“Entahlah nek.. tapi dicoba saja” ucap Bintang lagi seraya kembali mengambil kain bulu domba emas dari dalam kotak. Bintang menyerahkannya kepada Nenek Ular.
Nenek Ular menerimanya dengan tangan bergetar, lalu segera meletakkan kain bulu domba emas keatas kepalanya.
Seperti halnya Wika, tak lama, kain bulu domba emas mengeluarkan cahaya keemasannya, tongkat di tangan Nenek Ular tampak terlepas dari genggaman. Nenek Ular melepaskan kain bulu domba emas yang menutupi kepalanya.
Wajah Bintang dan Wika terlihat langsung berubah melihat kearah Nenek Ular.
Nenek Ular sendiri tak kalah terkejutnya, tubuhnya terasa sehat bugar, bahkan sakit pinggang yang selama ini menyiksanya yang membuatnya selalu berjalan sedikit bungkuk dengan bantuan tongkat, kini tidak dirasakannya lagi. Bahkan seluruh luka dan bekas luka ditubuh Nenek Ular lenyap seketika.
Belum lagi Nenek Ular berteriak kesenangan.
“Wajah
Dengan tangan bergetar Eyang Mandalaksana mengambil kain bulu domba emas dari dalam kotak, eyang putri ikut mendekat dan dengan tatapan takjub keduanya menatap kearah kain bulu domba emas.“Sungguh luar biasa keistimewaan kain bulu domba emas ini kakang, seluruh tubuhku sekarang terasa sehat bugar seperti muda kembali” ucap eyang putri memandang takjub kearah kain bulu domba emas.“Benar nyai. Sungguh pusaka yang sangat luar biasa” ucap Eyang Mandalaksana lagi.“Darimana kau mendapatkan pusaka ini Bintang ?”“Dari Putri Athena dari Istana Dewa di Olympus eyang” ucap Bintang hingga membuat wajah Eyang Mandalaksana dan eyang putri berubah mendengarnya.“Putri Athena dari Istana Dewa di Olympus” ulang Eyang Mandalaksana dan eyang putri lagi saling pandang.“Dimana itu ?” tanya eyang putri lagi.“Sangat jauh eyang putri dari s
Sebuah kabar desas desus telah menggegerkan tanah jawa, entah siapa yang menyebarkannya. Bukan heboh karena telah terjadi peperangan, atau kehebohan karena munculnya seorang pendekar sakti mandraguna. Tapi berita ini sudah geger tersebar dari mulut ke mulut. Berita apakah itu ? Dalam desas desus yang beredar, disebelah pesisir utara tanah jawa telah mendarat 5 buah kapal layar besar yang isinya semua adalah wanita. Masing-masing kapal dikepalai oleh seorang wanita cantik yang menurut kabar yang beredar adalah memiliki kecantikan bagaikan seorang bidadari yang turun dari langit. Bahkan kabar menyebutkan ada seorang wanita yang menjadi pemimpin dari kelima kapal layar besar itu merupakan seorang dewi yang turun dari kayangan. Dan berita ini dengan cepat menyebar. Hal ini pula yang membuat banyak dari raja-raja yang berada ditanah jawa ataupun diluar tanah jawa menuju kesana untuk melihat langsung wajah sang dewi yang telah menggegerkan tanah jawa tersebut. Bukan saja raja-raja
“Hamba dari Kerajaan Sabrang Luhur juga ingin bertemu dengan sang dewi” ucap seorang pemuda berparas tampan dengan tubuh kekar dan mengenakan pakaian kebesaran seorang pangeran. Beberapa orang prajurit tampak membawa 4 buah peti.Siren tampak menatap cukup lama kepada sosok pemuda tampan dihadapannya, sementara salah seorang pengawalnya terlihat memeriksa isi dari ke-4 peti tersebut.“Siapakah nama tuan yang gagah ini?” tanya Siren dengan manja“Hamba adalah Pangeran Jaka Luhur dari Sabrang Luhur” ucap pemuda itu dengan lembutnya.“Mari! Mari silahkan masuk pangeran” ucap Siren dengan senyum menggoda mempersilahkan rombongan dari Sabrang Luhur untuk masuk.Seorang laki-laki bersama seorang wanita yang juga berpenampilan menggoda seperti Siren tampak maju kedepan.“Kami dari Blambang Sewu juga ingin bertemu dengan sang dewi” ucap wanita yang tak lain adalah Jonggrang bersama lelaki y
Saat melewati rombongan Pangeran Blambang Sewu, Gusti Prabu Majapati menghentikan langkahnya lalu menatap kearah Pangeran Blambang Sewu yang masih bersikap acuh tak acuh dengan kehadirannya.“Rupanya gusti pangeran dari Blambang Sewu datang juga kemari” ucap Gusti Prabu Majapati tersenyum sinis. Kali ini Pangeran Blambang Sewu tampak mengarahkan pandangannya kearah Gusti Prabu Majapati.“Tidak ada urusannya denganmu” ucap Pangeran Blambang Sewu dengan tak kalah dingin dan sinis.Kali ini keduanya terlihat saling pandang dengan tajam, cukup lama sampai ;Braaakkk !!!Kursi yang menjadi tempat duduk Pangeran Blambang Sewu tiba-tiba saja hancur berantakan, semuanya kini tahu kalau Gusti Prabu Majapati dan Pangeran Blambang Sewu sama-sama saling mengerahkan tenaga dalam untuk menyerang lawannya masing-masing.Pangeran Blambang Sewu langsung bangkit berdiri tepat saat kursi tempat dudukn
