Share

Penawar Kebosanan

last update Terakhir Diperbarui: 2022-04-04 15:22:35

Dera turun dari bus dengan ceria. Wajahnya berseri-seri dengan kedua pipinya yang menonjol bahagia. Dia mengingat kenangan semalam bersama Dani, menonton film di bioskop.

"Dani romantis juga. Hihi!"

Romantis yang dimaksud Dera adalah saat Dani tiba-tiba mencondongkan tubuhnya pada Dera untuk mengambil popcorn di seberang. Ketika Dani akan kembali duduk, tatapan mereka sempat beradu sebelum Dani memutuskan pandangan.

Romantis yang dirasakan sendiri.

Dera berjalan sambil sesekali berjingkrak ke kanan dan ke kiri, menyenandungkan lagu favoritnya. Mengingat lagi bagaimana aroma tubuh Dani saat Dera memeluknya di rooftop dengan di bioskop, membandingkannya.

Sama persis. Benar-benar tidak memakai parfum, apalagi memerlukannya. Itu saja sudah membuat Dera mabuk.

Dera tidak tahu kalau aroma seperti kayu jati di pagi hari dan perpaduan mint yang menyegarkan bisa membuatnya candu. Semenenangkan itu bisa menghirupnya. Rasanya Dera bisa tidur nyenyak hanya dengan memeluk Dani.

Dera mungkin akan menempatkan aroma itu di bagian teratas setelah stoberi, menggeser warna, rasa, dan aroma favoritnya.

Pucuk dicinta ulam pun tiba. Dera melihat Dani yang berjalan di seberang jalan. Rambutnya masih diikat ke atas, membuat penampilannya terlihat segar dan lebih rapi.

Iris Dera turun pada telinga Dani. Anting itu. Keberadaan anting itu seolah menyempurnakan rupa Dani, mempertegasnya.

Siapa pun yang melihatnya akan mengigit jari.

Dera tersenyum lebar, tidak bisa menahan uforia saat Dani sedikit melirik ke arahnya. Dia melambai, memanggil namanya, tetapi Dani lebih cepat mengabaikan, berjalan menjauh.

Dera juga tidak tahu selain karena dia menyukai pelajaran hari ini, bertemu teman-teman, Dani kini juga jadi salah satu penyemangatnya. Orang-orang yang membuat Dera merasa dunia tidak pernah seburuk yang diduga.

"Dani!"

Dani melangkah lebih lebar mendengar suara mengerikan itu. Dia dalam suasana hati yang buruk setelah alarmnya berisik hingga seisi rumah dan kasur yang ditidurinya tiba-tiba terangkat, membuatnya jatuh ke lantai.

Dani mendengkus sebal melihat catatan kecil di meja.

Dani bangun tidak bergairah. Melihat ke kolong tempat tidurnya yang ditanami beberapa pegas, membuatnya terlempar dari kasur.

Yeah, Dani juga tidak berniat menambah kesialannya dengan mendengar segala ocehan tidak berguna Dera. Dani bukan orang yang sabar, tetapi karena misi ini, jika tidak tergiur kepala Gunawan, Dani pasti sudah membunuh Dera sejak pertama kali bertemu.

"Dani! Gak dengar, ya? Dera manggil-manggil dari tadi, loh."

Dera tiba di samping Dani, segera menyamakan langkah. Dani diam-diam merutuk. Gagal sudah pagi tenangnya.

"Jangan berani menyentuhku," desis Dani melihat gelagat Dera yang naik turun antara mau menyentuhnya atau tidak.

Bibir Dera mengerucut lucu. Jari-jarinya memilin tidak nyaman. Dia mencicit, "Maaf."

Dera kira setelah Dani bersedia menemaninya ke bioskop, ada kemajuan di antara mereka. Dera pikir Dani sudah lebih mudah disentuh. Nyatanya bayangannya pun Dera belum bisa menyamainya.

Sesulit itu, ya?

