Dengan bantuan sebatang tongkat yang dibuatnya dari dahan pohon kecil. Wika berjalan terus. Wika berniat untuk kembali ke Pulau Ular setelah merasa seluruh orang-orang yang ada didaftar dendamnya telah tewas. Bahkan menurut Wika, Patih Ranggalawu dan Patih Sahdewa sudah tewas karena ludah racun ular emasnya.
Di sebuah jalan lembah, Wika tiba-tiba saja menghentikan langkahnya, diujung pandangannya, terlihat seorang kakek tua berpakaian merah tengah berjalan pula kearahnya. Walaupun sudah tua dengan rambut dan jenggot yang sudah memutih, tapi kakek tua ini terlihat masih gagah, jalannyapun masih penuh tenaga, melihat pakaian yang dikenakannya, kakek ini sepertinya adalah orang rimba persilatan, walau tidak terlihat senjata apapun ditubuhnya.
Wika berusaha untuk tidak mengindahkan kakek tua itu dengan terus berjalan. Saat berselisihan dengan kakek berpakaian merah itu, Wika tak sedikitpun menoleh, seraya tetap meneruskan langkahnya berjalan kedepan, setelah berselisihan b
Tanah bergetar, satu pohon tumbang tak kuasa menahan dasyatnya hawa pertempuran.Menghadapi Ajian Serat Jiwa biasanya sang lawan berusaha menghindar dari sentuhan pemiliknya. Karena sedikit sentuhan yang tercipta segera mengubah lawan menjadi serbuk abu. Ki Pasopati pasti mengetahui itu, Ki Pasopati pasti mengetahui Wika pemilik Ajian Serat Jiwa tingkat sempurna, namun ia malah memilih menyerang langsung ke arah Wika dengan ajian yang baru saja ia sempurnakan, Ajian Waringin Sunsang.Wika bersiap menahan gempuran, Ajian Bayu bajra yang dilepas mengawali Serat Jiwa telah pudar terhempas kerasnya Waringin Sunsang. Serat Jiwa siap menghanguskan. Tubuh Wika telah membara, siap membakar siapa saja yang mendekat apalagi menyentuhnya. Kedua tangannya membentuk perisai, hawa panas kian menyebar. Tanah yang dipijak telah menghitam.Sebuah teriakan dahsyat yang tak ubahnya sebuah raungan mengawali benturan, itu suara Ki Pasopati!DAAAASSSSSTTTT….!!!B
“Bagaimana lukamu ki ?” tanya Bintang ramah. Ki Pasopati segera menyadari keadaannya.“Oh... terima kasih raden, luka saya sudah lumayan sembuh” ucap ki Pasopati dengan cepat menjura hormat. Bintang terlihat dengan cepat balas menjura hormat.“Siapa sebenarnya raden ini ? apakah raden memiliki hubungan dengan gadis ini ?” tanya ki Pasopati lagi.“Namaku Bintang, ya aku memang memiliki urusan dengan gadis ini” ucap Bintang lagi memperkenalkan dirinya, wajah ki Pasopati berubah mendengar nama yang baru saja disebutkan oleh Bintang.“Apakah raden ini raden Bintang yang berjuluk Ksatria Pengembara, ketua dunia persilatan itu ?” tanya ki Pasopati lagi cepat.Bintang hanya tersenyum, tak menjawab tapi hanya menganggukkan kepalanya saja. Ki Pasopati dengan cepat menjura hormat kepada Bintang.“Maafkan saya yang tidak mengenali raden” ucap ki Pasopati lagi.“Tidak a
“Vania ! ini gusti prabu. Beri hormat padanya” ucap ki Pasopati memperkenalkan keduanya. Wajah Vania sigadis muda belia tampak berubah mendengar ucapan gurunya, ki Pasopati memperkenalkan dirinya pada sosok Bintang. Karena memang sejak tadi, Vania terlihat terus mencuri-curi pandang kearah Bintang. Dari sikap dan perawakannya, Bintang sudah dapat menduga kalau Vania ini adalah gadis yang sedikit nakal dan berani.“Hormat saya gusti prabu” ucap Vania lagi menjura hormat dihadapan Bintang dengan sedikit merendahkan tubuhnya.Bintang tampak menganggukkan kepalanya saja. Sesekali pandangan Bintang tak pernah berhenti memandang kearah gundukan payudara besar Vania yang begitu menggoda bagi setiap laki-laki yang memandangnya. Tapi Vania sendiri seakan tak masalah dirinya dipandangi seperti itu.“Vania, bagaimana keadaan Kyra ?” tanya ki Pasopati lagi.“Masih tetap sama guru. Badan Kyra semakin panas setiap harinya&rdquo
