BIDADARI PULAU ULAR, kini nama itu semakin santer terdengar, setelah tewasnya lurah bayan, kini hancurnya Adipati Kemangi juga sudah tersebar dari mulut ke mulut. Dari pembicaraan diwarung-warung, sampai diladang-ladang pertanian, semua membicarakan tentang Bidadari Pulau Ular.
Berita ini sampai juga akhirnya ditelinga Adipati Wetan, Jumali. Adipati Jumali merasakan pembunuhan atas kedua sahabat dimasa lalunya itu pasti memiliki hubungan dengan sebuah dendam dimasa lalu. Karena memang dimasa mudanya, mereka lima sahabat sering berbuat onar dan bertindak tanpa pikir panjang. Adipati Jumali merasakan sebentar lagi akan tiba gilirannya didatangi oleh Bidadari Pulau Ular, karena itu Adipati Jumali menyewa banyak pendekar untuk melindunginya.
Malam itu, Penjagaan di rumah kediaman Adipati Jumali terlihat dijaga dengan sangat ketat, belasan orang pendekar tampak ikut berlalu lalang menjaga tempat kediaman Adipati Jumali.
Tongg !! Tongg !! Tongg !! Tongg !!
Kehe
“Ya..ya..ya... aku sekarang ingat, lalu siapa kau dan ada hubungan apa kau dengan sinden cantik itu ?” tanya Adipati Jumali lagi.“Dia adalah ibuku” ucap Wika lagi.“Pantas saja wajahmu sangat mirip dengannya. Jadi itu alasanmu membunuh Rozali dan Sunyali” ucap Adipati Jumali lagi.“Benar dan sebentar lagi, nyawamu yang akan kuambil” ucap Wika lagi dengan mantapBukk !!Agghhh !!!Wika menjerit tertahan saat sebuah bogem mentah telah mendarat diperutnya, rupanya salah satu pengawal Adipati Jumali yang melakukannya.“Baik-baik kau bicara dengan tuan adipati” ucap pengawal itu dengan suara garang, Wika sendiri tampak menatap pengawal itu dengan kedua mata menjelit.“Sebentar lagi kau yang akan mati ditiang gantungan, karena pembunuhan-pembunuhan yang kau lakukan” ucap Adipati Jumali lagi tersenyum penuh kemenangan.“Hi hi hi...!!!” Wika jus
“Rupanya hamba benar-benar tidak bisa menipu gusti prabu” ucap Pudja tersenyum.“Kapan nona Pudja kembali ?” tanya Bintang lagi. Karena sebagaimana kita ketahui, kalau sebelumnya Pudja berada nagari pagaruyung.“Baru saja gusti, hamba membawa surat dari ayah dan ibu hamba untuk gusti prabu” ucap Pudja lagi hingga mengejutkan Bintang dan yang lain.“Bawalah kemari sendiri suratnya nona Pudja” ucap Bintang lagi.Kalau biasanya setiap surat atau benda yang ingin diberikan kepada Bintang sebagai gusti prabu, selalu melalui tangan kedua, artinya ada orang yang menerimanya, lalu kemudian diserahkan kepada Bintang. Tapi kali ini Bintang langsung meminta Pudja untuk membawanya langsung kepadanya.Dengan berjalan bersimpuh, Pudja mendekat kearah Bintang, lalu menyerahkan surat itu langsung ke tangan Bintang. Bintang membuka surat tersebut dan mulai membacanya. Wajah Bintang sedikit berubah, lalu kemudian kemba
“Mau kalian apakan wanita ini ?” tanya sibuta lagi tak kalah keras.“Dia akan kami hukum gantung”“Apa kesalahannya ?”“Dia telah membunuh adipati jumali” ucap lelaki penunggang kuda itu lagi hingga membuat wajah sibuta dibalik caping berubah.“Aku terpaksa kisanak” bisik Wika lagi ditelinga sibuta. Sibuta terlihat terdiam sebentar.“Sebaiknya cepat kau serahkan. Atau kaupun akan kami tangkap karena ikut membantunya” ucap sipenunggang kuda lagi.“Maaf tuan-tuan, tapi tidak sepantasnya kalian bertindak keji terhadap seorang wanita. Walaupun dia salah, tetap perlakukan dia dengan manusiawi” ucap sibuta lagi.“Sudah kakang, tangkap saja mereka berdua.. beres urusan” ucap penunggang kuda yang lain tak sabar.Penunggang kuda terdepan sepertinya merupakan pemimpin yang lain tampak menatap kearah kirinya untuk maju terlebih dahulu. Yang ber
