Share

Kubuat Kau Mencintaiku!
Kubuat Kau Mencintaiku!
Penulis: Anis Jung Ji Jae

Teman Sebangku

last update Terakhir Diperbarui: 2022-02-06 20:15:46

Masa kini, 2021.

Berjalan kaki ke suatu tempat bukan gaya Dani. Dia mengikuti instingnya sebagai strategi bertemu target lebih cepat, juga karena jarak rumah dengan sekolah tidak terlalu jauh. Seratus meter ke utara, Dani akan tiba di gerbangnya. 

Pagi bergerak cepat seiring para siswa bergegas masuk. 

Lima menit lagi bel berdentang, berteriak nyaring membelah ramainya jalan dipadati motor dan mobil. Sekolah Dani ada di seberang jalan besar. Pepohonan merambat di sekitar trotoarnya, menjadi tempat teduh kala siang semakin terik. 

Dani tidak terlalu terburu-buru. Toh, dia juga baru masuk dan akan menyambangi ruang kepala sekolah sebelum ke kelas. Kelas berikut tempat duduk Dani sudah diatur sedemikian rupa agar sebangku dengan Aldera. 

Gadis itu duduk dua bangku dari belakang. Tempat yang cukup menguntungkan bagi Dani. 

Mengenali targetnya di antara banyak orang, Dani memperlambat langkah. Mengamati Aldera dari jauh. 

Gadis itu berambut pendek sebatas leher. Sama dengan rambut miliknya, tetapi lebih pendek. Bibirnya terus menarik senyum, berjalan riang padahal jam masuk akan segera berbunyi. 

Apa yang pernah Dee sampaikan tentang memikat gadis? Dekati secara langsung. 

Maka Dani mendekat. Lima langkah di depan Aldera, Dani langsung berlari kencang melihat seseorang akan menyerang gadis itu dengan pisau.

Crasshh.

Darah mengucur dari tangan Dani yang menggenggam pisau, menahannya sebelum menggores leher Aldera. 

Sekitarnya berubah panik, penuh teriakan siswa dan ibu-ibu yang mengantar. Aldera apalagi. Gadis itu diam mematung di antara dua orang. 

Satu menyerangnya, satu menyelamatkannya. Matanya berkaca-kaca menyaksikan darah menetes sebanyak itu dari tangan seseorang. 

Dani tidak menunggu penjahat itu menarik pisaunya. Masih setengah kaget ada yang menghentikan aksinya, Dani merebut pisau itu, dibuang, lalu menarik Aldera ke dekapannya. 

Dani menatap penjahat itu instens. Mengisyaratkan segera kabur sebelum satpam sekolah datang dan dihakimi massa. 

“Apa ada yang terluka?” Seseorang berseragam khas guru mendekat. Kumisnya bergerak-gerak, memeriksa Dani dan Aldera bergantian. 

Mereka dikerumuni orang-orang. Ingin tahu apa yang terjadi. Satu dua ibu-ibu menjelaskan sok tahu membuat guru berkumis mengangguk mengerti situasinya. Dia tadi ada di ruangannya. Segera berlari mendengar ada keributan di gerbang. 

Satu menit kemudian berdatangan guru lain. Membawa Dani dan Aldera ke UKS, sedangkan para siswa dikondisikan segera masuk ke kelas masing-masing. Kejadian tidak terduga ini tidak boleh mengganggu konsentrasi belajar mereka. 

Satpam sekolah hari itu sedang izin sakit. Jadi, tidak ada siapa pun yang bisa disalahkan atas keteledoran pagi itu.

Lalu lintas kembali seperti semula. Siswa sudah duduk rapi di kelas, memulai pelajaran.

Dani dan Aldera duduk bersebelahan di dua brankar. Aldera dicek tensi darahnya karena wajahnya sempat pucat lalu diberi air minum setelah memastikan semuanya baik-baik saja. Tidak ada luka apa pun. 