“Benar-benar seorang dewi dari kayangan.” ucap Gusti Prabu Majapati lagi menatap takjub pada sosok wanita yang baru saja masuk. Bukan hanya Gusti Prabu Majapati yang menatap takjub, tapi semua lelaki yang ada diruangan itu terpana melihat kecantikan dan keanggungan sosok yang mereka sebut dengan sebutan sang dewi tersebut.Dengan cepat mereka semua menjura hormat, bahkan sosok Pangeran Blambang Sewu yang selama ini selalu bersifat angkuh kepada siapapun tampak menjura hormat dihadapan sang dewi. Ada aura kuat yang membuat setiap lelaki yang memandangnya tak kuat untuk menahan godaan. Kharisma pada sang dewi benar-benar memukau semua orang yang ada diruangan tersebut.“Hamba Venus memberi hormat kepada tuan-tuan semua.” ucap sosok wanita anggun dan jelita yang ternyata tak lain adalah Venus adanya. Ucapan yang penuh kelembutan itu semakin membuat para tamu-tamu yang ada dihadapan Venus terpukau dan takjub. Venus sendiri hanya te
Kabar adu tanding itupun dengan cepat menyebar hingga tempat itu semakin dipenuhi dengan sesak orang-orang yang datang, baik untuk melihat adu tanding ataupun sekedar ingin melihat kecantikan wanita-wanita yang baru saja datang ke tanah jawa tersebut, bahkan mereka sangat penasaran ingin melihat sosok sang dewi yang menjadi topik utama pembicaraan dimana-mana.Hari itu, arena pertandingan sudah dibuat, hanya berupa tanah yang diratakan lalu kemudian dibuat pembatas seadanya, arena itu cukup besar untuk sebuah kontes adu pertarungan, berbagai kerajaan sudah mengambil posisinya masing-masing, sedangkan para pendekar dan masyarakat awampun tak ingin ketinggalan dengan mengambil posisi terbaik untuk melihat semua itu, ada yang mengambil posisi nongkrong diatas pohon tinggi, ada pula yang nongkrong diatas pundak temannya dan yang lebih parah, ada pula yang membawa tongkrongan sendiri dari rumah.Sebuah panggung kecil tampak dibuat oleh para anggota Perompak 5 Samudra yang n
Sementara itu sosok Pangeran Jaka Luhur terlihat hanya terlempar kebelakang sejauh 3 tombak saja, walau tidak mengeluarkan batuk darah, tapi terlihat Pangeran Jaka Luhur memegangi dadanya yang terasa nyeri. Alam yang tadinya gelap sudah kembali normal seperti biasa. Sepertinya Pangeran Jaka Luhur unggul dalam adu kanuragan kali ini.Dengan dibantu dua orang senopatinya, Pangeran Persada Wulung menyingkir dari arena pertarungan. Pangeran Jaka Luhur sendiri juga ikut menyingkir dari arena pertarungan untuk beristirahat sejenak.Semua kini kembali menanti siapa petarung yang akan maju berikutnya. Ketiga belah pihak kerajaan terlihat menjadi perhatian para penonton.Sesosok tubuh tampak bangkit dari rombongan kerajaan Karangsewu, dia adalah Raden Santang yang tampak berjalan ketengah arena pertarungan. Di tengah arena Raden Santang terlihat menghadap kearah tenda dimana rombongan Venus dan yang lain berada.“Hamba Raden Santang, patih kerajaan Karangsew
“Tapak baja!” ucap Raden Santang heran dan juga bingung melihat Gusti Prabu Majapati yang juga ternyata memiliki ajian tapak baja.“Bagaimana mungkin?” batin Raden Santang seakan tak percaya dengan apa yang dilihatnya.“Jurus tapak bajaku jauh lebih sempurna dari milikmu!” ucap Gusti Prabu Majapati dengan sombongnya.Raden Santang terlihat terdiam karena masih syok atas apa yang telah terjadi. Kedua tangan Raden Santang kini sudah kembali seperti semula. Gusti Prabu Majapatipun juga melakukan hal yang sama. Menutup jurus tapak bajanya.Tiba-tiba saja Raden Santang mengambil posisi bersemedi, mulut Raden Santang berkomat kamit. Gusti Prabu Majapati masih berdiri dengan tenang seraya memperhatikan apa yang dilakukan oleh Raden Santang. Suasana ditempat itu terdengar hening, sepi, semua mata tertuju kearah Raden Santang, menantikan apa yang akan dilaku