan mendapat kelas, gadis itu memilih untuk segera pergi lagi bersama Lusi. Mereka harus mempersiapkan segalanya untuk besok dan hari ini jadwalnya hanya untuk pendaftaran saja. Maura begitu senang dan takjub melihat bangunan yang megah di sini. Memang berbeda jika sekolahnya berada di pusat kota, jauh sekali dengan sekolahnya yan
"Kenapa kamu mau membukakan pintu untuk Pak Bara sementara tidak untukku?" tanya Raka saat dia sudah sampai rumah Lusi. Untunglah Pak Bara cepat datang, kalau tidak mungkin dia akan berlama-lama di luar gerbang dan menjadi tontonan para tetangga. Lusi seolah tidak menghiraukan pertanyaan Raka dan memilih untuk mempersilakan keduanya masuk. Raka merasa kesal. Tetapi dia juga tidak bisa berbuat apa-apa. Kalau misalkan dia berdebat dengan Lusi, pada akhirnya pria itu tidak akan mendapatkan uang sepeserpun dari mantan istrinya. Mereka pun duduk bertiga. Sebelumnya Lusi menyuruh Maura untuk tidak masuk ke ruang tamu, ini dikarenakan Raka tidak boleh tahu kalau Maura ada di sini. Raka juga tidak tahu jika Maura adalah adiknya Mila. Ini akan memperkecil kemungkinan Maura dan Raka bekerja sama untuk menghancurkannya suatu hari nanti. Bisa saja Raka menghasut Maura dan menyuruh adik Mila itu untuk membantu menyatukannya dengan Raka. Mengingat mantan suami Lusi ingin kembali kepadanya. Suas