Share

Bab 15. Ijin poligami

Penulis: Turiyah
last update Terakhir Diperbarui: 2024-10-29 19:42:56

POV Sherly.

Aku terbangun di tengah malam, tenggorokanku begitu serak dan sering batuk-batuk membuatku terpaksa bangun.

Aku menoleh ke samping, tidak ada Amira juga Mas Pram. Keningku berkerut sembari menyibakkan selimut yang menutupi badan ini. Aku beranjak keluar hendak mengambil air putih yang berada dekat dapur.

Mataku menyipit saat melihat seperti ada bayangan hitam dari arah ruang tamu. Ruangan juga sudah gelap tidak ada lampu yang menyala.

Rasa penasaranku membuatku terus melangkah mendekat. Kursi demi kursi pun letaknya sudah berbeda dari sebelumnya. Lebih renggang, aku melangkah lagi.

Bola mataku membulat sempurna, saat mendapati Amira tidur di atas sofa, sedangkan di bawahnya terdapat seseorang dengan ditutup selimut.

Tidak! aku menggeleng lagi, sepertinya dua orang.

Tak ingin kehilangan kesempatan aku langsung bergegas mengambil ponsel di kamar. Tak ingin menimbulkan suara kututup mulut ini rapat-rapat menggunakan telapak tangan, aku pun melangkah menjinjit meninggalkan
Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP

Bab terkait

  • Kubalas Kekejaman Mertua Dan Suami    Bab 16. Bertahan demi rencana

    Apa ini kok ribut-ribut di tengah malam begini?“ Aku menoleh ke arah suara cempreng itu, Mak lampir lagi, membuat moodku langsung amblas.“Terserah!“ desisku di depan wajah Mas Pram lalu berbalik meninggalkan mereka.Aku menghela napas ini, lebih baik lekas sampai kamar lalu kukunci rapat pintunya. Disana aku bebas nangis Bombay sekalipun.“Heh! Orang tua datang, malah ditinggal pergi, dasar mantu mandul!“ Aku menoleh lalu mengacungkan jari tengah ke arahnya, dulu aku masih bisa menahan semua cacian dan menelan begitu saja, tapi sekarang buat apa, toh pernikahan ini sudah tidak baik-baik saja.Aku lalu berjalan cepat ke kamar sebelum ibu mertua menyusulku, segera kukunci rapat pintu dan aku bersender di depannya.BRAK!BRAK!BRAK!“KELUAR, KAMU!“ teriak Ibu mertua dari luar.Benar dugaanku, Ibu pasti tidak terima aku melakukan tadi, ha ha ha, lucu sekali hidupku.BRAK! BRAK! BRAK!Sepertinya ibu Mertua tidak menyerah begitu saja, baiklah kukira ototku butuh pemanasan.Kuusap kasar air

  • Kubalas Kekejaman Mertua Dan Suami    Bab 17. Nambah menantu

    POV Ibu mertua.Aku menatap lama ke arah pintu kamar menantuku ini. Seandainya Sherly tidak memiliki video Aibku. Pasti tidak akan menyusahkanku seperti. Mana mungkin aku menerima kalau dia menyebar video tersebut ke orang-orang, bisa hancur harga diriku. Lagian cuma masalah Clara saja sampai heboh begitu, lebay kok kebangetan. Aku saja sebagai ibunya boleh-boleh saja. kenapa dia yang ribet. Aku lebih suka Clara, sudah pasti punya anak juga sepertinya lebih memanjakan aku, tidak seperti Sherly yang apa-apa tidak mau nurut. “Bu, video apa yang dimaksud Sherly tadi, kok, Ibu sepertinya ketakutan?“ tanya Putra semata wayangku membuyarkan lamunan.“Eh, enggak, kok. Sudah jangan penasaran, cuma video gak penting.“ Aku mengibaskan tangan ke arahnya. Semoga putraku tidak curiga dan tanya ke Sherly.“Aku curiga, Bu,” ucapnya menatap tajam ke wajahku.“Apa? Curiga? Tega Kamu mencurigai Ibu? Jangan lupa! siapa yang berjasa membesarkanmu! Kamu tahu Air susu Ibu mengalir ke tubuhmu sampai saa