“Makanlah! sebentar lagi gusti prabu akan kembali” ucap ki Pasopati lagi kepada Wika. Wika sendiri bingung, karena sudah 2x dia mendengar ki Pasopati menyebut gusti prabu.Tanpa banyak bicara, Wika segera menyantap makanan yang ada dihadapannya karena memang perutnya sudah sangat lapar sekali. Tak lama kemudian Wikapun selesai menyantap makannya.“Apakah sekarang aku adalah seorang tawanan ?!” tanya Wika lagi kepada ki Pasopati.“Kau bukan tawananku, tapi gusti prabu”“Gusti prabu... siapa dia ?”“Gusti prabu Setyo Kencana. Katanya kau melukai dua patihnya” ucap ki Pasopati tanpa menoleh, wajah Wika tampak berubah.“Gusti prabu Setyo Kencana. Benarkah dia sendiri yang datang untuk menangkapku ?” batin Wika lagi terkejut.“Sebaiknya kau jangan lari dari sini, karena gusti prabu juga yang telah menyembuhkan luka dalammu, kau harus bertanggung jawab atas
“Gusti prabu bisa melakukan itu ?” tanya Wika seakan tak percaya.“Ya, aku bisa melakukan itu. Hanya saja aku tidak bisa menghilangkan pengaruh racun itu sepenuhnya dari tubuh kedua patihku itu. Aku masih membutuhkan penawar racun dari nona Wika” ucap Bintang lagi hingga membuat Wika tampak terdiam.“Maafkan hamba gusti prabu. Tapi hamba tidak memiliki penawar racunnya, hanya nenek hamba yang punya penawar racun itu” ucap Wika lagi.“Dimana... dimana nenek nona Wika berada sekarang ?”“Di Pulau Ular” ucap Wika singkat“Pulau Ular...” ulang Bintang lagi.“Nenek hamba bernama nenek ular dari Pulau Ular gusti prabu” ucap Wika lagi.Pembicaraan keduanya terhenti saat Ki Pasopati tiba-tiba saja keluar dari pintu gubuk.“Berhati-hatilah jika bertemu dan berhadapan dengan nenek ular gusti prabu, wataknya sangat tempramental” ucap Ki P
“Ratu Siluman Buaya Putih...” ulang Bintang dengan nada terkejut. Ini pertama kalinya Bintang mendengar tentang nama Ratu Siluman Buaya Putih. “Benar gusti. Ratu Siluman Buaya Putih” ulang Vania untuk lebih menegaskan ucapannya. “Apa Ki Pasopati tidak membalaskan dendam putranya ?!” tanya Bintang lagi. “Sudah gusti prabu, tapi Ki Pasopati kalah oleh Ratu Siluman Buaya Putih” ucap Vania lagi. Kini Bintang terlihat terdiam seperti tengah memikirkan tentang hal itu. “Hamba mohon gusti, balaskan dendam hamba. Seumur hidup hamba takkan rela dengan kematian suami hamba. Ratu Siluman Buaya Putih, dia telah merebut suami hamba” ucap Vania lagi tiba-tiba saja berlutut dihadapan Bintang. Bintang yang tadi masih memikirkan hal itu terkejut dengan berlututnya Vania. “Bangunlah Vania” ucap Bintang dengan cepat mengangkat sosok Vania dengan kedua tangannya. “Vania rela memberikan apa saja yang gusti prabu inginkan, asalkan dendam Vania terbalaskan” ucap Vania lembut didepan wajah Bintang, bah
Sore itu, langkah Bintang dan Wika tiba disebuah aliran sungai yang berair ternih karena bersumber dari mata air pegunungan yang terpampang didepan mata mereka.“Gusti prabu. Wika ingin membersihkan tubuh terlebih dulu. Gerah rasanya berjalan dibawah terik matahari tadi” ucap Wika tiba-tiba saja mengungkapkan keinginannya saat melihat air jernih tersebut.Sejenak Bintang tampak menggaruk kepalanya yang sebenarnya tidak gatal lalu kemudian mengangguk. Dengan tersenyum gembira, Wika segera mencari tempat terpencil diantara batu-batu besar yang ada disungai tersebut untuk kemudian melepaskan pakaian hitamnya dan menceburkan tubuhnya yang indah dan mulus kedalam air. Wika sedikitpun tak khawatir bila Bintang mengintip tubuh indahnya, bahkan jauh didasar hatinya, Wika malah mengharapkan hal itu. Tapi sayang harapannya hanya tinggal harapan.Bintang sendiri terlihat menunggu dikejauhan, perlahan terdengar senandung merdu yang berasal dari Wika yang tengah
