KU BUAT MISKIN SUAMI DAN KELUARGANYA
BAB 2
Baru saja aku akan membaringkan tubuhku ke ranjang tiba-tiba saja terdengar suara bising dari luar, bergegas aku keluar untuk melihat siapa gerangan yang sudah bikin gaduh di rumahku. Saat aku sampai diruang tamu, aku cukup terkejut, ternyata disana sudah ada Ibu mertuaku dan Adik iparku dengan membawa koper di tangan mereka.
"Sedang apa kalian disini? " tanyaku pada Ibu dan Mimi.
"Mulai sekarang Ibu sama Mimi mau tinggal dirumah anak Ibu. "
"Rumah anak Ibu? Rumah yang mana?" tanyaku sembari mengernyitkan dahi.
"Ya rumah ini lah, emang rumah mana lagi?"
"Ini? Rumah Mas Indra? Sejak kapan?" sungguh aku tak habis pikir dengan Ibu mertuaku ini, sejak kapan rumah peninggalan orang tua menjadi rumah milik bersama.
"Iya, Ibu tahu ini rumah warisan orang tuamu, tapi karena kamu istri Indra jadi Indra juga berhak atas rumah ini, dan karena mulai sekarang Ibu disini jadi mulai sekarang juga Ibu lah ratunya disini," ucapan Ibu sontak saja membuat dadaku bergemuruh, belum hilang rasa kesalku pada Mas Indra, kini ditambah lagi dengan kehadiran Ibu dan Adiknya yang tak tahu diri itu.
"Dari Mana sejarahnya seorang tamu bisa menjadi ratu di rumah milik orang lain, dan lagi kenapa gak ngomong dulu sama aku dan minta persetujuanku kalau kalian mau tinggal disini."
"Untuk apa aku izin sama kamu, rumah anakku ya sudah tentu rumahku juga, jadi aku berhak disini, " Ibu bersikeras dengan ucapannya.
"Tapi Bu...."
"Sudah sudah, Nia, biar nanti Mas yang bicara sama Ibu, sekarang tolong antar Ibu dan bawakan barang mereka ke kamar tamu," titah Mas Indra padaku.
"Kalian punya tangan dan kaki kan? Bisa angkat sendiri kan? Aku bukan babu kalian, jadi sory aku gak bisa kalian suruh-suruh, ini rumahku, rumah peninggalan orang tuaku, tak ada sedikitpun andil dari dirimu disini, jadi kalian gak berhak mengaku-ngaku kalau ini adalah rumah kalian, kalau mau tinggal disini, ikuti aturan yang aku buat! " sentakku pada Mas Indra, Ibu dan juga Mimi.
Enak saja mereka menyuruh-nyuruh aku, sudah cukup selama satu tahun ini aku mengalah soal nafkah, dan jika aku harus mengalah lagi soal rumah milik orang tuaku, aku tak sudi, lihat saja, akan kubuat kalian semua tidak betah tinggal dirumah ini.
"Hu hu hu, memanglah, nasib kalau orang miskin ya begini selalu dihina, hu hu hu, tega sekali menantuku menghina Ibu seperti itu, anak-anak Ibu saja tidak pernah berbicara kasar pada Ibu, apa salah Ibu padamu Nia, padahal Ibu hanya ingin dekat dengan anak-anak Ibu karena usia Ibu yang sudah tua ini, hu hu hu," suara tangisan Ibu membahana ke seluruh rumah, lebai sekali Ibu mertuaku ini, padahal dia yang zalim tapi dia merasa kalau dialah yang terzalimi.
"Nia! Jangan membantah ucapanku! Apa kamu mau masuk neraka ha! Cepat bawa barang-barang Ibu dan Mimi ke kamar mereka! Dan cepat minta maaf pada ibuku! " hardik Mas Indra padaku.
"Kalau aku gak mau kau mau apa! " ucapku sembari menatap tajam mata Mas Indra. Mas Indra mengangkat tangannya ke udara dan sudah siap menamparku, tapi belum sempat ia menamparku aku sudah menahan tangannya terlebih dahulu.
