Share

Bab 117 Tamu Salah Kira

Penulis: Dhesu Nurill
last update Terakhir Diperbarui: 2023-09-09 19:20:10

Maura meneguk saliva dengan susah payah. Dia benar-benar kaget mendapat pertanyaan itu lagi. Padahal sang gadis berpikir kalau Lusi tidak akan membahas masalah Devan dan perasaannya. Kalau pun memang harus membicarakan pria itu, setidaknya Lusi tidak harus menanyakan perasaan gadis itu kepada sang pria. Ini sangat sensitif dan mungkin akan membuat hatinya sungkan untuk mengatakan itu semua.

Lusi juga tidak punya cara lain untuk mencari tahu bagaimana perasaan Maura kepada Devan. Dia tidak mungkin bertanya kepada Devan, karena pria itu pun menolak dengan keras, kalau mereka tidak punya hubungan apa-apa. Tetapi Lusi juga tidak punya cara lain selain bertanya secara frontal kepada gadis itu.

"Kenapa? Kenapa diam saja? Apa kamu takut aku marah jika kamu jujur?" tanya Lusi membuat wajah gadis itu terkesiap. Dia tampak kebingungan.

Maura menunduk dalam sembari memainkan jari jemari. Ada rasa takut yang menyeruak, tapi kalau misalkan Maura tidak menjawab dengan jujur, pasti Lusi akan teru
Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP

Bab terkait

  • Kuhancurkan Suamiku dan Gundiknya   Bab 118 Perdebatan Raka dan Devan

    "Iya, memang tidak ada salahnya. Itu hak kamu juga, tapi jangan mencoba mendekati Ibu dari anakku," ucap Raka akhirnya membuat Devan langsung terkesiap.Pria itu mengerti apa yang dimaksud oleh Raka. Namun demikian, Devan tidak mau kalah. Lagi pula, siapa Raka? Sekarang pria itu hanyalah mantan suami yang tidak tahu diri. Sudah bagus ditampung oleh Lusi dan diberikan kehidupan yang layak, tetapi malah berkhianat dengan teman Lusi pula. Ini benar-benar memalukan. Sebagai seorang pria, entah kenapa Devan juga merasa kesal dan muak dengan tingkah pria itu. Namun demikian, Devan tidak punya hak apa pun untuk mengadili seorang Raka. Dia hanya ingin memberitahu Raka kalau dirinya juga akan berusaha mendapatkan Lusi kembali, apa pun yang terjadi. "Memangnya kenapa kalau aku mengejar ibunya anakmu? Bukankah kalian juga sudah bercerai? Lagi pula aku yakin, anakmu juga masih belum mau bertemu denganmu, kan?" tanya Devan lagi-lagi membuat Raka tersentak. Setiap perkataan yang dibalikkan oleh

    Terakhir Diperbarui : 2023-09-09
  • Kuhancurkan Suamiku dan Gundiknya   Bab 119 Kedatangan Kedua Orang Tua

    Di tempat lain, saat ini Ibu Sinta sudah mondar-mandir kebingungan di depan kamarnya. Setelah mendapatkan telepon dari Mila beberapa hari yang lalu, wanita itu belum juga bercerita kepada suaminya. Yang dia takutkan adalah suaminya murka karena tidak memberitahukan tentang telepon yang dia sembunyikan selama ini. Bu Sinta juga harus mencari cara bagaimana menyampaikan semua ini tanpa harus berdebat terlebih dahulu. Ketakutannya itu, sang suami akan memarahi Bu Sinta habis-habisan atau bahkan bermain tangan. Membayangkannya saja membuat Bu Sinta bergidig, apalagi sampai kenyataan. Suara pintu terbuka membuatku Bu Sinta terkesiap. Ternyata itu adalah suaminya. Pria paruh baya itu mengernyitkan dahi melihat reaksi Bu Sinta yang tampak kaget. "Kenapa kamu malah kaget seperti itu? Kenapa? Apa kamu sudah melakukan sesuatu?" tanyanya membuat Bu Sinta terlihat kikuk, tetapi wanita itu berusaha untuk bersikap normal. Karena bagaimanapun suaminya itu bisa menebak apa pemikiran Bu Sinta kala