Tapi tiba-tiba saja kedua mata Wika terlihat membesar saat melihat dari arah pohon besar itu terlihat dua mata terbuka, lalu melangkah keluar sesosok tubuh dari dalam pohon tersebut, rupanya sosok ini memiliki ajian untuk menyatu dengan pohon. Sosok seorang laki-laki tua yang mengenakan pakaian putih seperti seorang pertapa, tapi berbeda, kain yang digunakannya adalah kain kafan. Wajahnyapun terlihat sangat menyeramkan karena nyaris tanpa daging, yang terlihat hanya tulang berulang, sungguh mengerikan sosok lelaki tua ini yang kini tampak sudah berada beberapa defa dari hadapan Bintang dan Wika.“Apa kau yang berjuluk Bidadari Pulau Ular ?” tanya suara lelaki tua yang persis seperti jerangkong hidup itu.Wika yang semula ngeri melihat sosok lelaki tua jerangkong hidup itu berusaha menenangkan hatinya, apalagi saat ini dirinya berada bersama Bintang, apa yang harus ditakutinya.“Benar, aku Bidadari Pulau Ular” ucap Wika tegas dan mantap
Setelah melihat Jejaka Emas memahami maksud perkataannya, Bintang segera melangkah ke arah Maharaja Jin Thathamghi Yam Yal.Berjarak 3 tombak dari Maharaja Jin Thathamghi Yam Yal, Bintang menghentikan langkahnya.“Tidak ada yang kalah juga tidak ada yang menang dalam sebuah peperangan. Lebih baik kita berdamai dan hidup berdampingan Ayah Mertua” ucap Bintang dengan menyebut Maharaja Jin Thathamghi Yam Yal sebagai ayah mertuanya. Tentu saja kenyataan itu tak bisa Bintang pungkiri. Walau bagaimana, Maharaja Jin Thathamghi Yam Yal adalah ayah mertua baginya.Tatapan Maharaja Jin Thathamghi Yam Yal masih terlihat dingin kearahnya, dan terdengar suara beratnya. “Kenapa kau menolak untuk menjadi penguasa dunia, Bintang? Bukankah itu keinginan semua laki-laki didunia ini! Tahta dan Kekuasaan?!”Bintang menggeleng, lalu berkata, “Aku lebih suka kedamaian. Buat apa meraih kekuasaan, kalau hidup selalu tidak tenang” Maharaja Jin Thathamghi Yam Yal terdiam saat mendengar kata-kata Bintang.Binta
Semua terdiam!Sunyi!Tak ada satu suarapun yang terdengar, kecuali desau angin!Sementara itu, keadaan semua orang yang tadinya terpaku, kini sudah bisa bergerak, masing-masing saling menatap satu sama lain, lalu mengedarkan pandangan mereka ke arah sekitar. Apa yang baru saja terjadi, berasa seperti mimpi.Sementara itu, Maharaja Jin Thathamghi Yam Yal pun masih terpaku berdiri ditempatnya, memandangi jari manis tangan kanannya yang sudah kosong, tidak ada lagi Cincin Sulaiman yang biasa terpatri.Di pihak Jejaka Emas, Bintang lebih dulu tersadar dengan keadaan yang terjadi. Masih terlihat keringat dingin di sekujur tubuh Bintang. Rasa sakit yang baru saja dialami oleh Bintang bukan sekedar dalam angan-angan, tapi Bintang benar-benar dapat merasakan bagaimana tubuhnya terhempas dengan keras ke sebuah alam, dimana di alam itu, berbagai macam orang dengan segala macam siksaannya. Bintang benar-benar merasakan kesakitan yang amat sangat yang membuat tubuhnya seperti ditusuk oleh ribuan