  • Kubalas Kekejaman Mertua Dan Suami    Bab 18. Ke Pasar

    Aku menoleh, tersenyum ke arahnya, cerdas juga otak anakku, kenapa aku gak kepikiran sampai sana. Sampai lupa sebentar lagi Sherly sudah punya pemasukan. Bisa kumanfaatkan sebaik mungkin.“Baiklah, aku akan membiarkan dia di sini,” lirihku.“Terimakasih, Bu. Berarti, Ibu maukan kalau mulai besok bersikap ramah ke Sherly? Biar Sherly betah dan tidak menginginkan cerai, Bu,” pintanya dengan menaikturunkan alisnya.“Hem.“ Aku menyetujui rencana Pram. Sepertinya aku beruntung nantinya.“Ya sudah, ini sudah malam, Ibu tidur lagi saja ya, aku mau menemani Clara, kasihan kesepian.“Aku mengangguk, lalu ikut bangun untuk mengunci kamar.Setelah kepergian Pram, aku menjatuhkan bobot badanku ke ranjang. Sepertinya malam ini akan tidur nyenyak.***Pagi sekali aku bangun, kulirik jam masih jam setengah empat.Bapak juga tidak pulang semalaman, biarlah.Lebih baik aku ke pasar pagi saja sekalian olahraga. Sudah lama sekali tidak berbelanja sayur rasanya kangen. Di pasar sini, jam 3 pagi pasar su

  • Kubalas Kekejaman Mertua Dan Suami    Bab 19. Perubahan sikap

    POV Sherly.Alunan suara Adzan membangunkan tidur malamku, kemarin aku tidak berniat ingin tidur untuk menjaga diri ini tetap aman tapi Alhamdulillah aku terjaga sudah berganti hari dan tetap aman, mungkin pikiranku yang sudah terlanjur negatif sama keluarga suami.Gegas aku beranjak membereskan ranjang dan melipat selimut, berapa malam terlewati dengan tidur seorang diri. Meskipun kesepian tapi ada bagusnya untuk melatih ketika sudah jadi janda nanti.Aku mengambil napas ini lalu membuang perlahan, segera aku keluar kamar menuju kamar mandi untuk berwudhu yang terletak di samping kamar yang aku tempati.Sayup-sayup terdengar suara berisik dari dapur, suara dentingan panci membuatku penasaran, siapa gerangan yang memasak? Clara kah? Biasanya jam segini penghuni rumah masih lelap dalam tidurnya. Hanya aku seorang diri yang bangun dan mengerjakan beberapa tugas.Dengan langkah mengendap aku berjalan ke arah dapur, aku mengintipnya dari celah dinding dan kulkas. Rupanya Ibu yang sedang m

  • Kubalas Kekejaman Mertua Dan Suami    Bab 20. Waspada lebih baik.

    “Tahan Sherly, tahan. Pembalasan yang cerdas tidak mengeluarkan otot tapi otak, harus balas dengan cara elegan” ucapku dalam hati.Mereka yang menyadari kedatanganku langsung salah tingkah, Mas Pram pun berbicara tanpa suara ke arah Clara, ia menggeleng dan memainkan matanya ke arah Clara untuk meminta pindah duduk.Clara hanya melongo, dasar. Begitu saja tidak paham.“Ehem! Sudah, Mas. Lanjutkan saja. Gak papa aku duduk di sini, buat nyaman saja,” ujarku sembari menarik kursi di samping Ibu, aku segera mengambil piring, dan menyendokkan nasi ke dalamnya. Masa bodoh sepertinya lebih baik untuk sekarang, terlalu bucin dan baik ke pasangan itu hanya merugikan diri sendiri.Rupanya hari ini makan besar, berbagai lauk terjejer di rapi di atas meja, Ada Udang, opor ayam, tumis kangkung, sop bayam, telor balado, tumis sawi, ayam goreng, sambal ati ampela dan cumi goreng. Menunya amburadul sampai bikin pusing yang mau makan, pasti Ibu beli jadi bisa sebanyak ini padahal masih pagi juga. eh

