Tanah bergetar, satu pohon tumbang tak kuasa menahan dasyatnya hawa pertempuran.
Menghadapi Ajian Serat Jiwa biasanya sang lawan berusaha menghindar dari sentuhan pemiliknya. Karena sedikit sentuhan yang tercipta segera mengubah lawan menjadi serbuk abu. Ki Pasopati pasti mengetahui itu, Ki Pasopati pasti mengetahui Wika pemilik Ajian Serat Jiwa tingkat sempurna, namun ia malah memilih menyerang langsung ke arah Wika dengan ajian yang baru saja ia sempurnakan, Ajian Waringin Sunsang.
Wika bersiap menahan gempuran, Ajian Bayu bajra yang dilepas mengawali Serat Jiwa telah pudar terhempas kerasnya Waringin Sunsang. Serat Jiwa siap menghanguskan. Tubuh Wika telah membara, siap membakar siapa saja yang mendekat apalagi menyentuhnya. Kedua tangannya membentuk perisai, hawa panas kian menyebar. Tanah yang dipijak telah menghitam.
Sebuah teriakan dahsyat yang tak ubahnya sebuah raungan mengawali benturan, itu suara Ki Pasopati!
DAAAASSSSSTTTT….!!!
B
“Bagaimana lukamu ki ?” tanya Bintang ramah. Ki Pasopati segera menyadari keadaannya.“Oh... terima kasih raden, luka saya sudah lumayan sembuh” ucap ki Pasopati dengan cepat menjura hormat. Bintang terlihat dengan cepat balas menjura hormat.“Siapa sebenarnya raden ini ? apakah raden memiliki hubungan dengan gadis ini ?” tanya ki Pasopati lagi.“Namaku Bintang, ya aku memang memiliki urusan dengan gadis ini” ucap Bintang lagi memperkenalkan dirinya, wajah ki Pasopati berubah mendengar nama yang baru saja disebutkan oleh Bintang.“Apakah raden ini raden Bintang yang berjuluk Ksatria Pengembara, ketua dunia persilatan itu ?” tanya ki Pasopati lagi cepat.Bintang hanya tersenyum, tak menjawab tapi hanya menganggukkan kepalanya saja. Ki Pasopati dengan cepat menjura hormat kepada Bintang.“Maafkan saya yang tidak mengenali raden” ucap ki Pasopati lagi.“Tidak a
“Vania ! ini gusti prabu. Beri hormat padanya” ucap ki Pasopati memperkenalkan keduanya. Wajah Vania sigadis muda belia tampak berubah mendengar ucapan gurunya, ki Pasopati memperkenalkan dirinya pada sosok Bintang. Karena memang sejak tadi, Vania terlihat terus mencuri-curi pandang kearah Bintang. Dari sikap dan perawakannya, Bintang sudah dapat menduga kalau Vania ini adalah gadis yang sedikit nakal dan berani.“Hormat saya gusti prabu” ucap Vania lagi menjura hormat dihadapan Bintang dengan sedikit merendahkan tubuhnya.Bintang tampak menganggukkan kepalanya saja. Sesekali pandangan Bintang tak pernah berhenti memandang kearah gundukan payudara besar Vania yang begitu menggoda bagi setiap laki-laki yang memandangnya. Tapi Vania sendiri seakan tak masalah dirinya dipandangi seperti itu.“Vania, bagaimana keadaan Kyra ?” tanya ki Pasopati lagi.“Masih tetap sama guru. Badan Kyra semakin panas setiap harinya&rdquo
“Makanlah! sebentar lagi gusti prabu akan kembali” ucap ki Pasopati lagi kepada Wika. Wika sendiri bingung, karena sudah 2x dia mendengar ki Pasopati menyebut gusti prabu.Tanpa banyak bicara, Wika segera menyantap makanan yang ada dihadapannya karena memang perutnya sudah sangat lapar sekali. Tak lama kemudian Wikapun selesai menyantap makannya.“Apakah sekarang aku adalah seorang tawanan ?!” tanya Wika lagi kepada ki Pasopati.“Kau bukan tawananku, tapi gusti prabu”“Gusti prabu... siapa dia ?”“Gusti prabu Setyo Kencana. Katanya kau melukai dua patihnya” ucap ki Pasopati tanpa menoleh, wajah Wika tampak berubah.“Gusti prabu Setyo Kencana. Benarkah dia sendiri yang datang untuk menangkapku ?” batin Wika lagi terkejut.“Sebaiknya kau jangan lari dari sini, karena gusti prabu juga yang telah menyembuhkan luka dalammu, kau harus bertanggung jawab atas
“Gusti prabu bisa melakukan itu ?” tanya Wika seakan tak percaya.“Ya, aku bisa melakukan itu. Hanya saja aku tidak bisa menghilangkan pengaruh racun itu sepenuhnya dari tubuh kedua patihku itu. Aku masih membutuhkan penawar racun dari nona Wika” ucap Bintang lagi hingga membuat Wika tampak terdiam.“Maafkan hamba gusti prabu. Tapi hamba tidak memiliki penawar racunnya, hanya nenek hamba yang punya penawar racun itu” ucap Wika lagi.“Dimana... dimana nenek nona Wika berada sekarang ?”“Di Pulau Ular” ucap Wika singkat“Pulau Ular...” ulang Bintang lagi.“Nenek hamba bernama nenek ular dari Pulau Ular gusti prabu” ucap Wika lagi.Pembicaraan keduanya terhenti saat Ki Pasopati tiba-tiba saja keluar dari pintu gubuk.“Berhati-hatilah jika bertemu dan berhadapan dengan nenek ular gusti prabu, wataknya sangat tempramental” ucap Ki P