"Tapi Dera suka Dani." Dera mengatakannya tidak tahan. Dia sejak tadi mengigit bibir, takut akan respon Dani, juga kesal jika hanya menyimpan perasaannya. Gatal ingin mengungkapkannya.

"Terlalu rentan dan mudah." Dani berkata hina. Sama sekali tidak melirik Dera yang sudah menahan tangis di pelupuk matanya.

Apa dia ditolak?

Setidaknya jika tidak bisa, bolehkan kalau berteman dahulu?

Dera mencebikkan bibir pada akhirnya. Mungkin dia memang terlalu terburu-buru? Bukankah mereka masih baru mengenal? Dani memang pasti akan enggan padanya.

Dera tidak suka diabaikan dan tidak dianggap. Dera terbiasa menjadi pusat perhatian dan selalu menyukai orang-orang yang 'melihat' keberadaannya.

Namun, pada Dani ... entah kenapa Dera semakin ingin mengejar, padahal biasanya dia yang dikejar. Biasanya Dera yang dicari dan dibutuhkan sekitarnya.

Biasanya Dera tokoh utamanya.

Pandangan Dera turun ke bawah, menemukan tangan Dani yang terbalut perban, semakin tak berbentuk. Lilitannya seolah hanya dikaitkan, tidak benar-benar untuk menutupi. Ada bekas darah baru di sana.

Cowok ini terluka lagi?

Dani menoleh mendapat sentuhan di lengannya. Ingin sekali menghempaskan tangan terkutuk yang berani menyentuhnya, tetapi Dera lebih dulu berkata serius.

"Tangan Dani harus diobati. Dani boleh gak suka Dera, tapi gak boleh nyakitin diri sendiri. Pokoknya Dani gak boleh nolak!"

***

Mereka ada di UKS lagi. Tempat kedua yang sering dikunjungi Dani setelah kelasnya sendiri.

Ini mulai membosankan, kalian tahu?

Sungguh, ini pertama kalinya Dani bosan mendapatkan tugas.

Dee juga tidak ada. Wanita itu belum kembali juga, membuat Dani tidak tahu apa yang harus ia lakukan.

Jika ditanya satu hal yang bukan keahliannya ... itu hanya soal cinta dan tetek bengeknya.

Sangat menjijikkan dan tidak berguna.

Cinta tidak membuat kenyang, uang tidak bertambah, adanya pikiran terus terkuras dan mengurangi kesenangan yang biasa dilakukan. Mengurangi produktivitas kalau bahasa kerennya.

Sedangkan produktivitas Dani adalah membunuh.

Spesialisnya.

Kesenangannya.

Hobinya.

"Udah selesai." Dera menepuk luka Dani dua kali, memeriksa apakah cowok di depannya akan kesakitan atau ... tidak sama sekali.

Dera hampir menganga. Dia menekan luka Dani lagi, tetapi raut datar dan menyebalkannya masih utuh. Tidak merasakan apa itu sakit. Boneka saja akan menjerit jika diinjak.

"Kau selesai?" Netra cokelatnya menyorot datar.

Dani menaruh tas di pundak, turun dari ranjang UKS. Memutuskan menepuk puncak kepala Dera dua kali sebagai ucapan terima kasih, seperti yang selalu Dee lakukan padanya. Dia berjalan menjauh, membiarkan gadis dua langkah di belakangnya hampir meledak menahan teriakan.

Begitu membuka pintu UKS, kepala Dani tiba-tiba ditutup plastik hitam dan diseret ramai-ramai. Dani tidak melawan. Bibirnya yang kering dijilat, menemukan hiburan baru.

Baru beberapa menit lalu dia mengungkapkan bosan, sekarang sudah ada penawar bosan itu sendiri. Mereka yang memulai, jadi Dani akan bersenang-senang dengan pesta untuknya.

Kita lihat siapa para kacung tidak berguna ini.

