Share

KPKDS-7

last update Last Updated: 2023-04-15 08:33:26

POV Juun

Aku tidak menyangka hal ini akan terjadi.

Gadis yang ku cintai, terpaksa pergi meninggalkan ku.

Semua ini karena kesalahanku yang suka terbawa suasana, jika sudah bersamanya.

Gadis supel nan periang, yang selalu mewarnai hari-hari ku selama 7 tahun ini, akhirnya terpaksa kembali ke negaranya dengan sejuta luka dan tangis, akan ketidakberdayaan ku. Pemuda culun nan bodoh.

Meskipun awalnya, aku tidak memiliki rasa sedikitpun dengannya, namun melihat keceriaan dan kebaikan yang selalu dia tawarkan, di kala gundah ku, akhirnya membuatku mencintainya, meskipun aku tau, jika untuk bersamanya, akan banyak rintangan yang menghadang.

Apalagi, aku tau, jika kedua orang tua ku, tidak mungkin memberikan restu, jika keadaan kami masih senantiasa berbeda seperti ini.

"Ian!" Panggil Ummi sembari menyentuh pundak ku. Membuatku tersentak dari lamunan.

"Iya, Ummi," sahutku lembut, seraya tersenyum pada beliau. Karena mau bagaimana marahnya aku, tetap aku tidak mampu menyakiti surgaku ini. Karena aku tau, jika sampai kapanpun, aku tetap milik ibuku, meskipun nanti diriku sudah berkeluarga. Hanya harus bisa menempatkan diri, antara istri dan anak serta orang tuaku. Agar tidak ada yang merasa terdzalimi antara keduanya.

Ummi lantas duduk di sofa, tepatnya di sampingku, sofa bekas kekasihku duduk sebelumnya.

"Maaf, jika perkataan Ummi menyakiti hati kalian." Ucap Ummi, mengelus kepalaku dengan sayang, bahkan tersenyum lembut penuh keibuan. Yang mana, tidak pernah berubah sedikitpun sejak aku kecil hingga dewasa seperti ini. Karena itu, aku pun tidak berani menyakiti hatinya. Selain karena takut jadi anak durhaka, aku juga menghormatinya dengan sepenuh jiwa.

"Maaf, jika Ummi sudah memisahkan kalian berdua." Lanjutnya, merasa sedih saat melihat putranya melamun seperti ini.

Nampak sorot kecewa terlihat di wajahku dengan jelas oleh Ummi.

"Ummi tidak perlu minta maaf, karena ummi tidak bersalah. Yang bersalah, justru Ian, Ummi... Ian yang sudah berbuat dosa, namun berani sekali berusaha menyeret kalian semua ke dosa yang sama... Ian yang salah, Ummi..." ucapku lirih dengan mata mulai berembun.

Tak sanggup rasanya aku mendengar ucapan Ummi yang seolah-olah menyalahkan dirinya sendiri akan semua yang terjadi. Karena itu, lebih baik, aku lah yang mengakui semua kesalahanku agar tidak ada yang menghina surgaku ini.

"Maaf, jika Ian belum bisa menjadi kebanggaan Ummi dan Abi?" Pintaku lagi, menundukkan kepala ku, yang langsung di usap bahkan di peluk beliau dengan sepenuh cinta.

"Sebelum kamu meminta maaf, Ummi sudah memaafkan segalanya." Sahut Ummi Fatimah.

Mendengarnya, sontak membuatku semakin merasa bersalah. Bahkan aku menangis di pelukan ibuku.

"Ummi merestui hubungan kalian, jika seandainya kalian memang berjodoh." Ucap ummi, setelah sekian lamanya kami larut dalam tangisan.

Membuatku lantas mendongakkan kepala, menatap kearah ibuku yang penuh keheranan.

"Maksudnya?" Tanyaku bingung, bahkan kini keningku berkerut, menandakan jika aku benar-benar tidak percaya dengan apa yang baru saja aku dengar.

Ummi hanya tersenyum lembut, saat mengetahui kebingungan ku.

"Kamu mencintainya, bukan?" Tanya Ummi kembali.

