“Wika, ayo cepat !!” ucap Bintang lagi hingga menyadarkan Wika dari keadaannya.
“Tapi Raja Racun Lembah Mayat masih ada disana gusti” ucap Wika lagi.
“Jangan perdulikan dia. Tubuhmu lebih membutuhkan pertolongan, kalau terlambat nanti nyawamu akan melayang” ucap Bintang lagi seakan tak perduli dengan keberadaan Raja Racun Lembah Mayat.
Mau tak mau, Wikapun segera mengambil sikap tapa brata, Bintang sendiri segera menempelkan telapak tangan kanannya ke punggung Wika dan mulai menyalurkan hawa murninya.
Apa yang terjadi dihadapannya benar-benar membuat Raja Racun Lembah Mayat geram, keberadaannya benar-benar tidak dianggap oleh kedua muda mudi dihadapannya. Tapi untuk melancarkan serangannya, Raja Racun Lembah Mayat tidak dapat melakukannya karena kedua tangannya yang sudah tidak bisa digerakkan lagi. Bintang memang sengaja melakukan hal itu, agar Raja Racun Lembah Mayat tidak lagi menebar angkara murka didunia persilatan
Tak lama, langkah keduanya tampak memasuki pintu gerbang sebuah desa yang cukup ramai penduduknya. Keduanya segera berjalan memasuki pintu gerbang desa tersebut.“Kita cari makan dulu gusti. Perut Wika sudah keroncongan” ucap Wika seraya memegangi perutnya yang sudah minta diisi dari tadi. Wika tampak ingin melangkah terlebih dulu kearah sebuah warung makan yang sangat ramai.Tapi tiba-tiba saja langkah Wika terhenti, wajah Wika berubah memerah saat dengan tiba-tiba saja Bintang memegang tangannya, bukannya melangkah kearah warung, Bintang justru menarik sosok Wika kearah sebuah dagangan yang berada tak jauh darinya. Dagangan caping bambu.Wika hanya tersenyum-senyum sendiri mengikuti langkah Bintang yang masih memegang tangannya dan menariknya. Hati Wika semakin bahagia saat Bintang membelikannya caping bambu tersebut. Bahkan Wika semakin bersikap manja dengan meminta Bintang untuk memasangkannya dikepalanya.Sosok Bintang dan Wika yang sudah
“Tapi kalau raden mau, raden bisa gunakan gubuk hamba yang ada di selatan desa ini, agak terpencil memang, tapi masih cukup dekat dari sini” ucap pemilik warung lagi hingga kembali membuat wajah Bintang dan Wika berubah.“Wah... boleh tu kang” kata Wika cepat dengan wajah gembira.“Tapi bagaimana dengan aki dan keluarga aki sendiri ?” tanya Bintang lagi.“Hamba hanya tinggal sendiri bersama para pembantu hamba den, malam ini hamba akan menginap disini bersama para pembantu-pembantu hamba, karena rencananya hamba akan buka warung sampai pagi... mumpung ada keramaian” ucap aki pemilik warung lagi.Setelah berfikir cukup lama, akhirnya Bintang mau juga menerima tawaran aki pemilik warung untuk menginap di gubuk milik aki pemilik warung.-o0o-Senja baru saja datang, tapi Wika sudah meminta izin kepada Bintang untuk berangkat terlebih dulu ketempat acara
Malam terus berjalan semakin larut, sementara keadaan di desa serindu bulan terlihat semakin ramai dan meriah, terutama di pusat keramaian, alun-alun desa, dimana sesekali terdengar gemuruh tepuk tangan dan teriakan-teriakan mengelu-elukan nama para pesinden yang ikut dalam kontes kejuaraan sinden.Sebuah panggung besar dibuat sebagai pusat perhatian kontes kejuaraan sinden itu. Satu demi satu peserta tampil mempertunjukkan kebolehannya dihadapan ratusan orang penonton yang memperhatikan penampilan mereka, peserta lainnya tampak duduk agak dibelakang.Di antara ratusan pasang mata yang melihat kearah para sinden-sinden yang terlihat begitu cantik aduhai, menggoda setiap orang yang melihatnya, terlihat sepasang mata yang mengedarkan pandangannya kesekeliling seperti tengah mencari seseorang. Sepasang mata ini adalah milik seorang lelaki muda yang baru saja tiba ditempat itu, dia seperti tengah mencari-cari seseorang. Tapi yang dicari sepertinya tidak ditemukannya.