“Ratu Siluman Buaya Putih...” ulang Bintang dengan nada terkejut. Ini pertama kalinya Bintang mendengar tentang nama Ratu Siluman Buaya Putih. “Benar gusti. Ratu Siluman Buaya Putih” ulang Vania untuk lebih menegaskan ucapannya. “Apa Ki Pasopati tidak membalaskan dendam putranya ?!” tanya Bintang lagi. “Sudah gusti prabu, tapi Ki Pasopati kalah oleh Ratu Siluman Buaya Putih” ucap Vania lagi. Kini Bintang terlihat terdiam seperti tengah memikirkan tentang hal itu. “Hamba mohon gusti, balaskan dendam hamba. Seumur hidup hamba takkan rela dengan kematian suami hamba. Ratu Siluman Buaya Putih, dia telah merebut suami hamba” ucap Vania lagi tiba-tiba saja berlutut dihadapan Bintang. Bintang yang tadi masih memikirkan hal itu terkejut dengan berlututnya Vania. “Bangunlah Vania” ucap Bintang dengan cepat mengangkat sosok Vania dengan kedua tangannya. “Vania rela memberikan apa saja yang gusti prabu inginkan, asalkan dendam Vania terbalaskan” ucap Vania lembut didepan wajah Bintang, bah
Sore itu, langkah Bintang dan Wika tiba disebuah aliran sungai yang berair ternih karena bersumber dari mata air pegunungan yang terpampang didepan mata mereka.“Gusti prabu. Wika ingin membersihkan tubuh terlebih dulu. Gerah rasanya berjalan dibawah terik matahari tadi” ucap Wika tiba-tiba saja mengungkapkan keinginannya saat melihat air jernih tersebut.Sejenak Bintang tampak menggaruk kepalanya yang sebenarnya tidak gatal lalu kemudian mengangguk. Dengan tersenyum gembira, Wika segera mencari tempat terpencil diantara batu-batu besar yang ada disungai tersebut untuk kemudian melepaskan pakaian hitamnya dan menceburkan tubuhnya yang indah dan mulus kedalam air. Wika sedikitpun tak khawatir bila Bintang mengintip tubuh indahnya, bahkan jauh didasar hatinya, Wika malah mengharapkan hal itu. Tapi sayang harapannya hanya tinggal harapan.Bintang sendiri terlihat menunggu dikejauhan, perlahan terdengar senandung merdu yang berasal dari Wika yang tengah
Tapi tiba-tiba saja kedua mata Wika terlihat membesar saat melihat dari arah pohon besar itu terlihat dua mata terbuka, lalu melangkah keluar sesosok tubuh dari dalam pohon tersebut, rupanya sosok ini memiliki ajian untuk menyatu dengan pohon. Sosok seorang laki-laki tua yang mengenakan pakaian putih seperti seorang pertapa, tapi berbeda, kain yang digunakannya adalah kain kafan. Wajahnyapun terlihat sangat menyeramkan karena nyaris tanpa daging, yang terlihat hanya tulang berulang, sungguh mengerikan sosok lelaki tua ini yang kini tampak sudah berada beberapa defa dari hadapan Bintang dan Wika.“Apa kau yang berjuluk Bidadari Pulau Ular ?” tanya suara lelaki tua yang persis seperti jerangkong hidup itu.Wika yang semula ngeri melihat sosok lelaki tua jerangkong hidup itu berusaha menenangkan hatinya, apalagi saat ini dirinya berada bersama Bintang, apa yang harus ditakutinya.“Benar, aku Bidadari Pulau Ular” ucap Wika tegas dan mantap
Wika terkejut melihat kedahsyatan dan kekuatan Raja Racun Lembah Mayat, tapi Wika percaya Ajian Serat Jiwanya takkan terkalahkan. Wika mengerahkan Ajian Serat Jiwa tingkat I yang bernama ; "Cakra Manggilingan" untuk menyatukan segenap kekuatan tenaga dalam untuk melipatgandakan kekuatan yang sangat dahsyat. Untuk melindungi tubuhnya Wika juga mengerahkan Ajian Serat Jiwa tingkat II yang bernama ; "Ajian Serat Wadag Brajawesi" yang meningkatkan kekuatan tubuhnya hingga memiliki kekebalan terhadap serangan lawan. Ajian Serat Jiwa tingkat V yang bernama ; "Ajian Serat Tatar Bayu" juga dikerahkan oleh Wika untuk meningkatkan kemampuan ilmu meringankan tubuhnya untuk mengimbangi kecepatan Raja Racun Lembah Mayat yang tadi sudah dilihat oleh Wika.Menyadari siapa lawan yang dihadapinya saat ini, tiga kekuatan Ajian Serat Jiwa sekaligus digunakan oleh Wika, tidak ada waktu untuk bermain-main. Ini saatnya Wika mengerahkan segenap kekuatannya.Seerrrr !!!Wuu