Dani digeret sambil sesekali ditarik paksa. Khas kelakuan polisi yang menggeret buron yang sudah lama diincar, ingin segera memukulinya.

Di sengau angin berikutnya, Dani menebak dia dibawa ke sebuah gudang setelah mendengar pintu dibuka kasar, lalu ditutup lagi. Empat orang yang dikerahkan membawa Dani cukup senang melihat ikan tangkapannya tidak memberontak.

"Oh, jadi ini anak baru yang belagu sampe mukulin anak buah gue?"

Plastik hitam dilepas dari wajah Dani. Empat orang yang membawanya menjauh, membiarkan Dani berada di tengah-tengah ruangan. Ternyata mereka adalah anak-anak yang dipukuli Dani tempo hari.

"Lo apain adek gue, bocah?" Orang tinggi jangkung itu mendekat dengan dagu terangkat. Kedua tangannya tenggelam di saku jaket lusuh yang dipakainya.

Dia ditemani lima orang berpakain sama lusuhnya. Bolong sana-sini seolah tukang jahit tidak mampu menutupinya. Wajah mereka tidak lebih dari preman pasar, sangat urakan dan kasar.

Oh, mengadu rupanya?

Kepala Dani menoleh pada empat orang berseragam sepertinya.

Dani tersenyum mengejek, membuat orang yang sedari tadi berjalan ke arah Dani tidak menahan lagi amarahnya. Dia melompat, mengarahkan pisau yang tergenggam di dalam saku, lurus ke leher Dani.

Dua detik sebelum pisau itu tiba, Dani menyelipkan dua tangannya juga di saku celana, bergerak menghindar dengan tatapan remeh.

"Ck, kacung payah."

Bab terkait

  • Kubuat Kau Mencintaiku!   Saingan Baru

    Dani berkelit ke samping lagi melihat tebasan pisau sembarangan itu. Terus saja menusuk sana-sini tidak peduli arah. Serangannya sangat khas dan sangat familiar. Dani sempat melihat empat orang berseragam itu lalu meringis kecil. Gerakan mereka sama cerobohnya dengan orang yang menyerangnya.Setidaknya jika mulut mereka angkuh, harus diimbangi dengan gerakan tubuh yang sama.Dani menguap bosan. Ini sama sekali tidak menghibur."Wah, wah! Dia nguap! Apa maksud lo gitu waktu berantem sama Kakak gue? Ngeremehin lo?!" sentak seseorang yang sedari tadi menonton.Nama di dadanya bertuliskan Jay, melotot marah karena sejak tadi Dani terus menghindar tanpa melawan, sedangkan kakaknya menyerang tiada henti bagai babi terluka.Senyum mengejek terukir makin lebar di wajah Dani, alisnya terangkat tinggi. "Menurutmu?""Berengsek!"BRAK!Pintu gudang terbuka lebar mendapat tendangan dari luar. Orang di dalam gudang terkejut bukan main melihat dua orang guru datang deng

    Terakhir Diperbarui : 2022-04-04
  • Kubuat Kau Mencintaiku!   Heart Attack

    "Tugas lo adalah bantu-bantu kerjaan OSIS selama seminggu dalam masa sanksi dari sekolah."Dani berdiri di samping Rian yang juga tengah berbicara pada anggota OSIS. Ada murid yang kena sanksi tingkat tiga, sanksi terberat sebelum dikeluarkan dari sekolah. Mereka menerima murid yang pertama kali melakukannya dalam satu tahun masa jabatan ini. Ini pertama kali. "Jadi kau akan membuatku menjadi kacung kalian?" Suara itu datar saja. Tidak meninggi juga tidak rendah, tetapi cukup untuk membuat bulu kuduk mendadak berdiri. Entah kenapa ... Dani begitu mendominasi saat berbicara. Atmosfernya jadi aneh dan sesak. Hanya Rian yang masih berdiri tegak dengan tatapan jengkel."Ya, kasarnya gitu." Rian terang-terangan. "Tapi karena bu Aina masih ngasih lo keringanan, beliau cuma khususin lo sama satu tugas aja. Bantu tugasnya Ketua OSIS." Lagi pula bicaranya aneh sekali? Terdengar sangat formal di telinga Rian. Sangat tidak nyaman. Belum lagi rambut gondrong dan

    Terakhir Diperbarui : 2022-04-08
  • Kubuat Kau Mencintaiku!   Mau Makan Stroberi di Rumahku?