Yang langsung ku jawab dengan anggukan kepala.

Ummi pun kembali tersenyum lembut mendengarnya.

"Jika kau memang mencintainya, mintalah dia pada Allah. Mohonkan dia, agar menjadi tulang rusukmu. Mintalah pada-Nya agar kalian berjodoh, baik di dunia maupun di akhirat."

"Mintalah pada-Nya, nak. Ketuk pintu langit, agar kalian bisa satu akidah. Karena hanya Allah yang mampu mengubah apa yang tidak mungkin, menjadi mungkin, jika Dia sudah berkehendak." Lanjut Ummi, menutup penjelasan. Yang mana membuatku memiliki semangat baru, agar bisa bersama cintaku.

"Anak Sholeh, faham bukan?" Tanya Ummi.

"In syaa Allah, faham, Ummi." Sahutku. Membuat Ummi terlihat bangga, karena terlihat dari wajah teduh beliau yang menatapku dengan sangat lembut.

"Namun, Ian juga harus ingat satu hal? Bahwasanya, jika kalian tidak berjodoh. Jangan pernah marah akan Qada dan Qadar-Nya Allah Ta'ala. Karena sesungguhnya, kita hanyalah wayang yang keseluruhannya di kendalikan oleh Allah Subhana hu wata'ala. Jangan marah ataupun suudzon terhadap takdir Allah kepada kita semua. Berhusnudzon lah akan semuanya, karena jika kita berhusnudzon, in syaa Allah hasilnya akan baik pula. Karena hanya Allah yang tahu, apa yang terbaik dari yang paling terbaik untuk seluruh hamba-Nya."

"Ingatlah sayang. Segala sesuatu yang menurutmu baik, belum tentu itu yang benar-benar terbaik bagimu. Begitupula sebaliknya, sesuatu yang buruk terlihat, belum tentu yang terburuk bagimu. Karena bisa jadi, yang terjadi malah sebaliknya. Jadi, teruslah berhusnudzon kepada Qada dan Qadar-Nya Allah Ta'ala."

Mendengar penjelasan Ummi, Membuat hatiku merasa lebih lega. Meskipun rasanya awan mendung itu, belum sepenuhnya pergi. Namun, aku harus berhusnudzon seperti kata Ummi, agar hasilnya baik pula.

"In syaa Allah, Ummi, Ian akan mengingat nasehat Ummi barusan." Sahutku. Yang di balas kecupan sayang dari Ummi di dahiku.

"Putra Ummi sudah dewasa sekarang, in syaa Allah, akan selalu berusaha menjadi yang terbaik, agar bisa membuat bangga Ummi dan Abi serta kesayanganku Aisyah." Ucapku lagi, dengan senyum yang lebih lebar. Membuat Ummi terkekeh geli, sembari tetap memelukku dengan sayang.

"Ngomong-ngomong, jika di peluk, Ummi begini? Rasanya aku seperti balik ke masa kecil?" Celutukku, membuat Ummi mengacak-acak rambutku, gemas.

"Kamu tahu tidak, jika sebesar dan sedewasa apapun anak, dia akan tetap terlihat seperti anak-anak di mata orang tuanya. Karena itu, orang tua merasa, masih perlu membimbing si anak, agar selalu berada di jalan yang lurus." Sahut Ummi, melepaskan pelukannya, lalu mengajakku duduk bersisian kembali.

"Oh... Pantas saja, aku lihat temanku digituin bapaknya. Sebenarnya bukan benar-benar temanku, dia istri temanku. Tapi karena dia sering ikutan ngumpul, kalau temanku itu melakukan apa saja. Maka, dari sana aku bisa mengatakan jika dia temanku juga."

"Siapa?" Tanya Ummi penasaran.

"Ummi masih ingat sama di tengil Ryu kan? Yang suka gangguin Aisyah?" Tanyaku balik. Menatap wajah teduh ibuku itu yang nampak selalu berbinar di mataku.

"Masih, kenapa, nak?" Tanya Ummi, di Sertai anggukan kepala.