Inilah pasti pengalaman pertamanya diserang orang tak dikenal. Tentu saja. Orang biasa mana yang tidak syok mendapat serangan tadi? 

Kecuali Dani. 

Hm, anak satu ini pengecualian. Garis bawahi. 

Dani. Dia menatap malas seorang perawat yang telaten menutupi lukanya dengan perban. Goresannya cukup dalam, tetapi tidak perlu dijahit. Masih bisa menutup lagi kalau rutin diobati. Akan mengering seiring waktu. 

“Sudah selesai. Airnya jangan lupa diminum. Saya tinggal dulu, ya.” Perawat itu tersenyum, menaruh kotak obat di lemari, lalu keluar. Perawat lain yang memeriksa Aldera mengatakan ingin membicarakan sesuatu.

Dani cuek menatap perban di tangan. Dia terbiasa mendapat luka. Luka kecil seperti ini tidak membuatnya meringis sama sekali. Awalnya Dani menolak diobati, bilang dia baik-baik saja, tetapi perawat dan guru mana percaya melihat tangan Dani yang terkepal terus meneteskan darah. 

Akhirnya Dani dengan segala keengganan, duduk tenang di brankar UKS. 

“Tunggu!” 

Lengan Dani ditahan. Dani menoleh. 

“Makasih udah nolongin Dera. Maaf juga buat luka di tangan kamu. Sebagai gantinya, mau susu stroberi, gak?” Aldera tersenyum lebar. Tangannya mengulurkan sekotak susu. 

Dani menggeleng. Dia tidak suka susu, berikut rasa stoberinya. Plus, Dani tidak suka anak ini. Dia bisa tersenyum selebar itu seolah tidak ada apa-apa. Terlalu dekat juga dengannya. 

Dani mundur satu langkah. “Siapa namamu?” Bertanya informasi yang sudah diketahuinya. Anak ini sangat pendek. Hanya sebatas dadanya. Mereka terlihat adik dan kakak saat bersama.

“Dera. Aldera Gunawan. Salam kenal.” Tersenyum lagi, mengulurkan tangan. 

Dani menerima jabatan tangannya, menyebut nama, lalu pergi. 

Di belakangnya Dera mengikuti. Meminum susu stoberi sambil mengamati Dani. Tipe menatap secara terang-terangan dengan mata melotot. Terusik, Dani berhenti mendadak membuat Dera menabrak punggungnya, mengaduh. 

“Jangan menatapku, atau matamu itu kucolok sampai habis!” kata Dani datar. 

Bukannya takut, Dera mengangguk semangat dengan gigi makin lebar. Mendahului Dani sambil beringkrak-jingkrak, melambai, “Da-dah Dani Ganteng! Dera suka rambut gondrong Dani!” 

Dani menutup telinga—tidak peduli. Kakinya tiba di ruang kepala sekolah. Mendorong pintu, masuk ke ruangan.

***

“Kita kedatangan murid baru, Anak-anak. Namanya Dani Pratama, pindahan dari luar kota. Tolong nanti Dani dibantu ya, kalau kesulitan. Nah, Dani silakan duduk di sebelah Aldera.”

Bisik-bisik tentang kejadian tadi terdengar ketika Dani melewati celah kosong di antara bangku-bangku. Mereka melirik ingin tahu pada tangan Dani yang terluka. 

Rumor kalau anak baru menyelamatkan Aldera menyebar dengan cepat. Menjadi headline di hari pertamanya. 

Dani terbiasa jadi gunjingan sepanjang dia bisa mengingat. Di rumah lama, di jalanan, di komunitas, lalu di sini. Telinga Dani itu terbuat dari batu. Tidak ada celah sama sekali untuk dilubangi selama menghindari tetesan air. Beberapa orang menjulukinya manusia batu. Karena selain telinganya tuli, wajahnya itu kaku sekali. 