    "Bagaimana perkembangannya?"Tiga hari tidak ada kabar, Dee tahu-tahu menelepon lewat ponsel khusus di jam tiga pagi. "Aku punya saingan." Dani melempar dart di tangan. Lurus mengenai titik merah di papan bundar. Sepagi ini Dani selalu bangun untuk berolahraga. Biasanya di markas juga tidak akan tidur karena berjibaku dengan misi. Jadi, begitu mendapat telepon, Dani sedang dalam keadaan bugar. Tawa Dee meledak di ujung sana. Jenis tawa mengejek yang sudah lama tidak didengar Dani. "Jangan mulai, Dee." Dani menperingatkan. Dia sedang tidak ingin mendengar ejekan menjengkelkan Dee di pagi buta. "Ya, ya, baiklah." Terdengar Dee berusaha menyumpal tawanya dan bertanya serius. "Jadi apa yang kau lakukan, Sobat?""Aku membunuhnya?"Dee di sana mengangkat alis. "Jawab yang benar."Dani mendengkus mendengar nada tegas itu kembali. Melempar dart terakhir, lalu duduk di sofa. "Aku membiarkannya, sesekali kujahili.""Kau mendekati target hanya jika sainga

    Terakhir Diperbarui : 2022-04-11
  • Kubuat Kau Mencintaiku!   Kau Cantik

    "Dani nanem stroberinya sendiri? Beneran?"Dani mengangguk kecil. Pasrah melihat taman kecilnya kini berubah kebun mini. Semuanya berisi stroberi yang sudah matang. Dari ujung ke ujung. Padahal sebelumnya hanya ada kaktus dan kaktus."Boleh Dera petik?""Tentu. Semuanya untukmu."Telinga Dera memanas mendengar itu. Segera mengambil keranjang, menyembunyikan wajah tomatnya dari Dani. Dera merasa ini seperti mimpi. Entah kebun stroberi di depannya, entah sikap Dani yang hangat padanya. Cowok itu terlihat ingin membuka diri pada Dera. Terlihat berusaha keras untuk tidak memakai wajah datarnya dan tersenyum. Dera terharu. Antara stroberi yang digigitnya sangat segar, atau Dani yang kini memasangkan topi di kepalanya.Dera berusaha tidak merusak momen langka ini. Terus memetik buah dan sesekali melihat Dani yang masih tampan meski berkeringat. Dera tiba setengah jam yang lalu. Disuguhkan pemandangan takjub melihat rumah mewah Dani yang hanya ditinggali

    Terakhir Diperbarui : 2022-04-14
  • Kubuat Kau Mencintaiku!   Perasaan Rain

    Bau amis darah menguar begitu pintu dibuka dari luar. Anyir dan membuat muntah jika tidak tahan. Seolah darahnya dipoles ke setiap dinding ruangan. Samar-samar terdengar erangan lemah ketika kaki berjalan semakin jauh ke dalam. Tertangkap siluet lelaki berambut gondrong tengah asik menendang tubuh seseorang. Menyeringai senang mendengar setiap umpatan, teriakan, dan erangan sakit dari mainannya. Tidak peduli wajah mainannya sudah hancur, sepatunya tetap menggesek, menendang, dan menginjak hingga puas. Hingga seluruh amarah dalam otaknya reda. "Hentikan Dani. Kita harus membawanya hidup-hidup."Satu suara melengking itu membuat kaki Dani yang akan menyepak, terhenti di udara. Kepalanya berputar perlahan, menatap bengis orang yang berani mengganggunya. "Bukan urusanmu," jawabnya dingin. "Kau sudah menghabisi seluruh orang di gedung ini sendirian! Jika kau tidak bisa mengendalikan nafsu binatangmu, aku tidak segan menantangmu d