"Nah... Diakan udah nikah, Mi, sama pacarnya itu. Meskipun di tentang mati-matian oleh ayahnya yang keras kepala itu. Tapi kan, bukan Ryu namanya jika tidak ikutan keras kepala, bahkan sampai punya ide cemerlang untuk membungkam tingkah laku ayahnya, biar dia bisa nikah Ama Devina."

"He em, lalu?"

"Nah, ayahnya Devina itu, ternyata sebelas dua belas sifatnya sama ayahnya Ryu. Bahkan sampai sekarang, mereka hobi ngerecokin rumah tangga anaknya. Apalagi saat Devina berhasil melahirkan pewaris tahta selanjutnya. Makin semena-mena lah ayah Devina kepada Ryu. Sedikit aja temanku bikin ulah, langsung kena sembur ayahnya Devina. Trus, pas tau anaknya di gituin, ayah Ryu pula ikutan nyembur kearah ayah Devina. Padahal perjuangan mereka agar bisa bersatu, panjang banget loh, Mi." Ucapku dengan menggebu-gebu.

"Terus?" Tanya Ummi penasaran. Membuatku sedikit tercekat.

"Devina itu, sahabat baik Nami," ucapku lirih, seraya ku tundukkan kepalaku.

Ummi mengelus kepalaku dengan sayang, lalu mengecup keningku.

"Berarti dia memang anak baik, seperti firasat Ummi."

"Siapa, Ummi?"

"Calon jodohmu." Sahut Ummi sembari berdiri, tak lupa tersenyum lembut. Kemudian surgaku itu, meninggalkanku sendirian yang tengah tersenyum bahagia, saat mendapatkan lampu hijau dari beliau. Meskipun tak menampik, jika kegelisahan itu masih merasuk di jiwaku.

Bersambung

Comments (3)
goodnovel comment avatar
Louisa Janis
Semoga Juun jodohnya Nami tapi awasi perempuan DAJJAL sok MALAIKAT dirumahmu karena kelihatan sangat BAHAYA
goodnovel comment avatar
Rini Rachmawati
semoga berjodoh dan disatukan lagi
goodnovel comment avatar
Elis Martini
semoga apa yang di semoga umi sama Ian beneran jodoh
VIEW ALL COMMENTS

Related chapters

  • Ku Pinang Kau Dengan Syahadat   KPKDS-8

    POV JuunBaru satu hari Nami pulang ke negaranya, aku sudah merasa seperti satu tahun lamanya.Kangen...Aku rindu padanya.Membuatku jadi teringat obrolan dengan sahabatku Ryu di waktu dulu. Saat dirinya ditinggalkan oleh Devina pergi begitu saja, tanpa jawaban, setelah dirinya melamar.Yang tentu saja sempat ku ledek, ketika melihat wajah frustasi dari sahabatku kala itu. Padahal dia sempat berkata, jika Devina sebelum kepergiannya waktu itu, sempat berkata jujur, jika dirinya juga mencintai sahabatku itu.Flashback on"Hei, kamu baik-baik saja?" Tanyaku pada Ryu yang ku lihat asyik meneguk minuman beralko**l di club, tanpa merespon ucapanku sedikit pun, bahkan dirinya juga tidak merespon saat ada seorang wanita berpakaian sek** menggodanya."Pergi kamu, dasar jal***! Aku benci wanita jal***!" Makinya kesal, mendorong tubuh wanita itu yang duduk di atas pangkuannya.Alunan musik terdengar begitu memekakkan telinga. Membuat telingaku menjadi pengang, apalagi saat melihat di sekitar, o