“Bangunlah kalian berdua!” kembali suara lembut tapi tegas itu terdengar menyapa keduanya, hampir bersamaan Bintang dan Jejaka Emas memalingkan wajah mereka kearah depan. Wajah keduanya berubah. Berjarak hanya beberapa tombak dihadapan mereka, terlihat sosok seorang laki-laki tua berwajah agung dan teduh. Mengenakan pakaian putih disekujur tubuhnya. Senyumnya terlihat begitu agung dan teduh. Bintang dan Jejaka Emas terkejut, karena tadi, tidak ada seorangpun yang ada ditempat itu selain mereka berdua.Lelaki tua berparas agung itu terlihat duduk diatas sebuah batu putih yang bila diperhatikan dengan seksama. Batu itu tidaklah menyentuh tanah, alias mengapung diudara.“Kemari!” Terdengar suara lembut dan tegas kembali menyapa Bintang dan Jejaka Emas. Walau keduanya tak melihat bibir lelaki tua itu bergerak, tapi Bintang dan Jejaka Emas yakin, kalau lelaki tua itulah yang menyuruh mereka.Lagi-lagi Bintang dan Jejaka Emas diliputi keheranan, karena tubuh mereka tiba-tiba saja bangkit be
Maharaja Jin Thathamghi Yam Yal terlihat geram saat melihat tak satupun dari pihak lawan yang mau bersikap setia kepadanya. “Kalian semua rupanya benar-benar ingin mati, jangan katakan kalau aku tidak memberikan kalian kesempatan...” ucap Maharaja Jin Thathamghi Yam Yal. Lalu Maharaja Jin Thathamghi Yam Yal berpaling kearah seluruh pasukannya yang ada dibelakangnya.“Bunuh mereka semua!”Satu perintah Maharaja Jin Thathamghi Yam Yal sudah cukup untuk membuat pasukannya bergerak kedepan dengan senjata terhunus. Siap untuk membunuh lawan-lawan mereka yang sudah tak berdaya ditempatnya.Mendengar perintah Maharaja Jin Thathamghi Yam Yal, membuat pucat wajah-wajah dari pihak lawannya. Sebagian mengeluarkan keringat dingin membayangkan kematian yang akan segera mendatangi mereka, sementara sebagian lagi tampak mampu bersikap tenang dan sudah siap menerima nasib, karena memang sejak awal pertempuran, mereka sudah siap untuk mati. Ada satu hal yang setidaknya membuat mereka mati dengan tenan
Sementara itu dipihak Maharaja Jin Thathamghi Yam Yal juga ikut bingung melihat kejadian itu, Bintang yang kini tampak tengah diperebutkan oleh ke-4 wanita cantik. Di benak mereka terbersit pikiran, ‘Apa mereka tidak menyadari kalau saat ini tengah berperang’. Hal ini membuat semua orang geleng-geleng kepala melihatnya.Sementara itu, Maharaja Jin Thathamghi Yam Yal terlihat menatap ke arah Bintang dengan tatapan dingin. Lalu Maharaja Jin Thathamghi Yam Yal maju beberapa langkah kedepan. Seketika keadaan riuh ditempat itu langsung berhenti. Hening. Bahkan keributan kecil diantara Bintang dengan ke-4 gadisnya juga ikut terhenti dan kini mereka ikut menatap kearah Maharaja Jin Thathamghi Yam Yal.Tak ada yang bersuara, semua perhatian tertuju langsung ke arah Maharaja Jin Thathamghi Yam Yal.Tiba-tiba saja dari pihak seberang, sesosok tubuh melangkah kehadapan Maharaja Jin Thathamghi Yam Yal. Dia adalah Jejaka Emas. Jejaka Emas memang sangat kesal melihat keberuntungan Bintang yang dike
“Hai! Utusan Dewa. Kami akan menghentikan peperangan ini bila Maharaja Jin Thathamghi Yam Yal sudah terkalahkan, tapi bila tidak. Bahkan Sang Hyang Guru Dewa sendiripun tak akan bisa berbuat apa-apa!” Raja Munaliq Dari Timur memberikan jawaban diiringi anggukan oleh kedua raja jin lainnya, juga para prajurit yang berada dibawah kendali mereka.Apa yang dikatakan oleh Raja Munaliq Dari Timur memang tidak salah. Selama Maharaja Jin Thathamghi Yam Yal tidak bisa dikalahkan, maka kemenangan akan selalu menjadi milik mereka. Bahkan Sang Hyang Guru Dewa sendiripun tak akan bisa berbuat apa-apa.Kini balik Una Lyn yang terlihat terdiam ditempatnya. Jejaka Emas yang melihat hal itu, segera beranjak maju untuk memberikan tanggapannya.Bleegaarrr!Sebuah suara keras ledakan terdengar keras membahana di tempat itu, begitu kerasnya sampai membuat tempat itu bergetar laksana digoncang gempa skala sedang. Ada yang jatuh terduduk karena tak kuat menahan getaran yang terjadi, tapi masih banyak pula y