"Sedikit saja kau menyentuh kulitku maka aku akan pastikan kalau kau akan menyesal seumur hidupmu! " aku menghempaskan tangan Mas Indra keras hingga membuatnya sedikit terhuyung, dan setelahnya aku bergegas meninggalkan mereka sendiri di ruang tamu. Aku yakin baik Mas Indra, Ibu dan juga Mimi tak percaya dengan keberanianku melawan Mas Indra, jika biasanya aku akan diam dan menurut pada mereka maka tidak dengan kali ini, mulai sekarang dan seterusnya aku akan melawan mereka yang sudah mendzolimi ku.
***
"Nia! Buka pintunya, Mas mau tidur nih! " ucap Mas Indra sembari mengetuk pintu dari luar, tapi percuma saja, aku tak akan membukakannya, biar saja dia tidur di luar malam ini, atau tidur di kamar tamu yang satu lagi, karena rumah ini memang ada empat kamar jika yang dua di tempati oleh Mimi dan Ibu, maka hanya tersisa satu kamar saja yang kosong.
"Nia! Buka pintunya, sudah malam ini, Mas udah ngantuk! " hening, aku tetap mengabaikan panggilan suamiku, bahkan kini aku sudah menutup telingaku dengan bantal agar tidak mendengar suara berisik di depan pintu.
***
Pukul Lima pagi aku sudah bangun, kulakukan rutinitas tiap pagiku yakni melaksanakan sholat subuh dan setelahnya aku mandi, beruntung di kamarku sudah ada kamar mandinya jadi aku tak perlu keluar kamar hanya untuk mandi.
Setelah selesai melakukan semuanya aku melihat jam di layar ponselku, ternyata waktu sudah menunjukkan pukul enam, bergegas aku keluar kamar dan sarapan. Dan tentunya sarapan untuk diriku sendiri. Masa bodoh dengan Mas Indra dan keluarganya.
Pagi ini aku sedang ingin sarapan nasi uduk Mak Ijah. Biasanya Mak Ijah sudah buka dari jam setengah enam pagi. Bergegas aku mengambil jaket dan memakainya, karena pagi ini udara lumayan dingin.
"Eh, Nak Nia, tumben beli sarapan, lama gak keliatan," ujar Mak Ijah padaku, yah, biasanya jika sarapan aku akan memasak sendiri, dan sibuk di dapur untuk mengurusi segala keperluan Mas Indra kerja, tapi hari ini dan seterusnya aku tidak lagi mau mengurus dirinya, biar saja dia urus dirinya sendiri atau biar dia suruh Ibu atau adiknya untuk mengurus dirinya itu, jangan cuma mau uangnya saja.
"Ini pesanan, Nak Nia, " ucap Mak Ijah sembari memberikan nasi uduk pesananku. "
Setelah membayar sarapan yang aku beli, aku pun bergegas untuk pulang ke rumah. Aku memang sengaja ingin sarapan dirumah karena aku berniat membuat mereka ngiler dengan sarapanku ini.
"Hihihi sedikit memberikan shock terapi gak apa kan? " gumamku dalam hati.
***
"Darimana kamu Nia pagi-pagi sudah kelayapan," ternyata yang menyambutku adalah Mas Indra, rupanya ia sudah bangun.
"Beli sarapanlah memangnya kemana? "
"Yaudah ayo kita sarapan, sana kamu panggil Mimi dan Ibu, kita sarapan bareng, " ujar Mas Indra memerintahku.
"Emang siapa yang ngajak Mas sarapan? "
"Lah, itu kamu beli sarapan buat kita kan? "
"Enak aja, kalau mau sarapan belilah sana sendiri, ini aku beli untuk diriku, Nia si cantika mantuliti," kutinggalkan Mas Indra yang masih terpaku mencerna ucapanku itu.
