Sore itu, langkah Bintang dan Wika tiba disebuah aliran sungai yang berair ternih karena bersumber dari mata air pegunungan yang terpampang didepan mata mereka.
“Gusti prabu. Wika ingin membersihkan tubuh terlebih dulu. Gerah rasanya berjalan dibawah terik matahari tadi” ucap Wika tiba-tiba saja mengungkapkan keinginannya saat melihat air jernih tersebut.
Sejenak Bintang tampak menggaruk kepalanya yang sebenarnya tidak gatal lalu kemudian mengangguk. Dengan tersenyum gembira, Wika segera mencari tempat terpencil diantara batu-batu besar yang ada disungai tersebut untuk kemudian melepaskan pakaian hitamnya dan menceburkan tubuhnya yang indah dan mulus kedalam air. Wika sedikitpun tak khawatir bila Bintang mengintip tubuh indahnya, bahkan jauh didasar hatinya, Wika malah mengharapkan hal itu. Tapi sayang harapannya hanya tinggal harapan.
Bintang sendiri terlihat menunggu dikejauhan, perlahan terdengar senandung merdu yang berasal dari Wika yang tengah
Folow ig @Ksatria Pengembara Di sana anda akan melihat cover-cover dari tiap masing-masing judul Ksatria Pengembara, juga judul-judul cover yang akan terbit dimasa akan datang.
Tapi tiba-tiba saja kedua mata Wika terlihat membesar saat melihat dari arah pohon besar itu terlihat dua mata terbuka, lalu melangkah keluar sesosok tubuh dari dalam pohon tersebut, rupanya sosok ini memiliki ajian untuk menyatu dengan pohon. Sosok seorang laki-laki tua yang mengenakan pakaian putih seperti seorang pertapa, tapi berbeda, kain yang digunakannya adalah kain kafan. Wajahnyapun terlihat sangat menyeramkan karena nyaris tanpa daging, yang terlihat hanya tulang berulang, sungguh mengerikan sosok lelaki tua ini yang kini tampak sudah berada beberapa defa dari hadapan Bintang dan Wika.“Apa kau yang berjuluk Bidadari Pulau Ular ?” tanya suara lelaki tua yang persis seperti jerangkong hidup itu.Wika yang semula ngeri melihat sosok lelaki tua jerangkong hidup itu berusaha menenangkan hatinya, apalagi saat ini dirinya berada bersama Bintang, apa yang harus ditakutinya.“Benar, aku Bidadari Pulau Ular” ucap Wika tegas dan mantap
Wika terkejut melihat kedahsyatan dan kekuatan Raja Racun Lembah Mayat, tapi Wika percaya Ajian Serat Jiwanya takkan terkalahkan. Wika mengerahkan Ajian Serat Jiwa tingkat I yang bernama ; "Cakra Manggilingan" untuk menyatukan segenap kekuatan tenaga dalam untuk melipatgandakan kekuatan yang sangat dahsyat. Untuk melindungi tubuhnya Wika juga mengerahkan Ajian Serat Jiwa tingkat II yang bernama ; "Ajian Serat Wadag Brajawesi" yang meningkatkan kekuatan tubuhnya hingga memiliki kekebalan terhadap serangan lawan. Ajian Serat Jiwa tingkat V yang bernama ; "Ajian Serat Tatar Bayu" juga dikerahkan oleh Wika untuk meningkatkan kemampuan ilmu meringankan tubuhnya untuk mengimbangi kecepatan Raja Racun Lembah Mayat yang tadi sudah dilihat oleh Wika.Menyadari siapa lawan yang dihadapinya saat ini, tiga kekuatan Ajian Serat Jiwa sekaligus digunakan oleh Wika, tidak ada waktu untuk bermain-main. Ini saatnya Wika mengerahkan segenap kekuatannya.Seerrrr !!!Wuu
Wuussshhh !! Wuussshhh !!Dua sinar hitam berkiblat kearah ajian gelang-gelang.Dhuarr !!! Dhuarr !!!Dua ledakan dahsyat terjadi diudara, sosok Wika terseret beberapa langkah kebelakang, sedangkan sosok Raja Racun Lembah Mayat tampak berjumplitan beberapa kali diudara lalu kemudian turun ketanah.Tappp !! Tappp !!Begitu turun, Raja Racun Lembah Mayat langsung menapakkan kedua tangannya ketanah. Kedua tangan Raja Racun Lembah Mayat yang menapak tanah terlihat langsung menghitam.Wika yang melihat hal itu meyakini kalau kedua tangan Raja Racun Lembah Mayat mengandung racun yang sangat dahsyat. Tak ingin kalah, Wikapun segera menghimpun Ajian Serat Jiwa tingkat VII berjuluk "Ajian Tapak Saketi"Wwerrrr !!! Wwerrrr !!!Kedua telapak tangan Wika langsung memerah karena mengandung kekuatan api yang dahsyat.Hyyattt !!!Heaattt !!!Berbarengan, sosok Raja Racun Lembah Mayat melesat kedepan dengan tapak mayat hit