Sulit menemukan ekspresi selain, mau kubunuh?

Menarik kursi, Dani duduk tenang. Mengabaikan binar antusias di sampingnya yang menyala-nyala. Serupa bohlam lampu di gelap gulita, menerangi segala tempat. Sayangnya Dani benci cahaya. 

Dani tidak suka menyaksikan di balik terang. Semuanya tampak, semuanya terlihat. Karena di bawah terang, di teriknya mentari yag bersinar, kakaknya mati. 

“Hai, kita ketemu lagi. Hihi.” 

Guru Biologi di depan asyik menggores tinta. Berceloteh tentang vertebrata dan avertebrata, mengingat kembali pelajaran lalu. Dani masuk di pertengahan semester. Ibu itu mengulang pelajaran karena ada Dani di sini. 

Dani mengeluarkan buku, mencatat beberapa. Ini bagian dari misi, ‘kan? Berbaur.

“Dani belum makan apa yang Dera kasih. Dani mau apa? Dera punya ini, ini, sama ini.” Dera mengeluarkan permen, susu, dan makanan ringan yang semuanya rasa stoberi. 

Posisinya menguntungkan karena ada di belakang cowok berbadan besar, tidak terlihat guru.

Bicaranya ini … kenapa sangat mengganggu Dani?

Dera nyengir saat dilirik sinis oleh Dani. Memasukkan semuanya ke dalam tas. Mengalihkan pandangan ke depan, berusaha fokus. Belum semenit berlalu, Dera akan menoleh lagi, tetapi Dani lebih dulu menahan wajahnya. 

Mendorongnya sejauh mungkin. 

Dera tertawa kecil. Menikmati reaksi Dani yang di luar dugaan. Mereka akan jadi teman sebangku yang hebat, bukan?  

***

Bab terkait

  • Kubuat Kau Mencintaiku!   Kebaikan & Kebodohan Dera

    Berita Dani menjadi pahlawan kesiangan menyebar ke satu sekolah.“Dani, Dani! Tungguin Dera, dong!”Dani juga tidak perlu bekerja keras mendekati gadis itu.Dera datang mengejarnya. Berjalan beriringan dengan Dani. Dia segera melempar senyum lebar, antisipasi kalau ‘teman barunya’ akan marah.“Dani mau ke mana? Nanti Dera antar. Dani ‘kan anak baru, gak tau tempat-tempat di sini. Ke mana? Kantin? Dani lapar?” tanyanya perhatian.Dani memejamkan mata, menarik napas dalam-dalam. Dera sangat cerewet. Sangat sesuai dengan penjelasan Dee tempo hari.Dani pikir dia bisa menahannya dengan pura-pura tuli seperti biasa, tetapi ini terlalu tidak tertahankan.Gunjingan mereka saja kalah.Sialnya Dee memperingatkan kalau Dani sebisa mungkin menahan diri untuk hal-hal tidak perlu. Seolah dia tahu apa yang akan Dani lakukan.Maka Dani kali ini menjawab, &ldq

    Terakhir Diperbarui : 2022-02-06
  • Kubuat Kau Mencintaiku!   Mudah Jatuh Cinta

    Sehari absen, meja Dani penuh bunga, cokelat, dan surat. Dani tidak menyentuhnya sama sekali. Duduk tenang di kursinya.Tatapan memuja itu semakin banyak. Dani bisa merasakannya walau dirinya bukan cenayang. Tanpa perlu dibaca, Dani tahu apa isi surat-surat menjijikkan itu.“Aduh, muka Dani Ganteng kenapa?”Tetapi tetap saja. Hanya Dera yang berani bicara langsung padanya, menyentuh luka Dani yang tidak diobati. Memerah di sana-sini. Kontras dengan kulitnya yang putih.Kemarin malam juga esok harinya Dani memburu pengkhianat komunitas yang kabur membawa sejumlah uang dan informasi penting, untuk dijual ke wilayah musuh.Dia kebetulan berkeliaran di wilayah Dani. Jadi Dani ditugaskan menangkapnya. Susah sekali mendapatkannya. Dani harus bekerja ekstra keras untuk melumpuhkannya.Satu orang, dan Dani cukup dibuat kewalahan. Dia senior di komunitas. Cukup lihai menghindar dalam pertarungan tangan ko