    Terakhir Diperbarui : 2022-04-23
  • Kubuat Kau Mencintaiku!   Perebutan Takhta

    Kelas Dera sedang tidak ada guru, mengikuti rapat penting yang tidak bisa ditinggal. Teman-temannya mulai rusuh. Bermain, bergosip, bahkan beberapa ada yang ke kantin. Dera sendiri mencoba tidur di bangkunya. Berusaha tidak melirik bangku kosong di sebelah yang sudah senyap selama empat hari. Dera merasa haus, tenggorokannya sering kering dan sakit, untuk kemudian tercekat.Dera rindu. Dirinya merindukan sosok dingin itu. "Dera pengen tidur, tapi berisik banget."Kepalanya makin ditenggelamkan di lekukan kedua tangan, mengabaikan suara-suara tidak jelas. "Eh, eh, si gila perhatian lagi tidur. Kita kerjain, yuk. Mumpung gak ada pawangnya," bisik cewek berbando kuning. "Pas banget. Gue lagi gabut." Ajakannya disetujui cewek bermata sipit. "Dan gue bawa ini!" serunya kecil memamerkan bola air yang kini ada gunanya. "Gila, nyiapin banget lo?" bando kuning terkikik senang. Menerima satu bola air di tangan. "Ya

    Terakhir Diperbarui : 2022-04-24
  • Kubuat Kau Mencintaiku!   Siapa yang Paling Buruk?

    "Ngghh, kok gak ada orang? Ke mana-aduh, kaget. Ih, Rain bikin kaget aja."Rain tersenyum manis, membelai kepala Dera pelan. "Udah bangun?" Dera balas tersenyum. "Ke mana anak-anak? Udah bel pulang, ya?""Belum. Istirahat mereka. Pada ke kantin.""Eh? Tumben satu kelas keluar. Biasanya mereka lebih banyak diem di kelas, lho." Lihat? Bahkan setelah dijahili bagimanapun, Dera masih memperhatikan teman-temannya.Rain mau tidak mau tersenyum miris. "Lo emang malaikat.""Hah? Apa? Siapa malaikat?""Elo. Gue ngomong sama lo dan cuma ada lo di ruangan ini." Dera tertawa canggung. "Ah, mana ada. Malaikat kan gak kayak kita, Rain. Gak ada manusia kayak gitu. Hihi."Ada. Itu lo, Dera. "Rain laper, gak?" Dera membuka tas, hendak mengeluarkan camilan, membaginya dengan Rain. Namun, cowok itu lebih dulu menghentikan pergerakan Dera, membawa bahu cewek pujaan hati menatap ke arahnya.

    Terakhir Diperbarui : 2022-04-24
  • Kubuat Kau Mencintaiku!   Ciuman di UKS

    Dani terhunyung ke belakang merasakan pipinya dibogem sesuatu. Rain datang di saat yang tepat. Saat mulut bajingan Dani menghina cewek yang disukainya. "Berengsek!" Rain maju menerjang. Gerakannya terencana dan tertata. Tidak asal seperti tiga bandit sekolah beberapa waktu lalu. Serangannya mantap dan bertenaga. Ini pertama kalinya bagi Dani bisa dipukul mundur oleh lawan. Tidak menyangka jika orang itu adalah Rain. Dani menyeringai puas. Saingannya ternyata tidak hanya bisa diadu soal masalah hati, tetapi juga adu jotos. Yeah, Dani akan menikmati ini. Namun, berbeda dengan dirinya yang akan selalu membalas ketika diserang, kini Dani hanya bertahan, menangkis atau menghindari setiap serangan Rain. Sama sekali tidak melawan. Membiarkan Rain menumpahkan segala kekesalannya. Juga ...,"Rain! Udah berhenti! Dani kesakitan!"... untuk membuat Dera datang dengan sendirinya ke pelukan Dani. "Kenapa lo d