Sementara itu sosok Wika masih terkapar dan terlihat mulai bangkit dengan wajah pucat. Sekujur tubuh Wika tampak diselimuti oleh Hawa hitam pekat yang berasal dari racun mayat hitam milik Raja Racun Lembah Mayat.“Wika, cepat tahan nafasmu” ucap Bintang ditengah-tengah cengkramannya ke tangan Raja Racun Lembah Mayat. Wika sendiri dengan cepat melakukan apa yang Bintang suruh padanya.Bintang yang masih bisa memberikan pengarahan kepada Wika, membuat senyum diwajah Raja Racun Lembah Mayat. “Bagaimana mungkin dia masih bisa bicara, padahal aku sedang mengirimkan racun mayat hitamku padanya” batin Raja Racun Lembah Mayat heran melihat sosok Bintang yang sampai saat ini masih segar bugar. Raja Racun Lembah Mayat kini seakan baru menyadari kalau lawannya seperti tidak terpengaruh dengan racun mayat hitamnya, dan ;Kreaaaakkk !! Kreaaaakkk !!“Akkkhhhhhhh !!”Tiba-tiba saja Raja Racun Lembah Mayat berteriak keras saat
“Wika, ayo cepat !!” ucap Bintang lagi hingga menyadarkan Wika dari keadaannya.“Tapi Raja Racun Lembah Mayat masih ada disana gusti” ucap Wika lagi.“Jangan perdulikan dia. Tubuhmu lebih membutuhkan pertolongan, kalau terlambat nanti nyawamu akan melayang” ucap Bintang lagi seakan tak perduli dengan keberadaan Raja Racun Lembah Mayat.Mau tak mau, Wikapun segera mengambil sikap tapa brata, Bintang sendiri segera menempelkan telapak tangan kanannya ke punggung Wika dan mulai menyalurkan hawa murninya.Apa yang terjadi dihadapannya benar-benar membuat Raja Racun Lembah Mayat geram, keberadaannya benar-benar tidak dianggap oleh kedua muda mudi dihadapannya. Tapi untuk melancarkan serangannya, Raja Racun Lembah Mayat tidak dapat melakukannya karena kedua tangannya yang sudah tidak bisa digerakkan lagi. Bintang memang sengaja melakukan hal itu, agar Raja Racun Lembah Mayat tidak lagi menebar angkara murka didunia persilatan
Tak lama, langkah keduanya tampak memasuki pintu gerbang sebuah desa yang cukup ramai penduduknya. Keduanya segera berjalan memasuki pintu gerbang desa tersebut.“Kita cari makan dulu gusti. Perut Wika sudah keroncongan” ucap Wika seraya memegangi perutnya yang sudah minta diisi dari tadi. Wika tampak ingin melangkah terlebih dulu kearah sebuah warung makan yang sangat ramai.Tapi tiba-tiba saja langkah Wika terhenti, wajah Wika berubah memerah saat dengan tiba-tiba saja Bintang memegang tangannya, bukannya melangkah kearah warung, Bintang justru menarik sosok Wika kearah sebuah dagangan yang berada tak jauh darinya. Dagangan caping bambu.Wika hanya tersenyum-senyum sendiri mengikuti langkah Bintang yang masih memegang tangannya dan menariknya. Hati Wika semakin bahagia saat Bintang membelikannya caping bambu tersebut. Bahkan Wika semakin bersikap manja dengan meminta Bintang untuk memasangkannya dikepalanya.Sosok Bintang dan Wika yang sudah
“Tapi kalau raden mau, raden bisa gunakan gubuk hamba yang ada di selatan desa ini, agak terpencil memang, tapi masih cukup dekat dari sini” ucap pemilik warung lagi hingga kembali membuat wajah Bintang dan Wika berubah.“Wah... boleh tu kang” kata Wika cepat dengan wajah gembira.“Tapi bagaimana dengan aki dan keluarga aki sendiri ?” tanya Bintang lagi.“Hamba hanya tinggal sendiri bersama para pembantu hamba den, malam ini hamba akan menginap disini bersama para pembantu-pembantu hamba, karena rencananya hamba akan buka warung sampai pagi... mumpung ada keramaian” ucap aki pemilik warung lagi.Setelah berfikir cukup lama, akhirnya Bintang mau juga menerima tawaran aki pemilik warung untuk menginap di gubuk milik aki pemilik warung.-o0o-Senja baru saja datang, tapi Wika sudah meminta izin kepada Bintang untuk berangkat terlebih dulu ketempat acara
Malam terus berjalan semakin larut, sementara keadaan di desa serindu bulan terlihat semakin ramai dan meriah, terutama di pusat keramaian, alun-alun desa, dimana sesekali terdengar gemuruh tepuk tangan dan teriakan-teriakan mengelu-elukan nama para pesinden yang ikut dalam kontes kejuaraan sinden.Sebuah panggung besar dibuat sebagai pusat perhatian kontes kejuaraan sinden itu. Satu demi satu peserta tampil mempertunjukkan kebolehannya dihadapan ratusan orang penonton yang memperhatikan penampilan mereka, peserta lainnya tampak duduk agak dibelakang.Di antara ratusan pasang mata yang melihat kearah para sinden-sinden yang terlihat begitu cantik aduhai, menggoda setiap orang yang melihatnya, terlihat sepasang mata yang mengedarkan pandangannya kesekeliling seperti tengah mencari seseorang. Sepasang mata ini adalah milik seorang lelaki muda yang baru saja tiba ditempat itu, dia seperti tengah mencari-cari seseorang. Tapi yang dicari sepertinya tidak ditemukannya.