    Terakhir Diperbarui : 2022-02-06
  • Kubuat Kau Mencintaiku!   Sikap Hangat Dani

    Esoknya Dera menghindari Dani.Mereka tetap duduk sebangku, tetapi tidak ada yang berbicara.Lusanya juga.Sampai seminggu berturut-turut.Hari berikutnya, Dani akan masuk ke toilet sekolah saat telinganya mendengar nama yang tidak asing disebut-sebut. Dani berdiri di depan toilet, menyimak informasi."Ya si Dera 'kan emang gitu kali. Sok baik, centil, sok iye banget nolong orang. Kek caper gak, sih?""Kalo kata gue iya. Caper. Tuh cewek emang ganjen sama cogan-cogan. Cowok mana yang gak pernah dia gaet? Semuanya diembat. Sekarang giliran si anak baru. Abis deh koleksi cogan sekolah.""Sama guru juga." Suara berbeda. Totalnya tiga orang. "Apa-apa kalo dari guru pasti dia yang maju, sok bawain buku, sok akrab gitulah. Sampe gue denger nih, ya. Salah satu guru kita itu sempet dipepet sama dia juga!""Demi apa-""Shhttt. Jang

    Terakhir Diperbarui : 2022-02-06
  • Kubuat Kau Mencintaiku!   Mulai Lancang

    "Bagaimana? Mulai menyukainya?""Lain kali aku tidak akan melakukannya. Ini yang terakhir."Dani berbicara pada antingnya. Di dalamnya ada kamera sekaligus alat komunikasi dua arah. Seseorang dari sana dapat memantau atau memerintahkan sesuatu pada Dani. Sebaliknya, dia juga bisa membalas pembicaraan.Dee di seberang terkekeh pelan. "Kupikir kau menikmatinya. Kau terlihat sangat alami saat menariknya ke pelukanmu. Apa rasanya enak?""Kau pikir makanan?" Dani mendengkus. Motornya melaju santai ke jalan pulang. Dani sudah mengantar Dera--walaupun hanya sampai halte--memutuskan tidak berlama-lama meladeni ide konyol Dee agar Dera tidak lagi merajuk. Dia sudah menoleransi kontak fisik terlalu banyak hingga tangannya gatal ingin melakukan sesuatu."Oho! Kenapa? Kau mulai tidak terima sekarang, ya? Kau suka padanya?""Aku lebih menyukaimu."Dee seketika diam. Di

    Terakhir Diperbarui : 2022-02-06
  • Kubuat Kau Mencintaiku!   Pengalihan yang Baik

    Jangan bertanya pada Dani apa yang terjadi selanjutnya. Dia sangat ingin membersihkan sebagian otaknya yang dicemari. Memori bodoh yang terus diputar pikirannya setiap pijakan kaki ke rumah.Berengsek. Berengsek. Berengsek."Lain kali aku akan menghindarinya. Ini benar-benar terlalu banyak!"Umpatan Dani berakhir ketika ponselnya berbunyi. Bunyi yang beda dengan dering panggilan Dera. Dani merogoh sakunya, mulai menjawab."Mobil plat nomor M 3387 akan tiba di hadapanmu sepuluh menit lagi. Pastikan kau masuk dan antar barang bawaannya dengan aman."Sambungan langsung terputus begitu kalimat itu tiba di ujungnya. Dani merasa ada hawa bagus mengelilinginya. Napasnya kembali teratur dan serius.Ini pengalihan yang amat baik.Tepat di menit ke sepuluh, mobil itu berhenti di samping Dani. Pintunya dibuka, Dani segera masuk dan duduk. Melihat dua orang bersamanya, dua lagi di depan. Menunduk, Dani me