    Terakhir Diperbarui : 2022-04-25

Bab terbaru

  • Kubuat Kau Mencintaiku!   Pacar

    "Maafin Dera ya, Dani.""Lagi?"Jemari Dani bergerak menggenggam milik Dera yang awalnya hanya dipegang, membawanya ke atas, mengirim kecupan hangat."Jangan bilang maaf lagi, oke? Aku yang salah dan itu udah selesai. Jangan bahas lagi."Dera masih diam. Menekuri rumput depan rumahnya dengan perasaan gamang. Sesuatu masih mengganggunya. "Hei."Dera mendongak, hanya untuk melihat manik cokelat kehitaman Dani yang begitu memerangkap, mendapatkan Dera sepenuhnya. "Kamu harus terbiasa melupakan hal yang bukan salah kamu. Kamu harus terbiasa tidak merasa terbebani pada apa pun yang tidak ada hubungannya dengan kamu." Dani mengusap rambut Dera perhatian. "Kamu berhak bebas sama pikiran kamu sendiri. Bukan selalu menderita dengan pikiran orang lain. Bisa?"Dera mengangguk paham. "Janji?""Janji."Dani tersenyum. Senyum yang menjadi favorit Dera saat ini. Mungkin ... selamanya. "Masuk sana.""Dani juga hati-hati di jalan. Jangan ngebut.""Iya.""Beneran jangan ngebut, ya!""Iya, Sayang."

  • Kubuat Kau Mencintaiku!   Selalu Ada Pengganti Terbaik

    Guru perempuan berbada ramping itu asik menjelaskan pelajaran kimia dengan wajah semringah. Berbanding terbalik dengan keadaan para muridnya yang berasap dan mengantuk. Sangat tidak menyukai pelajaran aksi-reaksi satu itu. Meski seluruh jendela di kelas telah dibuka lebar-lebar, membiarkan angin mengisi seluruh ruangan, panas matahari masih saja terasa. Terlebih di dua bangku dari belakang. Panasnya lebih kentara karena keberadaannya dua kali lebih dekat dari siapa pun. Dera melirik Dani takut-takut. Figurnya masih tampak menawan meski sedang serius mendengarkan penjelasan guru. Rahang kokoh yang jarang dimiliki anak seusia mereka, rambut diikat tinggi, hidung mancung disertai tahi lalat, membuatnya terlihat manis juga ... ah, bagaimana Dera mengatakannya? Dera pura-pura mengusap pipi ketika kepala Dani bergerak, mencatat sesuatu di kertas. "Sshh, hampir aja ketahuan," gumam Dera sepelan mungkin. Pura-pura mencatat sesuatu

  • Kubuat Kau Mencintaiku!   Sakit di Segala Tempat

    "Kau ingin membunuhku?"Tubuh Dera bergetar bukan main merasakan tatapan menusuk Dani. Jelas menuduh dan sama sekali tidak ingin diafirmasi. Dera ketakutan. Itu yang pertama kali tiba di alam sadarnya. Otaknya memerintahkan mundur, tetapi hatinya lebih cepat menyela. "Dani ... kenapa?" Masih perhatian menanyakan keadaan sang pujaan hati walau suaranya mirip tikus terjepit. Dani berdiri begitu saja tanpa kata, menatap Dera lewat lirikan mata, meninggalkannya di sana. Tangan Dani terkepal kuat hingga berdarah karena tergores kuku sendiri. Tidak tahan. Inginnya Dani akan menghantam kepala Dera saat itu juga saat masa kelamnya bangkit tanpa aba-aba. Tanpa rambu peringatan.Telinga Dani berdenging, menghentikan langkah lebarnya. Sakit di kepalanya kembali lagi. "Sialan!"Tidak mendengarkan teriakan tubuhnya yang kesakitan, Dani tegap berjalan ke arah parkiran. Kepalannya yang berdarah beralih mencengkeram ulu hati erat. L

