“Ya..ya..ya... aku sekarang ingat, lalu siapa kau dan ada hubungan apa kau dengan sinden cantik itu ?” tanya Adipati Jumali lagi.
“Dia adalah ibuku” ucap Wika lagi.
“Pantas saja wajahmu sangat mirip dengannya. Jadi itu alasanmu membunuh Rozali dan Sunyali” ucap Adipati Jumali lagi.
“Benar dan sebentar lagi, nyawamu yang akan kuambil” ucap Wika lagi dengan mantap
Bukk !!
Agghhh !!!
Wika menjerit tertahan saat sebuah bogem mentah telah mendarat diperutnya, rupanya salah satu pengawal Adipati Jumali yang melakukannya.
“Baik-baik kau bicara dengan tuan adipati” ucap pengawal itu dengan suara garang, Wika sendiri tampak menatap pengawal itu dengan kedua mata menjelit.
“Sebentar lagi kau yang akan mati ditiang gantungan, karena pembunuhan-pembunuhan yang kau lakukan” ucap Adipati Jumali lagi tersenyum penuh kemenangan.
“Hi hi hi...!!!” Wika jus
“Rupanya hamba benar-benar tidak bisa menipu gusti prabu” ucap Pudja tersenyum.“Kapan nona Pudja kembali ?” tanya Bintang lagi. Karena sebagaimana kita ketahui, kalau sebelumnya Pudja berada nagari pagaruyung.“Baru saja gusti, hamba membawa surat dari ayah dan ibu hamba untuk gusti prabu” ucap Pudja lagi hingga mengejutkan Bintang dan yang lain.“Bawalah kemari sendiri suratnya nona Pudja” ucap Bintang lagi.Kalau biasanya setiap surat atau benda yang ingin diberikan kepada Bintang sebagai gusti prabu, selalu melalui tangan kedua, artinya ada orang yang menerimanya, lalu kemudian diserahkan kepada Bintang. Tapi kali ini Bintang langsung meminta Pudja untuk membawanya langsung kepadanya.Dengan berjalan bersimpuh, Pudja mendekat kearah Bintang, lalu menyerahkan surat itu langsung ke tangan Bintang. Bintang membuka surat tersebut dan mulai membacanya. Wajah Bintang sedikit berubah, lalu kemudian kemba
“Mau kalian apakan wanita ini ?” tanya sibuta lagi tak kalah keras.“Dia akan kami hukum gantung”“Apa kesalahannya ?”“Dia telah membunuh adipati jumali” ucap lelaki penunggang kuda itu lagi hingga membuat wajah sibuta dibalik caping berubah.“Aku terpaksa kisanak” bisik Wika lagi ditelinga sibuta. Sibuta terlihat terdiam sebentar.“Sebaiknya cepat kau serahkan. Atau kaupun akan kami tangkap karena ikut membantunya” ucap sipenunggang kuda lagi.“Maaf tuan-tuan, tapi tidak sepantasnya kalian bertindak keji terhadap seorang wanita. Walaupun dia salah, tetap perlakukan dia dengan manusiawi” ucap sibuta lagi.“Sudah kakang, tangkap saja mereka berdua.. beres urusan” ucap penunggang kuda yang lain tak sabar.Penunggang kuda terdepan sepertinya merupakan pemimpin yang lain tampak menatap kearah kirinya untuk maju terlebih dahulu. Yang ber
“Sudah lebih baik kang” “Syukurlah kalau begitu. Ini ada sedikit makanan” ucap Pusara seraya menyerahkan sebuah bungkusan kepada Wika. Wika segera menerimanya, lalu membukanya, ternyata isinya adalah ubi yang direbus, Wika segera memakannya karena memang beberapa hari ini dia sangat kekurangan makan, karena berada dalam penyiksaan penjara Adipati Jumali. Suasana berubah sunyi, Wika sibuk menyantap makanan ditangannya, Pusara sibuk dengan api unggunnya. “Apa benar kau yang membunuh adipati jumali ?” tanya Pusara lagi akhirnya memecah kesunyian diantara mereka. “Benar” “Kenapa ?” “Karena dia jahat padaku” ucap Wika singkat Pusara terdiam mendengar hal itu. Karena memang Pusara tidak pandai bicara sama wanita. ”oh ya kang, kakang Pusara sendiri berasal darimana ?” tanya Wika tiba-tiba seakan ingin mengalihkan pembicaraan diantara mereka. “Aku berasal dari Puncak Lawu” jawab Pusara singkat. “Puncak lawu... d