    Terakhir Diperbarui : 2022-04-04
  • Kubuat Kau Mencintaiku!   Penawar Kebosanan

    Dera turun dari bus dengan ceria. Wajahnya berseri-seri dengan kedua pipinya yang menonjol bahagia. Dia mengingat kenangan semalam bersama Dani, menonton film di bioskop."Dani romantis juga. Hihi!"Romantis yang dimaksud Dera adalah saat Dani tiba-tiba mencondongkan tubuhnya pada Dera untuk mengambil popcorn di seberang. Ketika Dani akan kembali duduk, tatapan mereka sempat beradu sebelum Dani memutuskan pandangan.Romantis yang dirasakan sendiri.Dera berjalan sambil sesekali berjingkrak ke kanan dan ke kiri, menyenandungkan lagu favoritnya. Mengingat lagi bagaimana aroma tubuh Dani saat Dera memeluknya di rooftop dengan di bioskop, membandingkannya.Sama persis. Benar-benar tidak memakai parfum, apalagi memerlukannya. Itu saja sudah membuat Dera mabuk.Dera tidak tahu kalau aroma seperti kayu jati di pagi hari dan perpaduan mint yang

    Terakhir Diperbarui : 2022-04-04
  • Kubuat Kau Mencintaiku!   Saingan Baru

    Dani berkelit ke samping lagi melihat tebasan pisau sembarangan itu. Terus saja menusuk sana-sini tidak peduli arah. Serangannya sangat khas dan sangat familiar. Dani sempat melihat empat orang berseragam itu lalu meringis kecil. Gerakan mereka sama cerobohnya dengan orang yang menyerangnya.Setidaknya jika mulut mereka angkuh, harus diimbangi dengan gerakan tubuh yang sama.Dani menguap bosan. Ini sama sekali tidak menghibur."Wah, wah! Dia nguap! Apa maksud lo gitu waktu berantem sama Kakak gue? Ngeremehin lo?!" sentak seseorang yang sedari tadi menonton.Nama di dadanya bertuliskan Jay, melotot marah karena sejak tadi Dani terus menghindar tanpa melawan, sedangkan kakaknya menyerang tiada henti bagai babi terluka.Senyum mengejek terukir makin lebar di wajah Dani, alisnya terangkat tinggi. "Menurutmu?""Berengsek!"BRAK!Pintu gudang terbuka lebar mendapat tendangan dari luar. Orang di dalam gudang terkejut bukan main melihat dua orang guru datang deng

    Terakhir Diperbarui : 2022-04-04
  • Kubuat Kau Mencintaiku!   Heart Attack

    "Tugas lo adalah bantu-bantu kerjaan OSIS selama seminggu dalam masa sanksi dari sekolah."Dani berdiri di samping Rian yang juga tengah berbicara pada anggota OSIS. Ada murid yang kena sanksi tingkat tiga, sanksi terberat sebelum dikeluarkan dari sekolah. Mereka menerima murid yang pertama kali melakukannya dalam satu tahun masa jabatan ini. Ini pertama kali. "Jadi kau akan membuatku menjadi kacung kalian?" Suara itu datar saja. Tidak meninggi juga tidak rendah, tetapi cukup untuk membuat bulu kuduk mendadak berdiri. Entah kenapa ... Dani begitu mendominasi saat berbicara. Atmosfernya jadi aneh dan sesak. Hanya Rian yang masih berdiri tegak dengan tatapan jengkel."Ya, kasarnya gitu." Rian terang-terangan. "Tapi karena bu Aina masih ngasih lo keringanan, beliau cuma khususin lo sama satu tugas aja. Bantu tugasnya Ketua OSIS." Lagi pula bicaranya aneh sekali? Terdengar sangat formal di telinga Rian. Sangat tidak nyaman. Belum lagi rambut gondrong dan