KUBUAT MISKIN SUAMI DAN KELUARGANYABAB 3"Yaudah ayo kita sarapan, sana kamu panggil Mimi dan Ibu, kita sarapan bareng, " ujar Mas Indra memerintahku. "Emang siapa yang ngajak Mas sarapan? ""Lah, itu kamu beli sarapan buat kita kan? ""Enak aja, kalau mau sarapan belilah sana sendiri, ini aku beli untuk diriku, Nia si cantika mantuliti," kutinggalkan Mas Indra yang masih terpaku mencerna ucapanku itu. "Nia, jangan kurang ajar kau! Cepat sekarang belikan aku, Ibu dan Mimi sarapan! Aku udah telat nih! " hardik Mas Indra padaku saat dirinya tersadar kalau aku sudah tidak ada lagi dihadapannya. "Cih, tak usah lah yau, beli aja sana sendiri, kau kira aku pembokat main suruh-suruh, lagian kamu ada kasih duit gak buat beli sarapan? ""Aku kan udah kasih duit sama kamu tadi malam, pakailah uang itu duku."Aku medelik mendengar ucapan suamiku yang tanpa dosa itu, ringan sekali dia berbicara. "Uang yang kau beri itu untuk bayar listrik sama air, kalau mau makan bawa sini lag
KU BUAT MISKIN SUAMI DAN KELUARGANYABAB 4Ibu merasa udah Nenek-nenek emangnya? Ibu ngerasa matre emangnya? ""Ya enggak lah, enak aja, aku ini masih cantik tau. ""Yaudah, ngapain marah kalau gak ngerasa, " ucapku santai sembari melenggang meninggalkan mereka menuju kamarku."Hih, awas kamu ya, dasar mantu sialan!"***Tidak terasa waktu sudah menunjukkan pukul tujuh malam, Matahari pun sudah kembali ke peraduannya. Hari ini restoranku sangat ramai, kesibukanku membuat lupa sejenak dengan masalah-masalah rumah tangga ku. "Alhamdulillah, hari ini pelanggan restoran meningkat, pendapatan hari ini pun terbilang lumayan. Dan rencananya aku mau pulang, karena badan sudah terasa sangat letih, biasanya jika aku sedang tidak ada maka orang kepercayaanku lah yang akan memantau restoran ini. "Lina, saya mau pulang dulu ya, tolong handle semuanya, nanti laporannya kirim via email saya ya, " titahku pada Lina, orang kepercayaanku. "Baik, Bu. "***Setelah menempuh perjalana
KU BUAT MISKIN SUAMIKU DAN KELUARGANYABAB 5"Dengar ya, Mas, ini rumahku, dan yang membayar Bi Mar itu uangku, bahkan untuk makan kalian disini juga uangku, kalau kalian mau protes mending kalian keluar dari sini, aku tidak akan menangisimu si lelaki kikir bin medit bin benalu bin parasit, bukankah kau yang menjadikanku seperti ini? justru aku tenang jika hidup tanpamu, mending aku menjanda daripada hidup dengan suami sepertimu, " tandasku pada Mas Indra sebelum meninggalkannya sendiri terpaku di ruang tamu. "Sudahlah Indra, Ibu sudah terbiasa dihina begini, memang kita ini orang miskin jadi kita harus terima apapun perlakuan orang pada kita, tapi, kenapa orang itu harus menantu Ibu sendiri, hiks hiks hiks, " aku pun menghentikan langkah, suara Ibu mertua tiba-tiba saja terdengar ditelinga ini dan membuat keadan tambah panas, aku sangat tahu kalau ia tengah bersandiwara. "Cih, dasar drama sekali dia, apa dia tidak capek, hidupnya hanya dipenuhi dengan sandiwara, " guma
KU BUAT MISKIN SUAMIKU DAN KELUARGANYABAB 6"Nia jangan pergiiii! " pekik Mas Indra, tapi aku tak menghiraukannya. Aku terus berjalan keluar kamar, dan ternyata Mbok Mae sudah siap dan tengah menungguku di ruang tamu dengan barang bawaannya."Sudah siap, Mbok? Ayo ikut Nia masuk kedalam mobil," Mbok Mar pun mengikuti langkahku masuk ke dalam mobil. Sedangkan Ibu dan juga Mimi entah sedang apa mereka aku pun sudah tak peduli lagi. Kita lihat saja besok bisa apa mereka tanpaku dan Mbok Mar, dan besok akan aku berikan kejutan untuk para benalu itu. ***Sudah satu minggu aku pergi dari rumah, selama itu juga Mas Indra tak ada sekalipun menghubungiku. Sungguh bukan suami yang bertanggung jawab. Dan disinilah aku sekarang tinggal. Rumah dengan dua lantai, Mas Indra dan keluarganya tidak mengetahui jika aku memiliki rumah lain selain yang mereka tempati. Rumah ini aku beli jauh sebelum menikah dengan Mas Indra, jadi sudah dipastikan tidak ada uang Mas Indra didalamnya. Ah, bahk