    Terakhir Diperbarui : 2023-09-10
  • Kuhancurkan Suamiku dan Gundiknya   Bab 120 Mila Mati Rasa

    "Kenapa Ibu malah menangis seperti itu? Jangan berpura-pura bersedih melihat keadaanku seperti ini. Bukankah Ibu memang nantikan saat-saat seperti ini, kan? Membebaskan aku dan menjadikan aku sebagai alat penghasil uang untuk kalian?" tanya Mila dengan nada tenang, tapi entah kenapa itu sangat menyakitkan di telinga Bu Sinta. Wanita paruh baya itu sampai berhenti menangis dan menatap anaknya tak percaya. Memang benar ujung-ujungnya Bu Sinta akan memperalat Mila untuk menjadikan mesin uang, tetapi saat ini wanita paruh baya itu benar-benar merasa prihatin kepada nasib anaknya yang seperti ini. Di luar dugaan, seharusnya Mila yang sedang hamil muda tidak boleh diperlakukan tak baik di dalam sel, apalagi sampai ada memar-memar di sekujur tubuhnya. Hanya sepertinya, anaknya sudah mati rasa kepada kedua orang tua. Dia benar-benar tidak punya pilihan lain, selain menjelaskan apa yang sebenarnya dirasakan oleh Bu Sinta kepada Mila saat ini. "Kamu boleh bilang seperti itu, karena kamu memb

    Terakhir Diperbarui : 2023-09-10
  • Kuhancurkan Suamiku dan Gundiknya   Bab 121 Mencari Alamat Lusi

    "Baiklah kalau begitu, terserah pada Ayah saja. Yang pasti cepat keluarkan aku dari sini. Aku muak berada di tempat ini.""Kalau begitu, mana alamat Lusi?" tanya ayahnya.Mila pun meminta bolpoin dan selembar kertas kepada sipir. Sebelumnya sang sipir agak kesal karena sikap Mila yang seolah-olah sedang berbicara dengan kawannya sendiri, tetapi sipir wanita itu tidak bisa berbuat banyak. Dia tidak mau membuat keributan dan malah menjadikan dirinya sebagai pusat perhatian. Mila langsung menuliskan alamat Lusi dengan jelas, sampai menyuruh orang tuanya memakai angkot apa saja yang harus dinaiki sebelum sampai ke rumah Lusi. Setelah itu, kedua paruh baya pun pergi dari sana.Sebelumnya Bu Sinta menyodorkan makanan kesukaan Mila. Sesaat wanita hamil itu tertegun. Untuk sekarang dia merasa terharu walaupun tidak memperlihatkannya secara langsung. Kalau saja ibunya tidak seperti ini, menganggapnya sebagai ATM berjalan, mungkin Mila juga akan menghormati ibunya setulus hati, tanpa memandang

    Terakhir Diperbarui : 2023-09-11
  • Kuhancurkan Suamiku dan Gundiknya   Bab 122 Berusaha Bertemu

    "Maaf, Pak. Bilang saja kalau saya tidak ada, karena saya harus meminta izin dulu kepada Mbak Lusi jika ingin menerima tamu." Satpam yang menjaga di depan pun tampak keheranan sebab jawaban dari Maura. Seharusnya kalau memang di depannya ini adalah kedua orang tua Maura, anak itu mau menerima Bu Sinta dan suaminya. Tetapi ini malah menolak secara halus.Namun demikian, satpam itu tidak mau ambil pusing. Lagian ini bukan urusannya. Dia memilih untuk mengatakan semua yang disampaikan oleh Maura. "Maaf, Bu. Orang rumah dari Bu Lusi tidak bisa menerima kalian berdua."Mendengar ucapan dari penjaga itu, tentu saja Bu Sinta terkesiap. Dia menoleh kepada suaminya, keheranan karena ditolak seperti ini. "Kenapa Bapak bilang seperti itu? Tadi siapa yang menjawab teleponnya?" tanya Bu Sinta ingin tahu. "Kalian tidak perlu tahu, yang pasti orang-orang yang ada di rumah Bu Lusi itu tidak mau menerima kalian. Sebaiknya kalian pergi saja," ujar penjaga itu dengan tegas. "Tidak bisa, Pak. Kami h