    Terakhir Diperbarui : 2022-04-08

Bab terbaru

  • Kubuat Kau Mencintaiku!   Pacar

    "Maafin Dera ya, Dani.""Lagi?"Jemari Dani bergerak menggenggam milik Dera yang awalnya hanya dipegang, membawanya ke atas, mengirim kecupan hangat."Jangan bilang maaf lagi, oke? Aku yang salah dan itu udah selesai. Jangan bahas lagi."Dera masih diam. Menekuri rumput depan rumahnya dengan perasaan gamang. Sesuatu masih mengganggunya. "Hei."Dera mendongak, hanya untuk melihat manik cokelat kehitaman Dani yang begitu memerangkap, mendapatkan Dera sepenuhnya. "Kamu harus terbiasa melupakan hal yang bukan salah kamu. Kamu harus terbiasa tidak merasa terbebani pada apa pun yang tidak ada hubungannya dengan kamu." Dani mengusap rambut Dera perhatian. "Kamu berhak bebas sama pikiran kamu sendiri. Bukan selalu menderita dengan pikiran orang lain. Bisa?"Dera mengangguk paham. "Janji?""Janji."Dani tersenyum. Senyum yang menjadi favorit Dera saat ini. Mungkin ... selamanya. "Masuk sana.""Dani juga hati-hati di jalan. Jangan ngebut.""Iya.""Beneran jangan ngebut, ya!""Iya, Sayang."

  • Kubuat Kau Mencintaiku!   Selalu Ada Pengganti Terbaik

    Guru perempuan berbada ramping itu asik menjelaskan pelajaran kimia dengan wajah semringah. Berbanding terbalik dengan keadaan para muridnya yang berasap dan mengantuk. Sangat tidak menyukai pelajaran aksi-reaksi satu itu. Meski seluruh jendela di kelas telah dibuka lebar-lebar, membiarkan angin mengisi seluruh ruangan, panas matahari masih saja terasa. Terlebih di dua bangku dari belakang. Panasnya lebih kentara karena keberadaannya dua kali lebih dekat dari siapa pun. Dera melirik Dani takut-takut. Figurnya masih tampak menawan meski sedang serius mendengarkan penjelasan guru. Rahang kokoh yang jarang dimiliki anak seusia mereka, rambut diikat tinggi, hidung mancung disertai tahi lalat, membuatnya terlihat manis juga ... ah, bagaimana Dera mengatakannya? Dera pura-pura mengusap pipi ketika kepala Dani bergerak, mencatat sesuatu di kertas. "Sshh, hampir aja ketahuan," gumam Dera sepelan mungkin. Pura-pura mencatat sesuatu

  • Kubuat Kau Mencintaiku!   Sakit di Segala Tempat

    "Kau ingin membunuhku?"Tubuh Dera bergetar bukan main merasakan tatapan menusuk Dani. Jelas menuduh dan sama sekali tidak ingin diafirmasi. Dera ketakutan. Itu yang pertama kali tiba di alam sadarnya. Otaknya memerintahkan mundur, tetapi hatinya lebih cepat menyela. "Dani ... kenapa?" Masih perhatian menanyakan keadaan sang pujaan hati walau suaranya mirip tikus terjepit. Dani berdiri begitu saja tanpa kata, menatap Dera lewat lirikan mata, meninggalkannya di sana. Tangan Dani terkepal kuat hingga berdarah karena tergores kuku sendiri. Tidak tahan. Inginnya Dani akan menghantam kepala Dera saat itu juga saat masa kelamnya bangkit tanpa aba-aba. Tanpa rambu peringatan.Telinga Dani berdenging, menghentikan langkah lebarnya. Sakit di kepalanya kembali lagi. "Sialan!"Tidak mendengarkan teriakan tubuhnya yang kesakitan, Dani tegap berjalan ke arah parkiran. Kepalannya yang berdarah beralih mencengkeram ulu hati erat. L