  • Kubuat Kau Mencintaiku!   Taman Bermain

    Jalanan kota sore itu tidak sepadat biasanya. Agak lengang dan berjalan lancar. Semilir angin bertiup landai, asik bercengkrama syahdu dengan dedaunan. Dera dan Dani mampir di warung makan pinggir jalan karena si ratu berteriak lapar. Akhirnya sang raja mau tak mau menghentikan motor di tempat makan mana saja. Awalnya Dani akan membawa Dera ke resto, tetapi cewek itu segera membelokkan Dani di warung makan pinggir jalan yang baru buka. Baru memulai dagangannya. "Dera sering makan di sini dulu sama ayah, ibu, tapi udah jarang sekarang. Soalnya ayah sibuk."Mereka duduk berhadapan di kursi plastik tanpa sandaran dan dibatasi meja panjang yang cukup menampung sepuluh orang. Dani baru tahu fakta satu itu. Maklum keparat itu tidak ada di rumah tadi. Sibuk? Sibuk menghancurkan hidup orang maksudnya? "Kerja apa Ayahmu?" Dani bertanya karena murni ingin tahu. Sebagian karena dendam, sebagian karena misi, sebagiannya lagi agar Dera m

  • Kubuat Kau Mencintaiku!   Kesayangan Dera

    Motor Dani terparkir di depan rumah minimalis bercat putih. Tidak besar, tetapi terlihat nyaman dan asri dengan beberapa pot tanaman di sekitar pagar kayu yang juga putih. Seketika uforia dalam dada Dani naik. Mengalir ke tangannya yang mengepal erat, tidak sabar bertemu bandit besar dalam rumah itu. Gunawan. Inti dari misi payah ini. Dani menggeser pagar kayu, masuk ke halaman, lalu mengetuk pintu. Tepat diketukan ketiga, pintu terbuka, menampilkan figur wanita tiga puluhan dengan baju rumah. Wajahnya khas keibuan. Rambut kecokelatan hasil diwarnai yang digulung ke atas, mirip konde. Dia tersenyum ramah, bertanya, "Cari siapa, Nak?"Dani menarik senyum, menyalami tangannya. "Ada Dera, Tante? Saya teman sekolahnya." Mencoba terdengar hangat dan dekat. "Ah, teman Dera yang namanya Dani?" Dani tidak menjawab, hanya mengangguk. Tidak kaget melihat ibu Dera sudah tahu tentangnya. "Ayo masuk, masuk. Panggil aja tante Ma

  • Kubuat Kau Mencintaiku!   Ejekan Dee Tentang Ciuman Dani

    Selasa malam. Dani kedatangan tamu spesial di rumahnya. Dee sungguhan datang secara nyata menemui Dani setelah sebelum-sebelumnya hanya berkomunikasi jarak jauh. Duduk nyaman di sofa sembari melihat-lihat interior rumah anak asuhnya yang glamor, tetapi sepi di saat yang sama. Perabotannya hanya sedikit, namun berkelas dan gemerlap. Jika orang yang melihat tahu akan kualitas barang serta harganya, pasti akan mengira Dani orang kaya tujuh turunan. Kamuflase dari Darto tidak pernah main-main. "Ke mana robotmu itu?" tanya Dee melihat Dani membawa dua kaleng kopi tanpa nampan. Ah, untuk nampannya itu, anak asuhnya memang tidak tahu sopan santun. Dee mengakuinya. Dani meletakkan satu kaleng kopi di meja, membuka miliknya, lalu diteguk sedikit. "Kumatikan. Kerjanya lambat dan mengganggu."Dee mencebik, ikut membuka kopi kalengnya. "Bagaimana misimu?"Dani melirik Dee sinis. Dia tahu kedatangan Dee memang untuk menanyakan hal itu, tetapi tidak langsung-langsungan b