“Pudja... ini Melati, penari jaipong istana yang pernah aku ceritakan padamu” ucap Bintang kepada Pudja memperkenalkan sosok Melati.“Aku memanggil kalian berdua kemari, karena ada sesuatu yang ingin kusampaikan sama kalian” ucap Bintang lagi hingga membuat Melati dan Pudja terlihat saling pandang kembali.“Aku berencana untuk menikahi kalian berdua dan menjadikan kalian selirku di istana ini. Bagaimana menurut kalian ?!!” ucap Bintang lagi hingga membuat Pudja dan Melati saling pandang dengan wajah berubah.“Melati tidak keberatan kang” ucap Melati tiba-tiba.“Pudja juga tidak keberatan gusti” sambung Pudja cepat.Bintang hanya tersenyum melihat keduanya.“Aku harap kalian berdua bisa rukun dan bersahabat, keberadaan kalian disisiku sama pentingnya. Aku sayang dan cinta pada kalian berdua” ucap Bintang lagi hingga membuat Melati dan Pudja tersenyum tersipu malu. Lalu ke
“Siapa yang ikut bersamamu itu Pusara ?” tanya Bintang. Rupanya sosok Wika cukup menarik perhatian bagi orang-orang yang ada diruangan itu, karena wajah yang Wika miliki selain cantik jelita juga manis, hingga siapa saja yang memandangnya takkan bosan.“Wika... gusti prabu menanyakan tentang dirimu” ucap Pusara menyadarkan Wika dari keadaannya.“Hamba Wika putri, sahabat perjalanan kakang Pusara menuju kemari” ucap Wika dengan cepat memperkenalkan dirinya.“Wika putri...” ulang beberapa orang diruangan itu lagi.“Bagaimana kabar guru Pusara ?” tanya Bintang lagi.“Guru baik-baik saja gusti. Guru menitipkan salam untuk gusti prabu” ucap Pusara lagi kepada Bintang.“Kuterima salam dari guru Pusara, sampaikan salamku juga untuk guru nanti bila bertemu lagi” ucap Bintang. Pusara tampak mengangguk.Lalu keduanya terlibat pembicaraan basa basi diantara merek
“Ranggalawu....” terdengar sosok diatas kuda menyebutkan satu nama yang diarahkannya pada sosok yang berdiri membelakanginya dihadapannya.Sosok itu kemudian berbalik, dan ;“Sahdewa....” terdengar sosok itu menyebutkan satu nama lagi.Rupanya, keduanya adalah patih Setyo Kencana, patih Ranggalawu dan patih Sahdewa. Patih Sahdewa yang berada diatas kuda segera melompat turun dengan ringannya, lalu berjalan mendekati Patih Ranggalawu yang berada beberapa langkah dihadapannya.“Ada apa kau jauh-jauh menyuruhku datang kemari Ranggalawu ?” tanya Patih Sahdewa lagi. Tapi wajah Patih Ranggalawu justru berubah mendengar hal itu.“Loh... bukannya kau Sahdewa yang memintaku untuk datang kemari ?!!” ucap Patih Ranggalawu dengan wajah bingung, Patih Ranggalawu tampak mengeluarkan sebuah gulungan surat kepada Patih Sahdewa, Patih Sahdewa segera menerima dan membacanya dengan wajah bingung. Lalu Patih Sahdewa send
“Tapak saketi, heaaa !!!”Wika melompat dengan tapak saketinya kearah Patih Ranggalawu.“Tinju Gledek, yeaaahhh !!!”Patih Ranggalawu tak mau kalah, Tinju Gledek yang sudah terangkum segera melesat kedepan, menyongsong lawannya, hingga ;Dhuarr ! Dhuarr ! Dhuarr ! Dhuarr ! Dhuarr !Blleeggaaarrr !!!Ledakan-ledakan kecil terjadi disekitar pertemuan kedua pukulan dahsyat itu disusul dengan satu ledakan keras yang membuat sosok Patih Ranggalawu dan Wika sama-sama terlempar keras kebelakang. Kedua-duanya tampak sama-sama terguling-guling hingga akhirnya terkapar.Patih Ranggalawu terlihat memegangi dadanya yang terasa nyeri. “Huakkk !!!” Patih Ranggalawu memuntahkan darah kental kehitaman dari mulutnya, hal ini memandakan luka dalam yang tidak ringan.Sementara itu didepan, sosok Wikapun tak kalah parahnya, caping bambu yang dikenakannya terlepas entah kemana hingga kini terlihat wajahnya sudah