    Last Updated : 2023-04-15
  • Ku Pinang Kau Dengan Syahadat   KPKDS-9

    Setelah selesai membantu Ummi dan Aisyah yang berkemas, karena sebentar lagi mau pulang ke pesantren, aku pun bergegas menemui Namira, karena penasaran ingin tahu apa yang mau dia bicarakan. "Adek mau ngomong apa?" Tanyaku pada Namira, yang duduk di kursi. Membuat gadis itu menoleh ke arahku sebentar, kemudian menundukkan wajahnya kembali."Hmmm ... Itu bang, Mira mau nanya? Tapi Abang jangan marah ya?" Ucap Namira malu-malu. Bahkan dirinya menggoyangkan bahunya, membuat keningku berkerut heran. Tetapi enggan bertanya."Tanya saja?!" Sahutku cepat-cepat ingin menghentikan diskusi ini."Hmmm ... Mira ingin tahu, temen Abang yang di bawa itu siapa?" Tanyanya, sedikit menatapku kemudian menundukkan wajahnya kembali."Ya, temanku. Kenapa?" Tanyaku bingung, tidak mengerti arah pembicaraan."Iya ... Aku tau! Maksudnya itu, temen dalam arti apa bang? Orang spesial kah dia? Gitu???" Sahutnya dengan bibir mengerucut. Namun tidak terlihat dari balik niqab yang gadis itu kenakan. Merasa sedikit k

    Last Updated : 2023-04-15
  • Ku Pinang Kau Dengan Syahadat   KPKDS-10

    Bandar Udara Narita, pukul 08.00 waktu setempat.Dengan langkah gontai, Nami berjalan dari arah gerbang arrived, menuju ke lobi, dimana terlihat sang sahabat bersama putranya Danryuu, datang menjemput.Setelah sebelumnya, Nami menghubungi Devina, guna menjemputnya. nampak pula di belakangnya, Reiko serta Wisnu beserta putra mereka, Inoue yang kini berusia 5 tahun."Vina-chan!" sapa Nami dengan gurat sendu. yang di balas Devina dengan merentangkan tangannya. Nami pun bergegas masuk kedalam pelukan sang sahabat, yang kini menangis tersedu-sedu."Sudah! Tidak apa-apa. Kamu kuat!" ucap Devina, menenangkan."Nami-chan kenapa menangis?" celetuk Danryuu, menarik ujung jaket yang Nami kenakan.Sontak Nami dan Devina saling melepaskan pelukan mereka. sembari mengusap air mata, Nami sedikit membungkukkan badannya, menatap kearah Danryuu, yang mengulurkan tangannya, meminta di genggam.Nami menurut, menggenggam tangan Danryuu, sembari mengulas senyum tipis."Jangan nangis, Nami-chan! jika kamu be

    Last Updated : 2023-04-19
  • Ku Pinang Kau Dengan Syahadat   KPKDS-11

    "Pagi, dokter Okahara!" Sapa suster Mitsui, adik dari dokter Reiko, dengan ceria. Saat dirinya berpapasan dengan Nami di parkiran rumah sakit.Nami yang baru keluar dari dalam mobilnya, sontak menoleh kebelakang, "Pagi, Mitsui-chan!" Balas Nami, tak lupa tersenyum manis pula padanya."Dokter hari ini tugas pagi?" Tanya Mitsui kembali, matanya berbinar-binar, seraya mendekap buku jurnal keperawatan di dada, sementara tas ransel berwarna hitam, tercangklong di punggungnya."Huum! Iya!" Jawab Nami lugas, berpaling sebentar, menutup pintu mobil, tak lupa menguncinya. Setelahnya memasukkan kunci ke dalam tas tangannya. "Apa yang sedang kamu cari?" Tanya Nami, bingung, saat melihat Mitsui nampak celingak-celinguk, seolah mencari keberadaan seseorang atau sesuatu."Dimana, Kakak?" Tanya Mitsui, heran."Siapa? Ryu?" Tanya Nami balik, bingung akan pertanyaan yang di berikan oleh Mitsui."Bukan ... Juun-kun! Dimana dia? Bukankah, kalian selalu berdua?" Tanya Mitsui dengan mata berbinar.Nami pun