"Halo, Bu, barang-barang sebagian sudah saya bawa, dan ini sudah ada didalam truk, " ucap orang suruhan Nia pada Nia melalui sambungan telepon. "Bagus, segera bawa ke alamat ini, dan letakkan saja di dalam ruangan kosong yang ada disana, karena memang sudah saya persiapkan sebelumnya, untuk eksekusi berikutnya nanti saya hubungi kalian.""Baik, Bu, terima kasih. ""Ibu, Mas Indra dan Mimi, nikmatilah kemiskinan kalian secara perlahan, " ucap Nia sembari menyeringai. ***"Hu hu hu hu, dasar menantu sialan, dia yang punya hutang kenapa kita yang harus menanggung hutangnya, hu hu hu, mana sebentar lagi teman-temanku mau reunian disini lagi, " gerutu Ibu Indra sembari menangis. Disaat Ibu Indra masih menangisi barang-barang yang disita, datanglah Indra dengan wajah paniknya. "Ibu, bagaimana ceritanya barang-barang bisa disita, tadi Mimi pas telepon aku masih meeting Bu, makanya gak bisa langsung pulang, " ucap Indra panik. "Hu hu hu, indra, istrimu itu memang benar-ben
"Ah, Jeng Wulan siapa yang bilang? Si Nia itu bisanya cuma nyusahin saja, ini murni rumah hasil kerja keras anak saya, eh kok malah di luar begini, ayo masuk, kita makan dulu, kebetulan sudah saya pesankan di restoran yang terkenal itu lho, bahkan bungkusnya saja belum saya buka, karena gak keburu waktunya, yuk masuk, o iya tapi maaf ya Jeng semua, sofanya tidak ada, yang lama sudah saya buang soalnya sudah jelek, saya udah pesan yang baru tapi katanya baru ada minggu depan. ""Ah Jeng Nita, santai aja gak masalah lagian gak usah repot-repot,""Gak ngerepotin kok Jeng Sari, kan sesekali saja, " jawab Bu Nita sembari menaikkan lengan bajunya sedikit ke atas sehingga menampakkan kilauan gelang emas yang digunakannya. "Duh, duh, duh, emas baru nih ye, perasaan pas reunian di rumah Jeng Sari kemarin gak pake yang ini kan ya, " ucap Bu Neni saat melihat gelang besar yang digunakan Bu Nita. "Hehehe biasalah, Jeng, jatah wajib tiap bulan dari anak kebanggaanku, ayo kita maka
"Bukan saya yang hutang Jeng semua, tapi menantu gila saya yang hutang. ""Terua kenapa barang di rumah Jeng Nita yang diambil kalau menantu Jeng yang hutang? ""Karena memang rumah ini atas nama Bu Nia, dan Bu Nia sudah menjaminkan sertifikat rumah ini beserta isinya kalau dia tak sanggup bayar, makanya kami kemari may ambil barang-barangnya misal nanti belum cukup juga ya terpaksa mau sita rumahnya. ""Lho, Jeng, bukannya ini rumah milik anakmu? Kenapa jadi atas nama Nia? Jadi benar apa yang aku bilang kalau sebenarnya ini tuh rumah menantu jeng Nita? ""Bu, bukan gitu jeng, saya bisa jelaskan, arghhh Indraaaaa! " pekik Bu Nita karena merasa sangat terpojok. Bu Nita berlari menuju kamar Indra dan membangunkannya. "Indra banguuun, rumah kamu mau disita! " hardii Bu Nita tepat di telinga Indra, membuat Indra terbangun dari tidurnya sembari terlonjak. "Ibu, apaan sih, ngagetin aja? ""Orang -orang itu datang Lagi ndra, cepat hadapi! ""orang-orang siapa, Bu? ""Penagih h