  • Kubalas Kekejaman Mertua Dan Suami    Bab 21. Mulai mengatur strategi

    POV Sherly“Tidak, aku tidak mau dimadu, Mas,” lirih Clara.Aku tersenyum kecut ke arahnya, kurang ajar sekali dengan beraninya dia mau menyingkirkanku dari rumah ini, tidak semudah itu ferguso!“Jangan begitu, kamu harus jadi yang kedua, Clara,” jawab Pram ke arah Clara.“Ceraikan saja, Pram!“ Ibu ikut menimpali.Ya ampun aku disini bagaikan debu yang mengotori lantai, sebentar lagi tinggal menunggu kesapu. Bagaimana mungkin mereka bisa sekejam itu, imannya kemana, padahal baru kemarin ngomongin zina dan dosa tapi mereka tidak pernah bercermin untuk diri sendiri.“Mas, begini saja, aku minta waktu 1 bulan, jujur aku masih syok dengan semua ini, Mas. Setelah itu aku ikhlas, Mas mau memilih siapa bila memang salah satu kita harus bercerai,” ungkapku ke arah mereka. “Baiklah, Dek. Sepertinya itu ide yang terbaik untuk saat ini, Sekali lagi, maafkan Mas ya, Dek.““Sudahlah, sudah terlanjur. Sudah basi. Sudah kan bicaranya? Aku mau ke belakang dulu,” tanyaku sambil berdiri. “Iya, Dek.“

  • Kubalas Kekejaman Mertua Dan Suami    Bab 22. Ketahuan?

    "Terkendala apa?““Lagi butuh uang banyak, Fi. Aku gak tau harus bagaimana sekarang, sedih aku, Fi,” lirihku.“Kamu butuh uang? Berapa?““35 juta, Fi. Kalau ada yang minjamin sih insyaallah aku lunasin bulan depan.““Mana rekeningmu? kebetulan aku ada tabungan segitu.““Alhamdulillah, beneran, Fi? Kamu percaya sama aku?“ tanyaku memastikan. “Iya, beneran. Aku matikan panggilannya, aku tunggu pesan WA.“Masya Allah. Fia, aku akan mengingat kebaikanmu, Fi. Segera aku menggulir layar lagi untuk membuka Mbangking dan ss nomor rekeningku. Setelah itu langsung kirim ke Wa Fiani.Alhamdulillah ya Allah. Kali ini misi akan berjalan lancar.Ting!Notifikasi masuk lagi. Ternyata dari pemberitahuan ada transferan langsung. Segera aku membukanya.Mataku berbinar saat nominal saldo sudah bertambah banyak.Aku pun segera mencari teman sekolah masa SMA yang sekarang menjabat sebagai sales agen properti. Tidak lama nama akun yang kucari ketemu. Segera aku salin dan menyimpan nomor ke wa. Setelanny

  • Kubalas Kekejaman Mertua Dan Suami    Bab 23. Permintaan Sherly

    POV PRAM“Kamu sedang apa?“ tanyaku sekembalinya dari warung sebelah untuk mengantarkan Clara membeli perlengkapan mandi dan melihat Sherly sudah berdiri di atas kursi dengan berjinjit di depan Buffet.Sherly menoleh, masih dengan wajah polosnya, tatapannya sendu ke arahku, apakah aku menyakiti hatinya?Aku juga tidak tahu akan serumit ini, tujuanku cuma ingin merawat Amira, ternyata Clara ikut ke sini dan aku tidak bisa menahan hasratku saat melihat dia. Maafkan aku, sampai kapanpun aku tidak akan menceraikanmu, Sherly. “Lagi, mau mencari buku nikah kita. Rasanya aku begitu rindu dan ingin membuka lembaran siapa tau di sana ada petunjuk tentang perceraian kita nanti,” jawabnya lalu turun dari kursi.Hatiku tercekat saat mendengar perceraian itu dilontarkan begitu saja, tidak terasa air mataku ingin keluar. Aku hanya ingin membagikan bahagiaku yang kenyataan aku tidak mandul, tapi bukan berarti ingin menceraikannya. Tidak pernah terlintas dibenakku aku akan melepas Sherly. Bahkan me

Bab terbaru

  • Kubalas Kekejaman Mertua Dan Suami    Bab 194. Mengenaskan ( Tamat)