    Last Updated : 2023-04-25
  • Ku Pinang Kau Dengan Syahadat   KPKDS-12

    Hari-hari Nami lalui kini dengan penuh semangat. Berusaha menguatkan dirinya sendiri, jika nanti pada saatnya dirinya akan bersama-sama kembali dengan orang yang dia cintai.Rutinitasnya sebagai seorang dokter residen, kini semakin penuh dengan kesibukan. Apalagi jika dokter senior, seperti dokter Reiko meminta bantuan para dokter residen yang bertugas dalam hal menangani pasien gawat darurat. Seperti halnya hari ini, dimana seorang pasien terkena luka tembak yang berasal dari peluru nyasar di dadanya, harus mereka tangani secepat mungkin. Dimana Nami juga harus ikut terlibat didalamnya, hanya karena sang pasien menarik jas dokter yang dirinya kenakan. Terpaksa Nami ikut membantu menanganinya."Aku tidak mau orang lain yang menangani ku! aku mau istriku yang melakukannya?!" teriak sang pasien dengan wajah pucat, kekurangan darah, memaksa Nami memeriksanya. Membuat Reiko jengah. Karena pekerjaannya terpaksa tertunda oleh rengekan si pasien yang diperkirakan berusia 30 tahun. "Kenapa kam

    Last Updated : 2023-06-03
  • Ku Pinang Kau Dengan Syahadat   KPKDS-13

    "Wah ... siapa ini?" tegur seseorang, menghentikan langkah kaki ketiganya. Merekapun lantas menoleh ke belakang. Nampak lah sepasang suami istri di sana."Hai, brother!" tegur Juun pada sosok yang menegurnya —Ryu—. Dirinya berjalan mendekati lelaki itu yang nampak merangkul pinggang sang istri, dengan erat, takut kabur.Ryu gegas melepaskan rangkulannya, kemudian memeluk Juun dengan erat. "Apa kabar?" tanyanya, setelah pelukan mereka terlepas."Baik. Kalian?" Juun balas bertanya, seraya sedikit tersenyum sopan pada Devina, yang balas tersenyum tipis."Sangat baik. Apalagi, tidak lama lagi, anak kedua kami akan lahir. Kamu sendiri, kapan menyusul dengan Nami-chan?" celetuk Ryu, sedikit mengejek sang sahabat.Juun dan Nami, sontak merona. Keduanya nampak salah tingkah. "Doakan saja kami segera menyusul, karena setiap makhluk akan mendapatkan jodohnya di waktu yang tepat," pungkas Juun dengan tenang."Hmmm ... aku mengerti. Baiklah, kami pergi dulu, ya! Karena jadwal konsultasi Vina hari

    Last Updated : 2023-12-25
  • Ku Pinang Kau Dengan Syahadat   KPKDS-14

    Tangan Nami terlihat bergetar saat dirinya hendak menerima panggilan telepon tersebut. Wanita itu nampak kesulitan menelan ludah hingga membuat Aisyah menatapnya heran. "Kenapa, Kak? Ada yang tidak beres?"Nami berusaha menghirup udara sebanyak-banyaknya agar paru-parunya yang tiba-tiba terasa menyempit, bisa terasa lega."Kakak!" tegur Aisyah kembali. Tangan kanannya memegang lengan baju Nami.Nami menggeleng cepat seraya berusaha mengulas senyum tipis. "Tidak! Bukan apa-apa!" ungkapnya cepat. Nami lantas terkekeh yang terdengar terpaksa.Aisyah menyadari jika Nami berbohong. Namun dirinya tidak mempunyai kuasa untuk memaksa wanita itu, meskipun mereka sudah mulai dekat. "Baiklah. Jika ada apa-apa, Kakak bisa mengutarakannya padaku. Bukankah Kakak adalah calon Kakak Ipar ku?" hibur nya, ikut mengulas senyum manis.Nami terlihat terharu. Matanya bahkan berkaca-kaca. "Aisha!" serunya seraya menarik Aisyah masuk ke dalam pelukannya. Aisyah yang semula terperanjat, lantas balas memeluk Na