KERAJAAN SETYO KENCANA dilanda kegemparan, malam itu Patih Ranggalawu dan Patih Sahdewa kembali ke Setyo Kencana dalam keadaan sekarat, keduanya terkapar pingsan diatas masing-masing kuda mereka. Kegemparan dan ketenangan Setyo Kencana terusik malam itu. Para senopati, pejabat dan Mahapatih Suryo Barata sendiri langsung memeriksa keadaan kedua patih Setyo Kencana tersebut dan wajah Mahapatih Suryo Barata terlihat berubah. Saat para pejabat istana Setyo Kencana ikut memeriksanya, wajah merekapun ikut berubah. Demikian pula para senopati yang merupakan sahabat-sahabat Bintang ikut memeriksa, tapi lagi-lagi wajah mereka berubah. “Cepat bangunkan gusti prabu !!!” ucap Mahapatih Suryo Barata lagi. Semua terlihat ragu memandang kearah Mahapatih Suryo Barata. “Ini keadaan darurat, Patih Ranggalawu dan Patih Sahdewa bisa tewas kalau terlalu lama dibiarkan” ucap Mahapatih Suryo Barata lagi dengan agak keras. “Cakra! Buana!, kalian yang pergi untuk membangunkan gusti p
Setelah melihat Jejaka Emas memahami maksud perkataannya, Bintang segera melangkah ke arah Maharaja Jin Thathamghi Yam Yal.Berjarak 3 tombak dari Maharaja Jin Thathamghi Yam Yal, Bintang menghentikan langkahnya.“Tidak ada yang kalah juga tidak ada yang menang dalam sebuah peperangan. Lebih baik kita berdamai dan hidup berdampingan Ayah Mertua” ucap Bintang dengan menyebut Maharaja Jin Thathamghi Yam Yal sebagai ayah mertuanya. Tentu saja kenyataan itu tak bisa Bintang pungkiri. Walau bagaimana, Maharaja Jin Thathamghi Yam Yal adalah ayah mertua baginya.Tatapan Maharaja Jin Thathamghi Yam Yal masih terlihat dingin kearahnya, dan terdengar suara beratnya. “Kenapa kau menolak untuk menjadi penguasa dunia, Bintang? Bukankah itu keinginan semua laki-laki didunia ini! Tahta dan Kekuasaan?!”Bintang menggeleng, lalu berkata, “Aku lebih suka kedamaian. Buat apa meraih kekuasaan, kalau hidup selalu tidak tenang” Maharaja Jin Thathamghi Yam Yal terdiam saat mendengar kata-kata Bintang.Binta
Semua terdiam!Sunyi!Tak ada satu suarapun yang terdengar, kecuali desau angin!Sementara itu, keadaan semua orang yang tadinya terpaku, kini sudah bisa bergerak, masing-masing saling menatap satu sama lain, lalu mengedarkan pandangan mereka ke arah sekitar. Apa yang baru saja terjadi, berasa seperti mimpi.Sementara itu, Maharaja Jin Thathamghi Yam Yal pun masih terpaku berdiri ditempatnya, memandangi jari manis tangan kanannya yang sudah kosong, tidak ada lagi Cincin Sulaiman yang biasa terpatri.Di pihak Jejaka Emas, Bintang lebih dulu tersadar dengan keadaan yang terjadi. Masih terlihat keringat dingin di sekujur tubuh Bintang. Rasa sakit yang baru saja dialami oleh Bintang bukan sekedar dalam angan-angan, tapi Bintang benar-benar dapat merasakan bagaimana tubuhnya terhempas dengan keras ke sebuah alam, dimana di alam itu, berbagai macam orang dengan segala macam siksaannya. Bintang benar-benar merasakan kesakitan yang amat sangat yang membuat tubuhnya seperti ditusuk oleh ribuan