“Sudah lebih baik kang” “Syukurlah kalau begitu. Ini ada sedikit makanan” ucap Pusara seraya menyerahkan sebuah bungkusan kepada Wika. Wika segera menerimanya, lalu membukanya, ternyata isinya adalah ubi yang direbus, Wika segera memakannya karena memang beberapa hari ini dia sangat kekurangan makan, karena berada dalam penyiksaan penjara Adipati Jumali. Suasana berubah sunyi, Wika sibuk menyantap makanan ditangannya, Pusara sibuk dengan api unggunnya. “Apa benar kau yang membunuh adipati jumali ?” tanya Pusara lagi akhirnya memecah kesunyian diantara mereka. “Benar” “Kenapa ?” “Karena dia jahat padaku” ucap Wika singkat Pusara terdiam mendengar hal itu. Karena memang Pusara tidak pandai bicara sama wanita. ”oh ya kang, kakang Pusara sendiri berasal darimana ?” tanya Wika tiba-tiba seakan ingin mengalihkan pembicaraan diantara mereka. “Aku berasal dari Puncak Lawu” jawab Pusara singkat. “Puncak lawu... d
“Pudja... ini Melati, penari jaipong istana yang pernah aku ceritakan padamu” ucap Bintang kepada Pudja memperkenalkan sosok Melati.“Aku memanggil kalian berdua kemari, karena ada sesuatu yang ingin kusampaikan sama kalian” ucap Bintang lagi hingga membuat Melati dan Pudja terlihat saling pandang kembali.“Aku berencana untuk menikahi kalian berdua dan menjadikan kalian selirku di istana ini. Bagaimana menurut kalian ?!!” ucap Bintang lagi hingga membuat Pudja dan Melati saling pandang dengan wajah berubah.“Melati tidak keberatan kang” ucap Melati tiba-tiba.“Pudja juga tidak keberatan gusti” sambung Pudja cepat.Bintang hanya tersenyum melihat keduanya.“Aku harap kalian berdua bisa rukun dan bersahabat, keberadaan kalian disisiku sama pentingnya. Aku sayang dan cinta pada kalian berdua” ucap Bintang lagi hingga membuat Melati dan Pudja tersenyum tersipu malu. Lalu ke
“Siapa yang ikut bersamamu itu Pusara ?” tanya Bintang. Rupanya sosok Wika cukup menarik perhatian bagi orang-orang yang ada diruangan itu, karena wajah yang Wika miliki selain cantik jelita juga manis, hingga siapa saja yang memandangnya takkan bosan.“Wika... gusti prabu menanyakan tentang dirimu” ucap Pusara menyadarkan Wika dari keadaannya.“Hamba Wika putri, sahabat perjalanan kakang Pusara menuju kemari” ucap Wika dengan cepat memperkenalkan dirinya.“Wika putri...” ulang beberapa orang diruangan itu lagi.“Bagaimana kabar guru Pusara ?” tanya Bintang lagi.“Guru baik-baik saja gusti. Guru menitipkan salam untuk gusti prabu” ucap Pusara lagi kepada Bintang.“Kuterima salam dari guru Pusara, sampaikan salamku juga untuk guru nanti bila bertemu lagi” ucap Bintang. Pusara tampak mengangguk.Lalu keduanya terlibat pembicaraan basa basi diantara merek
“Ranggalawu....” terdengar sosok diatas kuda menyebutkan satu nama yang diarahkannya pada sosok yang berdiri membelakanginya dihadapannya.Sosok itu kemudian berbalik, dan ;“Sahdewa....” terdengar sosok itu menyebutkan satu nama lagi.Rupanya, keduanya adalah patih Setyo Kencana, patih Ranggalawu dan patih Sahdewa. Patih Sahdewa yang berada diatas kuda segera melompat turun dengan ringannya, lalu berjalan mendekati Patih Ranggalawu yang berada beberapa langkah dihadapannya.“Ada apa kau jauh-jauh menyuruhku datang kemari Ranggalawu ?” tanya Patih Sahdewa lagi. Tapi wajah Patih Ranggalawu justru berubah mendengar hal itu.“Loh... bukannya kau Sahdewa yang memintaku untuk datang kemari ?!!” ucap Patih Ranggalawu dengan wajah bingung, Patih Ranggalawu tampak mengeluarkan sebuah gulungan surat kepada Patih Sahdewa, Patih Sahdewa segera menerima dan membacanya dengan wajah bingung. Lalu Patih Sahdewa send
“Tapak saketi, heaaa !!!”Wika melompat dengan tapak saketinya kearah Patih Ranggalawu.“Tinju Gledek, yeaaahhh !!!”Patih Ranggalawu tak mau kalah, Tinju Gledek yang sudah terangkum segera melesat kedepan, menyongsong lawannya, hingga ;Dhuarr ! Dhuarr ! Dhuarr ! Dhuarr ! Dhuarr !Blleeggaaarrr !!!Ledakan-ledakan kecil terjadi disekitar pertemuan kedua pukulan dahsyat itu disusul dengan satu ledakan keras yang membuat sosok Patih Ranggalawu dan Wika sama-sama terlempar keras kebelakang. Kedua-duanya tampak sama-sama terguling-guling hingga akhirnya terkapar.Patih Ranggalawu terlihat memegangi dadanya yang terasa nyeri. “Huakkk !!!” Patih Ranggalawu memuntahkan darah kental kehitaman dari mulutnya, hal ini memandakan luka dalam yang tidak ringan.Sementara itu didepan, sosok Wikapun tak kalah parahnya, caping bambu yang dikenakannya terlepas entah kemana hingga kini terlihat wajahnya sudah