"Hellowwww epribadeh, itu tuh emas imitasi alias xuping, lha wong saya penjualnya kok,""Eh maaf, Bu, mungkin maksud Ibu memang menantu saya yang berhutang. Tapi sebaiknya besok saja kesini lagi, karena menantu saya sedang tidak ada, " sela Bu Nita dengan wajah yang sudah pucat pasi karena sebentar lagi kedoknya akan terbongkar. "Menantu-menantu apaan sih Bu Nita dari tadi? Saya gak ngerti deh, wong yang datang ke rumah saya dan ambil xuping itu sampean kok, bilang menantu sih, nih catetannya masih lengkap, " Bu Mira menjelaskan sembari memperlihatkan buku catatan yang ia bawa. "Jadi beneran ini hutangnya Jeng Nita? mana emas imitasi lagi, kenapa Jeng Nita bohong sama kita-kita? " ucap Bu Wulan sembari memelototkan matanya. "Bu, bukan maksud saya begitu Jeng, tapi, tapi, ini tuh sebenarnya ulah nya Nia. ""Ulah Nia gimana, jelas-jelas emas imitasinya Jeng pake, atau jangan-jangan benar kabar yang beredar kalau sebenarnya Jeng dan anak Jeng ini benalu di kehidupan men
Saat itu juga darah mengalir dari kedua pangkal pahaku hingga aku berteriak kesakitan. Saat itulah para penjaga bergegas membawaku ke rumah sakit.Sesampainya di rumah sakit aku segera dibawa ke ugd, tapi karena aku merasa sudah tidak kuat menahan sakit yang menjalar di sekitar tubuhku tiba-tiba saja pandanganku berubah menjadi gelap.Saat aku terbangun, aku sudah mendapati diriku di ruangan perawatan dan ada dua orang penjaga yang menungguku disana. Waktu kuraba perutku aku mulai gusar karena mendapati perut yang sudah rata."Bu, bayiku mana?" ucapku kala itu pada penjaga yang belum menyadari kalau aku sudah sadar."Bu Risa sudah sadar? Tunggu sebentar ya, biar saya panggilkan do
Selama ini pun aku tak pernah mencari dimana keberadaan Risa, jujur hingga saat ini apa yang Risa perbuat masih belum bisa kumaafkan, saat ini aku hanya fokus untuk kerja dan mencari uang, rencananya aku ingin meminta Mimi untuk kembali melanjutkan kuliahnya yang sempat terputus karena keterbatasan biaya."Ndra, ini surat apa?" ucapan Ibu membuyarkan lamunanku tentang kehidupan masa laluku. Saat ini aku baru saja pulang dari tempatku bekerja."Oh, ini undangan pernikahan Nia dengan Pak Angga, Bu.""Maksud kamu Nia mantan istri kamu?" ucap Ibu sembari meletakkan teh hangat di depanku, Ibu memang selalu membuatkanku teh atau kopi setiap aku baru pulang kerja."Iya, Bu, Nia mantan istriku
Flashback onSeperti biasa jika pagi sudah menyapa, seorang penjaga yang ditugaskan Tedi untuk bersih-bersih rumah atau markas Tedi dan teman-temannya akan datang untuk membersihkan rumah tersebut, mulai dari menyapu, mengepel, serta mencabuti rumput jika dirasa sudah panjang. Tapi pagi itu si penjaga rumah dikejutkan dengan sosok Tedi yang sudah terbujur kaku tanpa mengenakan busana, dengan mata melotot bibir mengeluarkan busa putih, serta warna kulit yang sudah mulai membiru pucat."Allahu Akbar! Mas Tedi, kenapa, Mas!" pekik si penjaga tersebut. Usahanya membangunkan Tedi sia-sia, karena Tedi sudah tak lagi bernyawa.Tak mau dijadikan salah tuduhan si penjaga itu pun bergegas untuk menghubungi pihak kepolisian. Tak berselang lama, para polisi yang di tel
Sebelum memutuskan untuk benar-benar pergi, aku bergegas memakai pakaian ku, lalu dengan setengah berlari aku masuk kedalam mobil Tedi dan menghidupkan mesinnya lantas segera pergi dari rumah terkutuk itu.***Aku berhenti di jalanan yang lengang, aku melihat kanan, kiri dan sekitarnya, saat kurasa aman ku matikan mesin mobil lalu aku keluar dari mobil, kubuka penutup tangki bensin mobil lalu aku menghidupkan korek api yang terbuat dari kayu, lantas aku memasukkannya ke dalam tangki bensin. Dengan cepat aku berlari menjauh dari mobil Tedi sebelum mobil itu meledak, meskipun dengan susah payah aku berlari karena perutku yang buncit ini, hingga akhirnya...Duar....Mobil meledak dan terbakar, a