    Last Updated : 2023-12-26
  • Ku Pinang Kau Dengan Syahadat   KPKDS-15

    "Brengsek!" maki Nami semakin kesal. "apa kamu pikir, aku bersedia kembali menjadi mainan mu seperti dulu lagi?! Ingat ya, Akira. Aku, Okahara Nami tidak akan pernah kembali padamu untuk selamanya!" pekiknya keras.Akira terkekeh geli mendengarnya. Namun tak lama berselang kekehannya menghilang, digantikan dengan raut wajah mengeras. "Baiklah, kalau begitu ... sebagai peringatan pertama —," Akira menoleh pada salah seorang anak buahnya yang berdiri di belakang Toshio. Gegas lelaki itu memegangi kuat kedua bahu Toshio, mendorong tubuh lelaki itu hingga membungkuk di atas meja, menindihnya agar tidak bisa bergerak. Sementara temannya yang lain segera menarik tangan kirinya hingga telentang di atas meja."Tidak! Tuan, saya mohon. Jangan potong tangan saya!" pekik Toshio ketakutan saat dirinya melihat salah seorang anak buah Akira menarik katana dari dalam sarungnya. "TUAN!"Akira tersenyum sinis. Dirinya lantas kembali fokus pada ponsel di telinganya saat mendengar suara kesiap yang kelua

    Last Updated : 2023-12-27

Latest chapter

  • Ku Pinang Kau Dengan Syahadat   KPKDS-34

    Juun akhirnya menjelaskan semuanya tanpa satupun yang tertinggal. Sementara Abi Rahmat, hanya bungkam seribu bahasa, enggan menginterupsi sedikitpun. Hanya hela napas berat bersama gumam istighfar yang senantiasa lolos dari bibirnya sebagai respon atas semua berita buruk ini. Juun akhirnya ikut terdiam setelah sekian lama berucap. Ia ikut menghela napas pendek, pasrah akan keputusan sang ayah. Abi Rahmat berjalan perlahan ke arah tembok kawat yang ada di rooftop hingga angin senja meniup rambut pendeknya yang sudah dipenuhi uban. Matanya menatap lurus ke arah matahari tenggelam di antara gedung-gedung yang berseberangan dengan rumah sakit. "Apa yang akan kamu lakukan sekarang, Ian?" tanya Abi Rahmat tanpa menoleh pada sang putra yang kini ikut berdiri di samping kirinya, Juun ikut mengarahkan pandangan kemana ayahnya memandang. "Aku mencintainya, Abi. Tapi, jika Abi tidak berkenan? Aku —""Apa kamu akan berhenti berjuang?!" tegur Abi

  • Ku Pinang Kau Dengan Syahadat   KPKDS-33

    Ummi Fatimah pun terpaksa menceritakan semua yang terjadi pada suaminya, di ma a lelaki itu hanya bisa bungkam seribu bahasa. Sesekali terdengar ucapan istighfar lolos dari celah bibirnya yang kini mulai tertutupi dengan kumis. "Bagaimana menurut, Akang?" tanya Ummi Fatimah cemas. "Panggil Ian kemari. Tapi, sebelum itu..., Akang mau melihat keadaan Nami. Neng mau ikut?" ajak Abi Rahmat seraya mengulurkan tangan kanannya disertai tatapan lurus menghujam mata. "Iya, Kang. Neng ikut!" tukas Ummi Fatimah bersemangat sambil menerima uluran tangan. Keduanya lantas berjalan bersisian ke arah luar guna mencari ruangan Nami dirawat. "Oh ya, Akang mengerti, ya, isi pembicaraan orang-orang?" tanya Ummi Fatimah setelah suaminya bertanya pada salah seorang petugas keamanan mengenai ruang rawat Nami yang baru. "Sedikit-sedikit, Sayang. Akang diam-diam setiap malam belajar Bahasa Jepang, biar gak bingung saat diajak berinteraksi dengan calon besan