    Terakhir Diperbarui : 2023-09-12
  • Kuhancurkan Suamiku dan Gundiknya   Bab 123 Memulai Aksi

    Hening. Dalam beberapa saat, tidak ada yang memulai pembicaraan. Maura dari tadi pun memilih untuk diam dan menunduk. Dia sama sekali tidak mau melihat kedua orang tuanya, terutama sang ayah. Karena bagaimanapun di sini yang memprovokasi ibunya untuk menjual dirinya ke rentenir adalah Ayah tirinya sendiri. Maura benar-benar frustrasi, takut dikira kalau dirinyalah yang memberikan alamat rumah Lusi, sampai disambangi oleh kedua orang tuanya. Belum lagi yang lebih ditakutkan, kedua orang tuanya akan mengambil Maura dan menjualnya kepada rentenir. Pikiran buruk lainnya pun muncul. Apakah Lusi tidak akan bersama memperjuangkannya atau mempertahankannya di sini jika kedua orang tanya meminta Maura kembali? Gadis itu ingin sekali menangis. Jari jemarinya terus saling meremas. Sebenarnya Lusi melihat gelagat Maura yang begitu ketakutan dan gugup. Tetapi dia memilih untuk diam, karena fokusnya hari ini adalah bertanya apa kedatangan kedua orang tua Maura ke sini. Tentu saja pertanyaan perta

    Terakhir Diperbarui : 2023-09-12
  • Kuhancurkan Suamiku dan Gundiknya   Bab 124 Meminta atau Memeras?

    Lusi terdiam sejenak. Dia menautkan kedua alisnya, sementara Maura menggeleng-gelengkan kepala. Benarkah apa yang Maura dengan barusan? "Jadi, Bapak dan Ibu benar-benar akan mengikhlaskan Maura untuk diambil hak asuhnya oleh saya? Lalu, kenapa kemarin kalian begitu ngotot tidak mau melepaskan Maura? Apakah kalian sekarang sudah tidak punya uang, lalu hendak meminta saya untuk memberikan sejumlah uang sebagai imbalan karena saya mengambil hak asuh Maura, begitu?" papar Lusi, tiba-tiba saja membuat kedua orang tua Maura terkesiap. Jantung mereka berdetak dengan sangat kencang. Mereka jadi kaget, karena sepertinya Lusi bisa menebak kata yang sedang mereka pikirkan. Namun demikian, keduanya juga tidak berbuat banyak sebab apa pun yang akan dikatakan oleh Bu Sinta maupun suaminya, semua itu adalah kebenaran.Mereka memang mengikhlaskan Maura hanya untuk mendapatkan sejumlah uang, demi mendapatkan uang bagaimanapun caranya keduanya harus benar-benar mendapatkan kepercayaan Lusi. Jika tida

    Terakhir Diperbarui : 2023-09-13
  • Kuhancurkan Suamiku dan Gundiknya   Bab 125 Pilihan dari Lusi

    "Tentu saja Pak. Saya memang ingin menyekolahkan Maura karena itu bentuk dari kebaikan hati saya. Merasa kasihan juga sebab gadis sebaiknya harus dimanfaatkan oleh orang tuanya sendiri. Padahal dia pasti punya prestasi di sekolah."Sebelum dia memulai kata-kata untuk mematikan kedua orang yang ada di depannya ini. "Lalu, kenapa Nak Lusi tiba-tiba saja berubah pikiran? Padahal kan sebelumnya Nak Lusi bersikukuh untuk mengambil hak asuh Maura. Saya juga meminta uang sesuai dengan utang-utang kami," tanya pria paruh baya itu, masih tidak percaya dan juga tidak mau sampai apa yang sudah direncanakannya itu berantakan sebab penolakan Lusi. "Bapak, yang benar saja. Saya harus menyediakan uang 500 juta hanya untuk menebus Maura. Sama saja kalian menjual Maura kepada saya," ucap Lusi membuat Maura tersentak.Gadis itu menunduk dalam. Dia mulai menitikkan air mata, ternyata harga dirinya itu tidak lebih dari uang 500 juta. Bahkan, bisa saja tidak mau menebusnya. Dia benar-benar tidak punya a