    “Sebentar, Aku tuliskan alamatnya dulu,” ungkapnya lalu masuk.“Jaga Amira baik-baik ya, Pram. Sherly sangat menyayangi wanita itu,” ujar Zen berpesan. “Baik. Aku akan kabari perkembangan Amira dan sewaktu-waktu akan membawa ke sini untuk berkunjung.““Kamu adalah lelaki baik.“Aku hanya mengangguk. Lalu tidak lama Sherly keluar lagi dan kini menyodorkan kertas ke arahku. “Ini alamat dan nomor telepon panti. Bisa kunjungi kapan pun,” ujar Sherly kemudian. “Terima kasih. Kami mohon pamit dulu.““Sini Amira, Mama cium dulu.“Amira langsung turun dari gendonganku dan mendekat ke arah Sherly. Mereka berpelukan cukup lama lalu Sherly menghujami beberapa ciuman di pipi Amira. Setelah usai aku menyalami semua orang yang ada di rumah ini. Lalu berjalan ke luar di temani Zen sambil membantuku membawakan barang Amira. “Terima kasih.“ “Hati-hati di jalan.“ Pesan Zen.Aku mengangguk lalu masuk ke mobil dan mendudukkan Amira di jok sampingku dan memasangkan seat belt.Kubunyikan klakson pel

  • Kubalas Kekejaman Mertua Dan Suami    Bab 193. Bagaimana kabarmu, Bu

    Hening mulai tercipta. Aku menunduk, lalu tanpa sengaja melihat tangan Sherly mengelus tangan Bu Yanti. Jujur, perasaanku kalut saat ini. Andaikan Amira benar tidak boleh dibawa. Aku tidak akan memaksa dan tetap menjalani hidup meskipun tanpa penyemangat.Tidak lama Sherly bangkit pun dengan Bu Yanti lalu pergi meninggalkanku seorang diri. Aku tidak berani mendongak. Aku malu menatap mantan Mertuaku, setiap aku melihat mereka, disitulah aku teringat dengan sikap buruk yang pernah aku lakukan tempo dulu.Aku kembali nunduk, cukup lama hingga ada seseorang menepuk punggungku. Aku mendongak lalu bangkit berdiri saat melihat Pak Anton dan Bu Lastri yang sudah berdiri di depanku. Aku menyalami mereka satu persatu.“Bagaimana kabarmu?“ tanya Pak Anton.Aku mengangguk-angguk. Suaraku sepertinya terhenti di tenggorokan.“Maafkan Pram, Pak. Bu,” ujarku lirih setelah berhasil menguasai keadaan. “Sudah kami maafkan cukup lama. Rileks Pram! Alhamdulillah kondisi kami jauh lebih baik apalagi sebe

  • Kubalas Kekejaman Mertua Dan Suami    Bab 192. Ditolak

    Aku melangkah gontai dan kembali ke mobil. Aku harus menemukan Amira bagaimana pun caranya. Kuputar arah lalu melajukan mobil dengan kaca pintu terbuka. Sesekali kepalaku melongok keluar untuk melihat dan berharap mendapatkan Amira di rumah tetangga atau apalah. Sepertinya aku harus mampir ke rumah Bu Yanti. Dia sedikit paham dengan rumah tanggaku. Semoga saja aku bisa mendapatkan info di mana tempat tinggal Amira yang sekarang.Setelah sampai di depan halaman rumah Bu Yanti. Aku sedikit ragu melangkah masuk. Sepertinya di dalam sana sedang ada acara karena ramainya suara yang bersahut-sahutan dari dalam. Aku terpaku untuk sesaat, bingung antara masuk atau pergi, tapi bukankah ini adalah salah satu jalan agar bisa menemukan Amira?Baiklah aku putuskan untuk masuk! Kuhela napas panjang untuk mempersiapkan diri. Tidak kupedulikan nanti bila respon mereka mencaciku lalu mengusir. Yang terpenting usaha dulu. Kubuka gerbang dengan gerakan pelan. Sepelan mungkin agar tidak menimbulkan s