  • Ku Pinang Kau Dengan Syahadat   KPKDS-32

    Nami enggan menjawab, ia justru segera berjalan cepat ke arah jendela hingga membuat Ummi Fatimah semakin terkejut saat melihat Nami membuka kaca, lalu melompat ke bawah. "NAMI!" Ummi Fatimah berteriak kencang d bersama degup jantung berdetak kencang seraya berlari ke arah jendela. Wanita itu segera melongok ke bawah bersama seluruh perasaan takut mendera. Namun, akhirnya ia bisa bernapas lega saat melihat di bawah sana sang putra tengah memeluk Nami yang lemas dalam dekapan. Ummi Fatimah bahkan tanpa sadar mengucap syukur karena Nami selamat. Sementara itu, Juun segera menggendong Nami ala bridal, lalu meletakkannya di atas brankar yang segera didorong oleh para perawat menuju ruang perawatan. Salah seorang dokter, rekan sejawatnya bahkan segera menepuk pundak Juun seraya berujar dengan nada menguatkan, "Kamu harus kuat, Dokter Juun. Hanya kamu yang bisa menguatkan Dokter Nami saat ini. Lagipula kami semua men

  • Ku Pinang Kau Dengan Syahadat   KPKDS-31

    Nami bungkam seribu bahasa. Kepalanya bahkan tertunduk dalam, tidak berani mengatakan isi hatinya yang kini tidak berbentuk lagi akibat peristiwa buruk yang telah terjadi padanya. Ummi Fatimah pun berusaha mengerti. Ia ikut bungkam, membiarkan Nami berkutat dalam lamunan. Hanya jemarinya yang menggenggam sebagai bentuk jika dirinya perduli pada sang calon menantu. Nami perlahan mengangkat kepala, menatap wajah teduh Ummi Fatimah yang kini melepaskan niqab miliknya. Sementara Juun dan Abi Rahmat pergi keluar guna bicara empat mata. "Ummi, apakah saya boleh mengatakan sesuatu?" ujarnya meminta dengan sopan, meskipun suaranya terdengar serak."Katakan saja, Nak! Apa yang ingin kamu bicarakan?" ujar Ummi Fatimah, mengijinkan. Nami terdiam, kesedihannya terasa mencekam. Ummi Fatimah mengangguk sambil tersenyum hangat. "Katakanlah, Nak."

  • Ku Pinang Kau Dengan Syahadat   KPKDS-30

    Juun terdiam. Matanya menatap tajam pada Nami yang balas menatapnya datar. "Omong kosong apa yang baru saja kamu ucapkan, Nami Chan?" tanyanya geram.Nami tersenyum sinis. Ia membalas tatapan itu tidak kalah dingin. "Ba yi sia lan itu, Juun. Apa dia sudah ma ti?"Juun menggebrak tepi brankar hingga membuat Nami terkejut setengah mati. Jantungnya terdengar berdetak kencang, namun gadis itu berusaha untuk tidak menjerit. Ia bahkan semakin menatap dingin pada sang kekasih."Aku rasa otakmu perlu dicuci hingga bersih agar berhenti mengatakan sebuah omong kosong." Suara Juun terdengar berdesis kuat. Ia tidak mampu lagi menahan emosinya hingga tanpa sadar mengatakan sesuatu yang buruk."Ya, tentu saja." Nami menyahut dengan santai, terlihat tidak merasa bersalah sedikitpun."Agar otakku tidak mengingat kembali jika ja nin sia lan itu masih bersarang di rahimku." Nami melanjutkan ucapannya.Juun menggeram. Ia bahkan melepaskan pegangan tangannya dengan sedikit kasar hingga Nami pun semakin te

  • Ku Pinang Kau Dengan Syahadat   KPKDS-29

    Baju Juun penuh dengan da rah yang tentu saja berasal dari Nami. Sementara gadis itu kini telah berada di dalam ruang operasi tempat mereka bekerja guna menyelamatkan nyawanya.Dirinya tidak diijinkan ikut serta karena semua teman-temannya khawatir lelaki itu tidak bisa bertindak profesional. Apalagi saat melihat wajah panik juga lolongan histeris yang ia berikan beberapa saat yang lalu.Juun duduk di atas kursi tunggu sembari mengacak-acak rambutnya hingga berantakan dengan kepala tertunduk dalam. Sementara Aisyah ikut duduk di samping kanannya, mengusap punggung sang kakak guna memberikan dukungan."Abang," panggil Aisyah lirih sembari membersit hidungnya yang mampet dari balik niqab yang ia kenakan."Hmmm," sahut Juun menggumam, enggan mengangkat kepala. "Abang yang tenang, ya," pinta Aisyah, kembali sesenggukan.Juun tersentak. Ia lantas dengan cepat menoleh pada sang adik dengan tatapan menuntut jawaban.Aisyah lan