    Terakhir Diperbarui : 2023-09-14

Bab terbaru

  • Kuhancurkan Suamiku dan Gundiknya   Bab 472 Kesempatan Langka

    Bu Sinta tetap diam di teras dan duduk dengan wajah sendu. Dia melihat ke sekeliling, mengecek mungkin ada Maura. Tetapi entah itu ada Maura atau tidak, yang penting saat ini rencananya sudah berhasil. Berharap kalau kali ini Raka mau mendengarkan ibunya. Saat ini pria itu sedang mengambil minum ke dalam. Setelah datang dia meminta ibunya untuk hati-hati meneguk air yang bersedia. Setelah itu Raka duduk di depan ibunya. Dia menatap Bu Sinta sedemikian rupa, takut jika ibunya itu terluka. "Ibu, nggak apa-apa, kan? Apa ada yang terluka?" tanya Raka, yang langsung digelengi kepala oleh Bu Sinta.Wanita paruh baya itu mengusap pipi anaknya dengan sangat pelan dan juga penuh perasaan. "Akhirnya kamu pulang juga, Nak. Entah sudah berapa lama. Ibu merasa kangen sama kamu, sulit sekali untuk bertemu dengan kamu. Tapi kamu datang ke sini untuk bertemu Ibu? Benar-benar ibu merasa senang," ungka Bu Sinta, kali ini ucapannya dicampur dengan kebohongan. Karena itu terlalu berlebihan jika diung

  • Kuhancurkan Suamiku dan Gundiknya   Bab 471 Hanya Garam

    Raka tampaknya masih ragu untuk menghampiri Bu Sinta, karena dia tahu kalau ibunya itu sangat licik. Bisa saja Bu Sinta itu sedang pura-pura. Tetapi dia berpikir ulang, mana mungkin ibunya bisa berpura-pura sementara wanita paruh baya itu belum tahu kalau dirinya akan datang ke sini.Raka masih menganalisis Bu Sinta dari jauh. Wanita itu masih terus menangis dan berpura-pura sedih, mengatakan hal yang macam-macam. Membuat Raka semakin tak enak hati.Di sisi lain, Maura mulai merekam kejadian itu. Dia ingin tahu apa yang akan dilakukan Raka. Kalau misalkan memang pria itu mudah sekali terhasut, maka dipastikan saat ini Raka akan menghampiri ibunya. Wanita itu kesal sekali karena dari tadi Raka hanya mematung dan meneliti apa yang dilakukan Bu Sinta di sana. Begitu juga dengan sang wanita paruh baya, dalam hati menggerutu. Kenapa Raka hanya diam di situ saja? Tidak menghampirinya. Tampaknya dia harus benar-benar membuat kejadian yang ekstrem, agar anaknya itu mau menghampirinya. "Aku

  • Kuhancurkan Suamiku dan Gundiknya   Bab 470 Trik dari Maura

    Di mobil, Maura langsung menelepon Bu Sinta. Untunglah wanita paruh baya itu memang sudah dari tadi menunggu. "Halo, Bu," ucap Maura saat menelepon. "Gimana? Kenapa kamu dari tadi susah banget dihubungi atau kamu nggak hubungi Ibu?" tanya Bu Sinta kesal sendiri."Sabar dulu, Bu. Jangan marah-marah dulu. Sekarang Ibu sebaiknya ikutin perkataanku. Ibu ke depan gerbang dan terlihat pura-pura menangis." "Apa maksudnya?" "Pokoknya, Ibu buat hal yang sedih aja. Soalnya Mas Raka menuju ke sana.""Terus, apa yang terjadi barusan?" "Nanti aku akan ceritakan, tapi sekarang Ibu jangan banyak tanya. Pokoknya Ibu pura-pura makan sama nasi aja atau digaramin atau apa kek, yang penting Ibu itu terlihat sedih dan menderita. Tapi Ibu harus ada di depan. Dengan begitu Mas Raka pasti tidak akan tega dan langsung menghampiri Ibu." "Begitu, ya?" "Iya, pokoknya Ibu ikuti semua perkataanku," ucap wanita itu yang langsung disetujui oleh Bu Sinta.Wanita paruh baya itu sebenarnya tidak mengerti dengan