  • Kubuat Kau Mencintaiku!   Taman Bermain

    Jalanan kota sore itu tidak sepadat biasanya. Agak lengang dan berjalan lancar. Semilir angin bertiup landai, asik bercengkrama syahdu dengan dedaunan. Dera dan Dani mampir di warung makan pinggir jalan karena si ratu berteriak lapar. Akhirnya sang raja mau tak mau menghentikan motor di tempat makan mana saja. Awalnya Dani akan membawa Dera ke resto, tetapi cewek itu segera membelokkan Dani di warung makan pinggir jalan yang baru buka. Baru memulai dagangannya. "Dera sering makan di sini dulu sama ayah, ibu, tapi udah jarang sekarang. Soalnya ayah sibuk."Mereka duduk berhadapan di kursi plastik tanpa sandaran dan dibatasi meja panjang yang cukup menampung sepuluh orang. Dani baru tahu fakta satu itu. Maklum keparat itu tidak ada di rumah tadi. Sibuk? Sibuk menghancurkan hidup orang maksudnya? "Kerja apa Ayahmu?" Dani bertanya karena murni ingin tahu. Sebagian karena dendam, sebagian karena misi, sebagiannya lagi agar Dera m

  • Kubuat Kau Mencintaiku!   Kesayangan Dera

    Motor Dani terparkir di depan rumah minimalis bercat putih. Tidak besar, tetapi terlihat nyaman dan asri dengan beberapa pot tanaman di sekitar pagar kayu yang juga putih. Seketika uforia dalam dada Dani naik. Mengalir ke tangannya yang mengepal erat, tidak sabar bertemu bandit besar dalam rumah itu. Gunawan. Inti dari misi payah ini. Dani menggeser pagar kayu, masuk ke halaman, lalu mengetuk pintu. Tepat diketukan ketiga, pintu terbuka, menampilkan figur wanita tiga puluhan dengan baju rumah. Wajahnya khas keibuan. Rambut kecokelatan hasil diwarnai yang digulung ke atas, mirip konde. Dia tersenyum ramah, bertanya, "Cari siapa, Nak?"Dani menarik senyum, menyalami tangannya. "Ada Dera, Tante? Saya teman sekolahnya." Mencoba terdengar hangat dan dekat. "Ah, teman Dera yang namanya Dani?" Dani tidak menjawab, hanya mengangguk. Tidak kaget melihat ibu Dera sudah tahu tentangnya. "Ayo masuk, masuk. Panggil aja tante Ma

  • Kubuat Kau Mencintaiku!   Ejekan Dee Tentang Ciuman Dani

    Selasa malam. Dani kedatangan tamu spesial di rumahnya. Dee sungguhan datang secara nyata menemui Dani setelah sebelum-sebelumnya hanya berkomunikasi jarak jauh. Duduk nyaman di sofa sembari melihat-lihat interior rumah anak asuhnya yang glamor, tetapi sepi di saat yang sama. Perabotannya hanya sedikit, namun berkelas dan gemerlap. Jika orang yang melihat tahu akan kualitas barang serta harganya, pasti akan mengira Dani orang kaya tujuh turunan. Kamuflase dari Darto tidak pernah main-main. "Ke mana robotmu itu?" tanya Dee melihat Dani membawa dua kaleng kopi tanpa nampan. Ah, untuk nampannya itu, anak asuhnya memang tidak tahu sopan santun. Dee mengakuinya. Dani meletakkan satu kaleng kopi di meja, membuka miliknya, lalu diteguk sedikit. "Kumatikan. Kerjanya lambat dan mengganggu."Dee mencebik, ikut membuka kopi kalengnya. "Bagaimana misimu?"Dani melirik Dee sinis. Dia tahu kedatangan Dee memang untuk menanyakan hal itu, tetapi tidak langsung-langsungan b