  • Kubalas Kekejaman Mertua Dan Suami    Bab 191. Menjemput Amira

    POV PRAMSebulan sudah aku tinggal bersama pak Tony. Rasa rinduku semakin membuncah ke Amira. Apa kabar dia sekarang? Apakah rindu denganku. Bagaimana rupamu sekarang, Nak?Aku memijat pangkal hidung yang terasa gatal. Lalu merobohkan badan ini di teras, menatap beberapa bunga mawar yang sedang berbunga. Aku kesepian di sini. Tanpa ponsel dan teman. Hanya Bapak Tony satu-satunya teman mengobrol. Sherly, apa kabarmu? Apakah kamu bahagia dengan Zen? Sudah hamilkah? Kupejamkan mata ini lalu mendongakkan kepala. Dada ini terasa sesak saat teringat masa lalu. Bukan karena masa yang sulit, melainkan merutuki kebodohanku yang bertumpuk. Tap!Aku terbangun dari lamunanku saat ada seseorang yang menepuk pundakku. Aku menoleh lalu tersenyum saat Pak Tony menawarkan sepiring roti basah dan ikut duduk di sebelahku. “Saya perhatikan dari tadi Kamu nampak murung? Ada masalah?“ tanyanya setelah menyesap teh di tangan lalu meletakkan di samping badannya.Aku diam, bingung mau menjelaskan bagaiman

  • Kubalas Kekejaman Mertua Dan Suami    Bab 190. Bu Leni pingsan

    “Sherly tolong buka pintu mobilnya!“ Raungku dengan memukul kaca mobil.Mereka tanpa menoleh ke arahku. Suara klakson terdengar nyaring, membuatku terlonjak mundur. Saat itu pula mobil mulai dilajukan tanpa aku di sana.Aku merosot, bersimpuh di atas rerumputan liar. Tidak menyangka kalau akhirnya begini, kalau tahu seperti ini aku tidak perlu melakukan hal bodoh di tempat panti yang sebelumnya ini. Bahkan aku tidak mungkin kabur dari sini, tempat ini sangat terpencil dan jauh dari keramaian. Setengah jam berlalu, tidak ada seorang pun yang mencariku dan mengajakku ke dalam. Bahkan lututku terasa mulai kram. Kenapa nasibku bisa seperti ini. Aku bangkit berdiri lalu melangkah lunglai ke dalam. Menoleh ke kanan-kiri, tidak ada satu orang pun penjaga yang mau menyambutku. Padahal di depan sana, ada segerombolan orang yang tengah mengobrol. Sepertinya mereka adalah bagian dari panti ini. Kuhilangkan rasa malu untuk saat ini, saat ini aku ingin makan dan istirahat. Aku butuh kamar. Aku

  • Kubalas Kekejaman Mertua Dan Suami    Bab 189. Ditinggal

    “Jadi Zen belum tahu kalau Sherly itu mandul?“ tanyaku ulang.“Bagaimana ya, anak dalam keluarga menurut Ibu itu penting. Meskipun kalian kaya harta, tapi kalau tanpa anak itu akan terasa kosong. Ada yang kurang,” ujarku lagi. Aku tersenyum saat melihat Zen manggut-manggut. “Ibu Leni punya anak ya kan, tapi kenapa anak itu membiarkan Ibunya kesusahan ke sana ke mari hanya untuk tempat tinggal? Dan juga. Bukankah yang mandul itu adalah Anak ibu? Dari mana Ibu tahu kalau Sherly mandul?“Aku terhenyak mendengar penuturan Zen, Cukup lama aku terdiam mencerna ucapannya. Sampai saat ini aku tidak pernah mengakui Pram mandul. Meskipun ada surat DNA itu, bisa jadi kan ada kekeliruan dan Aku yakin itu. “Sudahlah, Bu. Cukup urusi urusan Ibu sendiri. Aku mencintai Sherly tanpa syarat, bahkan aku merasa bersyukur telah memilikinya.““Halah, namanya juga pengantin baru, lihat setahun dua tahun kemudian. Pasti ada saja yang akan kalian keluhkan,” cibirku ke arahnya lalu aku melengos ke samping.