“Bangunlah kalian berdua!” kembali suara lembut tapi tegas itu terdengar menyapa keduanya, hampir bersamaan Bintang dan Jejaka Emas memalingkan wajah mereka kearah depan. Wajah keduanya berubah. Berjarak hanya beberapa tombak dihadapan mereka, terlihat sosok seorang laki-laki tua berwajah agung dan teduh. Mengenakan pakaian putih disekujur tubuhnya. Senyumnya terlihat begitu agung dan teduh. Bintang dan Jejaka Emas terkejut, karena tadi, tidak ada seorangpun yang ada ditempat itu selain mereka berdua.Lelaki tua berparas agung itu terlihat duduk diatas sebuah batu putih yang bila diperhatikan dengan seksama. Batu itu tidaklah menyentuh tanah, alias mengapung diudara.“Kemari!” Terdengar suara lembut dan tegas kembali menyapa Bintang dan Jejaka Emas. Walau keduanya tak melihat bibir lelaki tua itu bergerak, tapi Bintang dan Jejaka Emas yakin, kalau lelaki tua itulah yang menyuruh mereka.Lagi-lagi Bintang dan Jejaka Emas diliputi keheranan, karena tubuh mereka tiba-tiba saja bangkit be
Maharaja Jin Thathamghi Yam Yal terlihat geram saat melihat tak satupun dari pihak lawan yang mau bersikap setia kepadanya. “Kalian semua rupanya benar-benar ingin mati, jangan katakan kalau aku tidak memberikan kalian kesempatan...” ucap Maharaja Jin Thathamghi Yam Yal. Lalu Maharaja Jin Thathamghi Yam Yal berpaling kearah seluruh pasukannya yang ada dibelakangnya.“Bunuh mereka semua!”Satu perintah Maharaja Jin Thathamghi Yam Yal sudah cukup untuk membuat pasukannya bergerak kedepan dengan senjata terhunus. Siap untuk membunuh lawan-lawan mereka yang sudah tak berdaya ditempatnya.Mendengar perintah Maharaja Jin Thathamghi Yam Yal, membuat pucat wajah-wajah dari pihak lawannya. Sebagian mengeluarkan keringat dingin membayangkan kematian yang akan segera mendatangi mereka, sementara sebagian lagi tampak mampu bersikap tenang dan sudah siap menerima nasib, karena memang sejak awal pertempuran, mereka sudah siap untuk mati. Ada satu hal yang setidaknya membuat mereka mati dengan tenan
Sementara itu dipihak Maharaja Jin Thathamghi Yam Yal juga ikut bingung melihat kejadian itu, Bintang yang kini tampak tengah diperebutkan oleh ke-4 wanita cantik. Di benak mereka terbersit pikiran, ‘Apa mereka tidak menyadari kalau saat ini tengah berperang’. Hal ini membuat semua orang geleng-geleng kepala melihatnya.Sementara itu, Maharaja Jin Thathamghi Yam Yal terlihat menatap ke arah Bintang dengan tatapan dingin. Lalu Maharaja Jin Thathamghi Yam Yal maju beberapa langkah kedepan. Seketika keadaan riuh ditempat itu langsung berhenti. Hening. Bahkan keributan kecil diantara Bintang dengan ke-4 gadisnya juga ikut terhenti dan kini mereka ikut menatap kearah Maharaja Jin Thathamghi Yam Yal.Tak ada yang bersuara, semua perhatian tertuju langsung ke arah Maharaja Jin Thathamghi Yam Yal.Tiba-tiba saja dari pihak seberang, sesosok tubuh melangkah kehadapan Maharaja Jin Thathamghi Yam Yal. Dia adalah Jejaka Emas. Jejaka Emas memang sangat kesal melihat keberuntungan Bintang yang dike
“Hai! Utusan Dewa. Kami akan menghentikan peperangan ini bila Maharaja Jin Thathamghi Yam Yal sudah terkalahkan, tapi bila tidak. Bahkan Sang Hyang Guru Dewa sendiripun tak akan bisa berbuat apa-apa!” Raja Munaliq Dari Timur memberikan jawaban diiringi anggukan oleh kedua raja jin lainnya, juga para prajurit yang berada dibawah kendali mereka.Apa yang dikatakan oleh Raja Munaliq Dari Timur memang tidak salah. Selama Maharaja Jin Thathamghi Yam Yal tidak bisa dikalahkan, maka kemenangan akan selalu menjadi milik mereka. Bahkan Sang Hyang Guru Dewa sendiripun tak akan bisa berbuat apa-apa.Kini balik Una Lyn yang terlihat terdiam ditempatnya. Jejaka Emas yang melihat hal itu, segera beranjak maju untuk memberikan tanggapannya.Bleegaarrr!Sebuah suara keras ledakan terdengar keras membahana di tempat itu, begitu kerasnya sampai membuat tempat itu bergetar laksana digoncang gempa skala sedang. Ada yang jatuh terduduk karena tak kuat menahan getaran yang terjadi, tapi masih banyak pula y