Una Lyn sendiri terlihat melakukan salto beberapa kali diudara hingga akhirnya berhasil mendarat dengan mulus ditanah, sedangkan Ifrit juga mampu mendaratkan kedua kakinya ditanah, setelah terseret cukup jauh kebelakang. Darah terlihat merembes dimulut keduanya, sebagai tanda luka dalam yang mereka derita.Seakan tak ingin membuat waktu percuma, Una Lyn terlihat langsung mengangkat tangannya yang tengah memegang pedang naga emas keatas.Wusshh..!Bayangan seekor naga emas melesat keluar dari hulu pedang ditangan Una Lyn. Sementara itu di ujung sana, Ifrit pun terlihat tak ingin tinggla diam.Dugghh!Tongkat ditangannya dihentakkan ke tanah.Wusshh..! Wusshh..! Wusshh..!Banyak sosok bayangan hitam yang keluar dari kepala tongkat dan sosok-sosok bayangan hitam itu tampak membentuk wujud-wujud jin yang tak terhitung jumlahnya yang hampir memenuhi langit. Di tempatnya, Una Lyn cukup terkejut melihat pamer kesaktian yang diperlihatkan oleh Ifrit. Ternyata Ifrit mampu mengeluarkan banyak j
Dughh! Seiring dengan itu Ifrit menghentakkan tongkat ditangannya ke bawah.Werrrr...! gelombang energi terpancar keluar dari tubuh Ifrit yang langsung menyapu seluruh tempat itu. Terjadi keanehan! Pemandangan mencengangkan terjadi. Waktu seolah berhenti, bangsa jin yang tengah bertempur satu sama lain, terdiam seperti patung. Semuanya berhenti bergerak, bukan saja yang ada di tanah, tapi juga yang ada diudara ikut berhenti bergerak.Baik bangsa manusia, bangsa jin, maupun para dewa-dewi, bahkan Jejaka Emas pun ikut berdiri mematung ditempatnya berada. Terlihat perubahan diwajah semua orang, termasuk Jejaka Emas yang berusaha sekuat tenaga untuk melepaskan dirinya agar bisa kembali bergerak, tapi sejauh ini hanya gerakan yang sangat lamban yang terlihat. Tak ada yang mampu menggerakan tubuh mereka. Sementara itu, di pihak Ifrit, mereka semua tahu, kalau ini adalah salah satu kemampuan Ifrit yang bisa menghentikan waktu.Di depan sana, terlihat Ifrit tersenyum sinis melihat ke arah Jej
Jejaka Emas tak memberi kesempatan sedikitpun bagi Ifrit untuk menghela nafas. Serangan gelang dewanya terus menghantam sosok Ifrit.Sosok Ifrit yang melayang diatas tanah, terus terdesak mundur. Entah sudah belasan ataupun berpuluh-puluh kali serangan gelang dewa menghantam sosoknya, tapi walaupun terdesak. Ifrit sedikitpun tidak terlihat terluka.Jejaka Emas yang melihat hal itu, harus mengakui kekuatan dan kekebalan tubuh Ifrit, tapi anehnya seraya terus melesatkan serangan gelang-gelang dewanya, Jejaka Emas justru tertawa-tawa. Hal ini dikarenakan sosok Ifrit yang terkena serangan beruntun gelang dewanya dari berbagai arah, membuat tubuh Ifrit yang melayang diudara itu tampak terdorong ke kanan, ke kiri, ke belakang dan kedepan, Ifrit seperti tengah berjoget atau bergoyang dangdut. Hal ini pula yang membuat Jejaka Emas kemudian tertawa tergelak-gelak. Bangsa Jin yang ada ditempat itupun bingung dan heran, kenapa Jejaka Emas bertarung sambil tergelak-gelak sendiri.Ifrit terus dig