  • Kubuat Kau Mencintaiku!   Ciuman di UKS

    Dani terhunyung ke belakang merasakan pipinya dibogem sesuatu. Rain datang di saat yang tepat. Saat mulut bajingan Dani menghina cewek yang disukainya. "Berengsek!" Rain maju menerjang. Gerakannya terencana dan tertata. Tidak asal seperti tiga bandit sekolah beberapa waktu lalu. Serangannya mantap dan bertenaga. Ini pertama kalinya bagi Dani bisa dipukul mundur oleh lawan. Tidak menyangka jika orang itu adalah Rain. Dani menyeringai puas. Saingannya ternyata tidak hanya bisa diadu soal masalah hati, tetapi juga adu jotos. Yeah, Dani akan menikmati ini. Namun, berbeda dengan dirinya yang akan selalu membalas ketika diserang, kini Dani hanya bertahan, menangkis atau menghindari setiap serangan Rain. Sama sekali tidak melawan. Membiarkan Rain menumpahkan segala kekesalannya. Juga ...,"Rain! Udah berhenti! Dani kesakitan!"... untuk membuat Dera datang dengan sendirinya ke pelukan Dani. "Kenapa lo d

  • Kubuat Kau Mencintaiku!   Siapa yang Paling Buruk?

    "Ngghh, kok gak ada orang? Ke mana-aduh, kaget. Ih, Rain bikin kaget aja."Rain tersenyum manis, membelai kepala Dera pelan. "Udah bangun?" Dera balas tersenyum. "Ke mana anak-anak? Udah bel pulang, ya?""Belum. Istirahat mereka. Pada ke kantin.""Eh? Tumben satu kelas keluar. Biasanya mereka lebih banyak diem di kelas, lho." Lihat? Bahkan setelah dijahili bagimanapun, Dera masih memperhatikan teman-temannya.Rain mau tidak mau tersenyum miris. "Lo emang malaikat.""Hah? Apa? Siapa malaikat?""Elo. Gue ngomong sama lo dan cuma ada lo di ruangan ini." Dera tertawa canggung. "Ah, mana ada. Malaikat kan gak kayak kita, Rain. Gak ada manusia kayak gitu. Hihi."Ada. Itu lo, Dera. "Rain laper, gak?" Dera membuka tas, hendak mengeluarkan camilan, membaginya dengan Rain. Namun, cowok itu lebih dulu menghentikan pergerakan Dera, membawa bahu cewek pujaan hati menatap ke arahnya.

  • Kubuat Kau Mencintaiku!   Perebutan Takhta

    Kelas Dera sedang tidak ada guru, mengikuti rapat penting yang tidak bisa ditinggal. Teman-temannya mulai rusuh. Bermain, bergosip, bahkan beberapa ada yang ke kantin. Dera sendiri mencoba tidur di bangkunya. Berusaha tidak melirik bangku kosong di sebelah yang sudah senyap selama empat hari. Dera merasa haus, tenggorokannya sering kering dan sakit, untuk kemudian tercekat.Dera rindu. Dirinya merindukan sosok dingin itu. "Dera pengen tidur, tapi berisik banget."Kepalanya makin ditenggelamkan di lekukan kedua tangan, mengabaikan suara-suara tidak jelas. "Eh, eh, si gila perhatian lagi tidur. Kita kerjain, yuk. Mumpung gak ada pawangnya," bisik cewek berbando kuning. "Pas banget. Gue lagi gabut." Ajakannya disetujui cewek bermata sipit. "Dan gue bawa ini!" serunya kecil memamerkan bola air yang kini ada gunanya. "Gila, nyiapin banget lo?" bando kuning terkikik senang. Menerima satu bola air di tangan. "Ya

DMCA.com Protection Status