  • Ku Pinang Kau Dengan Syahadat   KPKDS-28

    Nami tercekat. Air matanya tanpa sadar menetes saat melihat hasil test pack miliknya. Kedua tangannya bahkan bergetar hebat hingga benda tersebut jatuh ke atas lantai, tepat di samping kanan kakinya, seiring isakannya yang terdengar menyayat hati."Kenapa? Ini tidak mungkin ...," Kepalanya menggeleng kuat-kuat, masih berharap jika ini semua mimpi buruk belaka.Namun harapannya harus sirna saat ia memberanikan diri kembali menatap pada benda tersebut, hasilnya tetap menunjukkan garis dua, pertanda jika dirinya benar-benar hamil.Tangisnya pun kembali pecah. Ia lantas menggigit punggung tangannya saat mendengar pintu diketuk seseorang dari luar disusul suara yang ia kenal dengan baik. "Afwan, Oni Chan. Apa Oni Chan baik-baik saja?" tanya Aisyah khawatir.Aisyah bahkan belum menanggalkan mukena karena baru selesai salat isya. Keningnya berkerut saat tidak mendengar sahutan dari dalam. "Oni Chan!" panggilnya kencang sembari menggedor pintu. Perasaan takut tiba-tiba hadir."Oni Chan!" pangg

  • Ku Pinang Kau Dengan Syahadat   KPKDS-27

    Nami kembali memulai harinya seperti biasa, seolah-olah peristiwa buruk yang terjadi 2 bulan yang lalu hanya sebuah mimpi buruk semata. Gadis itu bahkan terlihat begitu ceria karena hubungannya dengan Juun menunjukkan kemajuan berarti.Mereka bahkan tidak segan saling menunjukkan perasaan masing-masing di tempat kerja."Bagaimana rasanya?" tanya Nami sambil menatap penuh harap Juun. Keduanya tengah duduk di bangku taman rumah sakit yang biasanya digunakan para pekerja magang untuk menyantap bekal makan siang."Enak." Juun menyahut cepat setelah berhasil menelan makanan yang ada di dalam mulut. Lelaki itu lantas tersenyum manis sambil merapikan poni Nami yang tertiup angin sehingga menutupi mata kirinya.Nami tersipu, ia tidak menyangka jika akan mendapatkan pujian dari mulut kekasihnya."Apapun yang kamu buat, rasanya sungguh enak di lidahku." Juun melanjutkan pujiannya hingga membuat wajah Nami semakin bersemu merah."Kamu malu?

  • Ku Pinang Kau Dengan Syahadat   KPKDS-26

    Akira terkejut mendengarnya. Ia bahkan tanpa sadar mengumpat di dalam hati. 'Sial ... sial! Bagaimana bisa Ketua Klan Shinryuu mengetahui hal ini, dan bagaimana bisa lelaki mengerikan itu mengenal Nami? Jangan-jangan dia ...!' Matanya terbelalak sambil menoleh cepat pada Nami yang kini berusaha mundur setelah jambakannya terlepas. Nami bahkan tidak perduli penampilannya berantakan dengan rambut kusut masai juga pipi basah bekas air mata. Sementara itu di seberang sana, Ryu yang tidak sabaran segera memberikan sebuah peringatan. "Aku akan menghitung dari 1 sampai 3. Jika kamu tidak melepaskan Okahara Nami. Maka malam ini adalah malam terakhir Klan Tiger bisa bernapas di muka bumi." Akira pun memucat, ia bahkan mulai kesulitan menelan ludahnya yang tiba-tiba berubah menjadi sebongkah batu. Dengan wajah kikuk bercampur takut, juga senyum dipaksakan, lelaki itupun menjawab. "Oh ... ba-baik, Ketua. Mohon tunggu sebentar!" Akira lantas mematikan sambungan telepon setelah mendengar sahuta

DMCA.com Protection Status