  • Kubalas Kekejaman Mertua Dan Suami    Bab 188. Fitnah

    Sherly mengeluarkan ponselnya dan menunjukkan Layarnya ke arahnya. Duh, kenapa enggak bilang saja ke mana tujuannya. Kan aku penasaran jadinya.Aku memperhatikan mereka dari belakang, Zen menggangguk lalu mulai mengemudikan mobilnya.Aku melongok ke arah panti, selamat tinggal masa lalu. Akhirnya aku berjaya lagi.Zen mulai memutar musik. Aku ikut mengangguk-anggukkan kepala ikut menikmati iramanya. Jiwaku terasa muda kembali, entahlah. Apa mungkin karena rencanaku berhasil, jadi membuatku segirang ini?**Aku mengernyit setelah sekitar 30 menit mobil ini melaju di jalan raya, sekarang sudah mulai masuk ke gang yang sempit lalu berpindah ke gang yang sepi. Banyak pohon liar dan beberapa sampah mengganggu penglihatan. Ini di mana? Aku tidak pernah melewati jalan ini.“Ke mana ini, Sherly?“ tanyaku kemudian.“Nanti Ibu akan tahu sendiri,” jawabnya tanpa mau menoleh ke arahku.“Bu Yanti? Kita mau ke mana?“ Aku menoleh ke arah Bu Yanti yang masih saja diam menatap ke samping jalanan.Bu Y

  • Kubalas Kekejaman Mertua Dan Suami    Bab 187. Berulah

    POV Bu Leni “Sekarang Bu Leni berkemas, kita pulang sekarang!“Aku meremas baju untuk meredakan rasa girangku, sudah kuduga, Sherly sebodoh itu. Aku hanya melakukan bentuk keprotesanku dengan merusak hal-hal di sekitar dan lihat sekarang. Caraku manjur!Aku lekas berbalik, meraih tas dan memasukkan baju ke dalam. Tatapanku ke arah sprei yang sudah banyak bekas guntingan, itu akan menjadi alat bukti sebagai alasan kalau aku di sini dijahati. Tentu saja itu tidak benar, karena aku hanya ingin menarik simpati saja. Memang aku akui tempat ini bersih dan juga pelayanannya ramah, tapi aku ini masih cukup sehat dibanding penghuni lainnya dan lebih muda. Aneh saja aku sudah tinggal di sini. Malu dong. Nanti setelah keluar dari sini, aku akan pamer ke mereka yang pernah menggunjingku. Biar mereka panas. “Sudah, Bu?“ tanya Sherly membuyarkan lamunanku. Aku sedikit tergagap lalu bangkit berdiri dan langsung bersiap.“Sudah, makasih ya, Sherly. Kamu memang anak yang baik.““Sama-sama, Bu. Ma

  • Kubalas Kekejaman Mertua Dan Suami    186. Ubah rencana

    ”Hallo ... assalamualaikum.““Waalaikumsalam, ini dari Rumah Pelita, benar kan ya ini nomornya Bu Sherly, walinya dari Ibu Leni?““Ah ya, benar. Kenapa ya? Apa ada masalah?“ tanyaku lagi. Jujur hatiku berdegup tidak karuan. Jangan sampai Bu Leni berbuat ulah lagi di sana.“Begini, Bu. Apa bisa kalau Ibu ke sini sebentar? Mau membicarakan sedikit masalah yang bersangkutan dengan Bu Leni. Mohon maaf ya, Bu. Kalau mengganggu waktunya ibu.““Harus sekarang ya, Bu?““Ya enggak harus, tapi semakin cepat lebih baik.“Bunda menyenggol lenganku. “Kenapa?“tanyanya tanpa mengeluarkan suara.Aku menggeleng. “Baik, Bu. Kami ke sana sekarang.““Baik, kami tunggu ya, Bu. Hati-hati di jalan.“Sambungan telepon terputus.Lalu aku menoleh ke arah bunda. “Sepertinya ada masalah di panti, Bun. Kita ke sana dulu ya?““Loh, periksa saja dulu, Sherly. Nanti baru ke sana.““Enggak pihak sana sudah menunggu, periksanya bisa kapan-kapan kok. Ini sudah sehat lagi.““Bi, tolong belok ke panti dulu sebentar ya!

DMCA.com Protection Status