  • Kubuat Kau Mencintaiku!   Ciuman di UKS

    Dani terhunyung ke belakang merasakan pipinya dibogem sesuatu. Rain datang di saat yang tepat. Saat mulut bajingan Dani menghina cewek yang disukainya. "Berengsek!" Rain maju menerjang. Gerakannya terencana dan tertata. Tidak asal seperti tiga bandit sekolah beberapa waktu lalu. Serangannya mantap dan bertenaga. Ini pertama kalinya bagi Dani bisa dipukul mundur oleh lawan. Tidak menyangka jika orang itu adalah Rain. Dani menyeringai puas. Saingannya ternyata tidak hanya bisa diadu soal masalah hati, tetapi juga adu jotos. Yeah, Dani akan menikmati ini. Namun, berbeda dengan dirinya yang akan selalu membalas ketika diserang, kini Dani hanya bertahan, menangkis atau menghindari setiap serangan Rain. Sama sekali tidak melawan. Membiarkan Rain menumpahkan segala kekesalannya. Juga ...,"Rain! Udah berhenti! Dani kesakitan!"... untuk membuat Dera datang dengan sendirinya ke pelukan Dani. "Kenapa lo d

  • Kubuat Kau Mencintaiku!   Siapa yang Paling Buruk?

    "Ngghh, kok gak ada orang? Ke mana-aduh, kaget. Ih, Rain bikin kaget aja."Rain tersenyum manis, membelai kepala Dera pelan. "Udah bangun?" Dera balas tersenyum. "Ke mana anak-anak? Udah bel pulang, ya?""Belum. Istirahat mereka. Pada ke kantin.""Eh? Tumben satu kelas keluar. Biasanya mereka lebih banyak diem di kelas, lho." Lihat? Bahkan setelah dijahili bagimanapun, Dera masih memperhatikan teman-temannya.Rain mau tidak mau tersenyum miris. "Lo emang malaikat.""Hah? Apa? Siapa malaikat?""Elo. Gue ngomong sama lo dan cuma ada lo di ruangan ini." Dera tertawa canggung. "Ah, mana ada. Malaikat kan gak kayak kita, Rain. Gak ada manusia kayak gitu. Hihi."Ada. Itu lo, Dera. "Rain laper, gak?" Dera membuka tas, hendak mengeluarkan camilan, membaginya dengan Rain. Namun, cowok itu lebih dulu menghentikan pergerakan Dera, membawa bahu cewek pujaan hati menatap ke arahnya.

  • Kubuat Kau Mencintaiku!   Perebutan Takhta

    Kelas Dera sedang tidak ada guru, mengikuti rapat penting yang tidak bisa ditinggal. Teman-temannya mulai rusuh. Bermain, bergosip, bahkan beberapa ada yang ke kantin. Dera sendiri mencoba tidur di bangkunya. Berusaha tidak melirik bangku kosong di sebelah yang sudah senyap selama empat hari. Dera merasa haus, tenggorokannya sering kering dan sakit, untuk kemudian tercekat.Dera rindu. Dirinya merindukan sosok dingin itu. "Dera pengen tidur, tapi berisik banget."Kepalanya makin ditenggelamkan di lekukan kedua tangan, mengabaikan suara-suara tidak jelas. "Eh, eh, si gila perhatian lagi tidur. Kita kerjain, yuk. Mumpung gak ada pawangnya," bisik cewek berbando kuning. "Pas banget. Gue lagi gabut." Ajakannya disetujui cewek bermata sipit. "Dan gue bawa ini!" serunya kecil memamerkan bola air yang kini ada gunanya. "Gila, nyiapin banget lo?" bando kuning terkikik senang. Menerima satu bola air di tangan. "Ya

DMCA.com Protection Status