Una Lyn sendiri terlihat melakukan salto beberapa kali diudara hingga akhirnya berhasil mendarat dengan mulus ditanah, sedangkan Ifrit juga mampu mendaratkan kedua kakinya ditanah, setelah terseret cukup jauh kebelakang. Darah terlihat merembes dimulut keduanya, sebagai tanda luka dalam yang mereka derita.Seakan tak ingin membuat waktu percuma, Una Lyn terlihat langsung mengangkat tangannya yang tengah memegang pedang naga emas keatas.Wusshh..!Bayangan seekor naga emas melesat keluar dari hulu pedang ditangan Una Lyn. Sementara itu di ujung sana, Ifrit pun terlihat tak ingin tinggla diam.Dugghh!Tongkat ditangannya dihentakkan ke tanah.Wusshh..! Wusshh..! Wusshh..!Banyak sosok bayangan hitam yang keluar dari kepala tongkat dan sosok-sosok bayangan hitam itu tampak membentuk wujud-wujud jin yang tak terhitung jumlahnya yang hampir memenuhi langit. Di tempatnya, Una Lyn cukup terkejut melihat pamer kesaktian yang diperlihatkan oleh Ifrit. Ternyata Ifrit mampu mengeluarkan banyak j
Dughh! Seiring dengan itu Ifrit menghentakkan tongkat ditangannya ke bawah.Werrrr...! gelombang energi terpancar keluar dari tubuh Ifrit yang langsung menyapu seluruh tempat itu. Terjadi keanehan! Pemandangan mencengangkan terjadi. Waktu seolah berhenti, bangsa jin yang tengah bertempur satu sama lain, terdiam seperti patung. Semuanya berhenti bergerak, bukan saja yang ada di tanah, tapi juga yang ada diudara ikut berhenti bergerak.Baik bangsa manusia, bangsa jin, maupun para dewa-dewi, bahkan Jejaka Emas pun ikut berdiri mematung ditempatnya berada. Terlihat perubahan diwajah semua orang, termasuk Jejaka Emas yang berusaha sekuat tenaga untuk melepaskan dirinya agar bisa kembali bergerak, tapi sejauh ini hanya gerakan yang sangat lamban yang terlihat. Tak ada yang mampu menggerakan tubuh mereka. Sementara itu, di pihak Ifrit, mereka semua tahu, kalau ini adalah salah satu kemampuan Ifrit yang bisa menghentikan waktu.Di depan sana, terlihat Ifrit tersenyum sinis melihat ke arah Jej
Jejaka Emas tak memberi kesempatan sedikitpun bagi Ifrit untuk menghela nafas. Serangan gelang dewanya terus menghantam sosok Ifrit.Sosok Ifrit yang melayang diatas tanah, terus terdesak mundur. Entah sudah belasan ataupun berpuluh-puluh kali serangan gelang dewa menghantam sosoknya, tapi walaupun terdesak. Ifrit sedikitpun tidak terlihat terluka.Jejaka Emas yang melihat hal itu, harus mengakui kekuatan dan kekebalan tubuh Ifrit, tapi anehnya seraya terus melesatkan serangan gelang-gelang dewanya, Jejaka Emas justru tertawa-tawa. Hal ini dikarenakan sosok Ifrit yang terkena serangan beruntun gelang dewanya dari berbagai arah, membuat tubuh Ifrit yang melayang diudara itu tampak terdorong ke kanan, ke kiri, ke belakang dan kedepan, Ifrit seperti tengah berjoget atau bergoyang dangdut. Hal ini pula yang membuat Jejaka Emas kemudian tertawa tergelak-gelak. Bangsa Jin yang ada ditempat itupun bingung dan heran, kenapa Jejaka Emas bertarung sambil tergelak-gelak sendiri.Ifrit terus dig