  • Kuhancurkan Suamiku dan Gundiknya   Bab 469 Hanya 3 Hari

    Raka masih diam, tidak tahu harus mengatakan apa, karena semuanya serba mendadak. Padahal sebelumnya pria itu berpikir kalau Winda akan dengan senang hati memberinya bantuan tanpa harus meminta apa pun darinya. Tetapi, semua itu ternyata salah. Winda tetap saja meminta hal yang rasanya mustahil dilakukan oleh Raka. Masalahnya Raka memang tidak punya perasaan kepada wanita ini, ditambah lagi kalau misalkan Mila tahu apa yang sudah dilakukan Raka maka rencana semula akan benar-benar hancur. Hanya saja, pria itu juga ingin bertemu dengan Alia. Bagaimana kalau misalkan Alia ternyata dibawa ke luar negeri oleh Lusi? Entah berapa lama dia akan memendam rasa rindu kepada anaknya itu. Semua ini seperti sebuah simalakama untuknya. Melihat diamnya Raka, Winda tersenyum sinis. Dia menghela napas panjang, tahu kalau semua ini sulit untuk Raka dan mungkin pada akhirnya pria ini akan menolak tawaran itu. Jadi, tidak ada alasan Winda untuk menerima semua permintaan Raka. "Baiklah, Mas. Kalau mema

  • Kuhancurkan Suamiku dan Gundiknya   Bab 468 Lebih Baik Dimadu

    Maura menutup mulut, tak menyangka. Dia ingin menjerit dan memprotes apa yang dikatakan oleh Winda. Jika memang Winda tidak mengejar Raka, maka dia tidak akan mendapatkan rumah kecuali kalau misalkan dia memberikan ancaman. Tetapi tetap saja wanita itu tidak bisa memanfaatkan Winda kalau wanita itu tidak mengejar Raka lagi. Ini akan berat untuknya, tapi Maura juga tidak bisa melakukan apa-apa selain diam dan mendengarkan pembicaraan mereka sampai selesai. Tidak lupa wanita itu menyetel rekaman keduanya. Dia melakukan ini demi sebuah keamanan dan juga materi. Karena bagaimanapun hidup di sini butuh uang, jadi Maura tidak mau menjual rasa kasihannya demi orang lain. "Kenapa, Mas? Kamu diam saja. Kamu tidak beranikan menentukan jaminan apa-apa?" Winda menghela napas panjang. "Mas, aku memang prihatin dengan apa yang terjadi kepadamu. Tapi seperti yang kamu bilang, semua ini berawal dari kamu sendiri, kan? Kalau memang kamu mau aku membantu bertemu dengan Alia, maka kamu harus menikah

  • Kuhancurkan Suamiku dan Gundiknya   Bab 467 Alasan Winda

    Raka terperangah. Dia berusaha untuk meyakinkan diri kalau yang didengarnya itu hanyalah salah."Kamu bercanda, kan, Win?"Winda tampak serius. Kali ini bahkan tidak ada senyum sama sekali."Tidak, Mas. Aku serius." "Kenapa? Bukankah kamu selama ini mau mendekatiku. Kamu juga selalu membantu ibuku?" tanya Raka. Dia benar-benar tidak mengerti dengan apa yang sebenarnya terjadi sekarang. Padahal pria itu sudah sampai sembunyi-sembunyi untuk pergi dari Mila. Pagi-pagi sekali bertemu dengan Winda, berharap kalau wanita ini bisa membantunya.Sementara itu Maura hanya terdiam dan berusaha untuk mendengarkan apa yang terjadi, karena bagaimanapun ini informasi penting. Dia akan meminta harga yang mahal kepada kakaknya atas semua ini. "Iya, Mas. Aku memang selalu membantumu. Aku juga membantu Ibu jika itu adalah kebaikan, tetapi untuk masalah Lusi, tidak." "Kenapa? Apakah kamu takut aku kembali kepada Lusi atau memang kamu berharap aku memberikan hadiah?" Lagi, kalimat tadi itu langsung m