"Oke deh, aku tunggu," ucapku dengan sumringah. Mataku berbinar membayangkan aku kembali akan menikmati barang itu, entah kenapa hari ini aku hanya ingin ditemani oleh Tedi saja, mungkin ini bawaan si utun di dalam rahimku.Bergegas aku mengganti pakaianku, aku tak terbiasa memakai pakaian seksi jika sedang keluar maupun di rumah. Itu sengaja kulakukan agar orang lain tidak tahu sepak terjangku. Terkadang aku merutuki kebodohan orang-orang yang dengan berani live di sosmednya saat mereka tengah berpesta sabu, justru mereka membuat lubang neraka untuk hidup mereka sendiri, itulah aku katakan mereka itu bodoh bin tolol. Kalau mau bersenang-senang ya sah-sah saja, tapi tak perlu juga di umbar seperti itu hingga seluruh dunia tau kebodohan mereka.Ah, kenapa aku jadi mikirin hal gak jelas kayak tadi sih, inilah akibat k
"Nia? Kamu tak apa?" tanyaku khawatir."Yang kamu lihat gimana?""Maaf, aku gak sengaja, sini aku bantu," ucapku mencoba membantu Nia berdiri tapi tanganku ditepis oleh Nia."Gak usah, aku bisa sendiri!"Kutarik kembali tanganku dari depan Nia, Nia kini sudah berdiri dihadapanku, ah, betapa indah makhluk ciptaan Tuhan yang satu ini."Mas, minggir aku mau lewat!" suara Nia membuyarkan pikiranku yang entah lagi kemana. Kumiringkan tubuh ku agar Nia bisa lewat, hingga saat tubuh Nia berada didekatku tanpa sengaja aku mencium aroma shampo dari rambut Nia yang tergerai indah. Dan refleks aku memeluk Nia dan membenamkan kepalak
"Tanya pada Risa kenapa aku bisa memanggilnya murahan! Aku tak mau memperlihatkan bukti pada Ibu yang akan membuat Ibu shock lantas pingsan nantinya, sudah ya, aku mau ajk Ibu dan Mimi keluar sekarang jug, terimakasih sebelumnya sudah mau menampung keluargaku selama tiga bulan ini."Aku bergegas menuju belakang rumah dan menghampiri Ibu dan Mimi yang juga sudah siap dengan barang bawaan mereka yang tak banyak."Bu, Mi, sudah siap?" tanyaku pada Ibu dan Mimi."Sudah, Nak, ayo kita keluar." aku, Ibu dan Mimi melangkahkan kaki hingga sampai di ruang tamu, masih kulihat Bu Rodiyah menatapku dan keluargaku dengan tatapan yang seakan siap menerkam kami, tapi itu tak membuatku gentar, cukup sudah keluargaku diperlakukan tak layak oleh mereka.
Hari ini tepat aku sudah menerima gajiku, rencananya uang ini akan aku pergunakan untuk menyewa rumah petak untuk Ibu dan Mimi, untungnya beberapa bulan ini aku selalu mendapatkan uang tambahan karena aku sering masuk hingga malam. Jadi Pak Angga dengan murah hati menambah uang gajiku. Tentunya uang lemburan ini Risa tak mengetahuinya, dan saat ini uang bonusan yang aku kumpulkan ditambah dengan uang gajiku plus lemburan ku bulan ini ada sekitar Rp. 7.000.000,- kurasa ini cukup untuk menyewa rumah petak tiga bulan dan sisanya aku akan meminta Ibu dan Mimi membuka usaha untuk biaya hidup mereka, toh aku masih bekerja jadi aku masih punya gaji, dan rencananya aku juga akan tinggal bersama Ibu dan Mimi, cukup sudah aku hidup seatap dengan manusia iblis macam Risa."Mas, hari ini kamu gajian kan? Mana uangnya bawa sini, ada baju yang mau
"Bang, tunggu disini dulu ya, saya mau masuk kesana dulu, pokoknya jangan tinggalin saya, nanti saya bayar lebih," ucap Indra pada tukang ojek."Siap, Pak, kalau soal duit pokoknya beres. "Setelah meminta tukang ojek untuk menunggunya, Indra pun berjalan perlahan menuju rumah yang dimasuki Risa dan Tedi itu. Indra berjalan sembari mengendap-endap, Indra berjalan menuju teras depan, ia mengintip dari celah-celah jendela yang tak tertutupi hordeng, tampak sepi didalam, Indra kembali melanjutkan langkah kakinya, ia melewati garasi dan ternyata di garasi sudah terparkir tiga buah mobil selain mobil yang dipakai Risa dan Tedi. Sayup Indra mendengar suara dari ruangan sebelah garasi, lantas Indra mendekati jendela di ruangan itu. Beruntung jendela ti