Desa serindu bulan baru saja selesai mengadakan perlombaan penyanyi sinden sejagat, dan yang menjadi pemenangnya adalah seorang pendatang baru didunia sinden, siapa lagi kalau bukan WIKA PUTRI yang kini berdiri dengan bangga dengan kemenangannya sebagai sinden terbaik dalam kejuraan sinden tersebut. Yang Wika tidak tau adalah tentang aturan yang tidak tertulis bahwa disetiap perlombaan sinden, pemenangnya akan mendapatkan kesempatan untuk menikmati malam bersama orang yang terpilih, dalam hal ini tentunya adalah orang yang melakukan penawaran tertinggi. Maksudnya disini adalah sinden pemenang akan dilelang, pemenangnya akan mendapatkan kesempatan untuk bersama si sinden pemenang tersebut selama satu malam. Dan ini pula yang terjadi saat ini, disaat semua penonton sudah bubar, para lelaki hidung belang masih duduk berkumpul untuk menanti acara utama tersebut. Wika sendiri sebenarnya cukup bingung saat panitia perlombaan memintanya untuk tetap menunggu diatas panggung. Tapi ji
Kali ini Raden Gumiwang terlihat ragu untuk menaikkan tawarannya. Karena penawaran lebih dari 100 kepeng emas itu sudah terlalu banyak untuk seorang sinden. Cukup lama Raden Gumiwang terdiam memikirkan hal itu, sementara itu kasak kusuk mulai terdengar disana sini. Kasak kasuk itu mengatakan kalau kali ini Raden Gumiwang takkan menang dalam acara lelang ini dan ini sempat terdengar oleh Raden Gumiwang, hingga Raden Gumiwang merasakan harga dirinya bagaikan diuji.“125 kepeng emas !!!” ucap Raden Gumiwang keras dengan senyum angkuhnya. Raden Gumiwang yakin kali ini dia akan menang. Dan rasa kebanggaan dihati Raden Gumiwang bila bisa menang lelang kali ini.“200 kepeng emas !!!” kembali secara tiba-tiba pendekar bercaping menaikkan tawarannya tanpa tanggung-tanggung.Kali ini bukan saja wajah Raden Gumiwang yang memerah, tapi semua wajah orang yang ada ditempat itu terkejut mendengarnya. Semua kini menatap kearah Raden Gumiwang, seakan mena
Wika bingung melihat kuda tersebut, karena Wika tak pernah tahu kalau Bintang memiliki seekor kuda, padahal mereka sudah berjalan beberapa hari. Wika lebih terkejut lagi saat tiba-tiba saja Bintang mengangkat tubuhnya dan mendudukkan Wika diatas pelana emas kuda putih tersebut. Bintang sendiri melompat naik kebelakangnya.Hiekk !!!Kembali kuda putih itu meringkik pelan seraya mulai berjalan meninggalkan desa. Wika yang masih bingung dan heran tidak ingin banyak bertanya, tapi malah menjatuhkan sandaran kepalanya ke dada Bintang yang tengah duduk dibelakang memacu kuda.Tak lama, keduanya sudah tiba didepan sebuah gubuk. Bintang turun terlebih dulu, lalu membantu Wika untuk turun. Saat Bintang ingin melangkah kedalam gubuk, Wika terlihat menahan tangan Bintang dengan memegangnya. Bintang menahan langkahnya dan berbalik.Hupp !!!Tiba-tiba saja Wika melompat kearah Bintang, dengan spontan Bintang langsung menangkapnya kedalam pondongannya. Bintang h
“Kakang nakal ih... Hampir saja Wika mati ketakutan” ucap Wika kearah Bintang yang masih menatapnya tersenyum. “Maaf, abis kakang tak tahan tadi untuk menggoda Wika” ucap Bintang tak henti-hentinya tersenyum. “Jangan lakukan itu kang. Jangan lagi lakukan itu, Wika benar-benar takut kehilangan kakang” ucap Wika lagi langsung memeluk kembali dada Bintang. Bintang sendiri tersenyum lalu membelai rambut Wika dengan mesra. “Maafkan kakang” terdengar suara lembut Bintang lagi. Wika tersenyum dipelukan Bintang, air matanya yang tadi keluar berubah menjadi air mata kebahagiaan, tapi tiba-tiba saja wajah Wika berubah dan langsung mengangkat wajahnya menatap kearah Bintang dengan tatapan penuh arti. “Bagaimana kakang bisa tau kalau lidah Wika beracun ?” tanya Wika seakan baru menyadari tindakan pura-pura Bintang tadi, itu berarti Bintang mengetahuinya. “Bukan itu saja yang kakang tau, kakang juga tau Wika selalu mengintip apa yang Vania dan kakang lakukan setiap malam” ucap Bintang tersenyu
Pagi itu. Bintang datang untuk membangunkan Wika yang masih tertidur diatas ranjang dan mengajaknya makan yang sudah disiapkannya.“Wah... banyak sekali makanan kita hari ini kang ?” tanya Wika takjub melihat begitu banyak makanan yang tersedia dihadapannya.Sejenak Bintang menoleh kearah luar, Wika pun ikut memandang keluar.“Sepertinya hari ini akan turun hujan kang” ucap Wika lagi.“Sepertinya begitu” ucap Bintang lagi.“Hari ini kita lanjutkan perjalanan atau bermalam satu malam lagi kang ?” tanya Wika tiba-tiba.“Sebenarnya kakang ingin cepat-cepat bertemu dengan Nenek Ular ?”“Ya, Wika bisa mengerti itu kang, kakang pasti ingin cepat-cepat bertemu Nenek Ular untuk meminta penawar racun itukan” ucap Wika lagi dengan wajah sedih.“Tidak! Bukan karena itu...” ucap Bintang lagi hingga mengejutkan Wika yang salah dugaan.“Terus unt