  • Kuhancurkan Suamiku dan Gundiknya   Bab 466 Permintaan Raka (4)

    "Bantuan? Bantuan apa, Mas?" tanya Winda.Dia mengajukan pertanyaan itu karena Winda juga tidak tahu harus melakukan apa. Sebab dirinya merasa ragu, apakah bisa membantu pria ini atau tidak. Raka terlihat senyum merekah. Entah kenapa itu malah membuat Winda khawatir kalau Raka akan meminta hal yang aneh kepadanya. "Benar kamu bisa membantuku, kan?" tanya Raka memastikan dulu. Sekarang Winda tersenyum kaku. Dia juga bingung apakah harus mengiyakan atau menggelengkan kepala, karena wanita ragu apa yang diinginkan oleh pria ini."Tolong bantu aku mencari Lusi dan Alia." "Apa?!" Seketika wajah yang sebelumnya terlihat khawatir dan bingung berubah menjadi kaget ada rasa kecewa yang menusuk dalam dada. Maura yang mendengarnya pun menutup mulut, hampir saja bersuara. Ternyata Raka masih memikirkan perihal Lusi, sampai meminta semua ini kepada Winda yang bukan siapa-siapa. Winda hanya bisa terdiam saja. Dia tidak tahu harus memberikan reaksi apa, karena ini sudah memastikan kalau Raka

  • Kuhancurkan Suamiku dan Gundiknya   Bab 465 Permintaan Raka (3)

    "Kamu serius, Mas? Kamu tidak salah lihat atau mungkin tetanggamu itu pura-pura tidak tahu?" tanya Winda tiba-tiba saja membuat Raka terdiam. Raka baru terpikir, bisa saja Bu Murni itu memang sebenarnya tahu ke mana Lusi berada, tetapi tampaknya disembunyikan. Namun demikian, Raka tidak mungkin memaksa wanita paruh baya itu untuk berbicara jujur. Yang ada dia bisa dipidanakan, karena sudah melakukan pemaksaan kepada orang tua. "Aku juga tidak tahu, mungkin sesuatu itu terjadi. Tapi yang pasti, saat ini aku tidak punya informasi apa pun. Nomorku diblokir orang, pasti aku tidak bisa melacak keberadaan anakku," ungkap Raka, semakin frustrasi. Membuat Maura akhirnya paham apa yang sebenarnya terjadi kepada Raka, sampai pria itu akhir-akhir ini memilih untuk diam saja."Ya, Mas. Aku paham posisi kamu. Kamu pasti merasa hampa dan takut kehilangan Alia, kan?" "Tentu saja, Winda. Aku benar-benar tidak bisa kehilangan anakku. Dari kecil aku mengasuhnya. Aku memberikan kasih sayang berlimpa

  • Kuhancurkan Suamiku dan Gundiknya   Bab 464 Permintaan Raka (2)

    Raka dan Winda memesan tempat di pojokan. Dia tidak mau sampai ada orang yang melihat keberadaan mereka, terlebih mungkin mata-mata yang akan mengambil foto Raka dan juga Winda. Raka sudah memperkirakan ini, tapi dia tidak sadar kalau dirinya sudah dari tadi diikuti oleh Maura. Maura tidak mau kalah. Dia akhirnya membayar argo taksi dan memilih untuk mengikuti keduanya. Dia kembali memakai hoodie dan kacamata, lalu duduk tak jauh dari tempat itu. Tentu saja posisinya membelakangi keduanya, takut diketahui identitasnya oleh Raka ataupun Winda. Raka memesan makanan yang cukup mewah di sana, membuat Winda keheranan. Karena dia tahu kalau Raka itu pasti mendapatkan uang dari Mila. Tetapi wanita itu tidak mau melukai harga diri sang pria dan memilih untuk diam saja. Dia akan tunggu apa saja yang diinginkan oleh Raka. Bahkan di mobil saja pria itu sudah meminta sesuatu kepada Winda. Mungkin saja pembicaraan ini pun penting. Meskipun dia tidak tahu apa yang akan dikatakan oleh sang pria,

DMCA.com Protection Status