Ingatan Lurah Sunyali kembali belasan tahun yang lalu, hingga akhirnya wajah Lurah Sunyali kembali berubah saat mengingatnya.
“Sinden Wika, hemm... pantas saja aku merasa kenal dengan wajahmu, ada hubungan apa kau dengannya ?!!!” ucap Lurah Sunyali lagi.
“Dia adalah ibuku, dan hari ini aku akan menuntut balas atas apa yang kau lakukan dulu” ucap Wika lagi terlihat mengepalkan kedua tangannya. Melihat gelagat itu, kedua centeng yang menjadi pengawal Lurah Sunyali tampak maju kedepan, menjadi perisai dan pelindung bagi Lurah Sunyali.
“Tangkap dia, jangan dibunuh, aku ingin menikmati tubuh dan kecantikannya” ucap Lurah Sunyali lagi dengan senyum angkuhnya.
Para centeng yang berjumlah 10 orang itu alngsung bergerak mengepung dengan menghunus senjata masing-masing. Ada yang mengganakan golok, pedang, clurit, rantai berduri, tombak dan gada berduri.
Wika sendiri tampak tak gentar melihat pengepungan dirinya.
&ld
Ditempatnya Wika terlihat tersenyum sinis. Lalu dengan tenang, Wika mengangkat kedua tangannya, membentuk gerakan ular.“Jurus Tangan Ularku akan mengalahkan jurusmu !!” ucap Wika dengan mantap.“Sombong, hyyaattt !!!” pendekar elang melesat kedepan dengan ganasnya.“Hiiaattt !!”Wika tak mau kalah, tubuhnya ikut berkelebat kedepan.Cakar elang bertemu dengan tangan ular.Wuuutt !Wuuutt !Keduanya bertarung sengit. Dalam beberapa gebrakan kedepan saja, jurus-jurus Wika terlihat lebih unggul. Hal ini tentu saja mengherankan bagi kedua pendekar elang. Bahkan saat memasuki jurus ke 42.Duukk !Patukan tangan ular Wika berhasil menghantam dada sebelah kiri pendekar elang, hingga membuat pendekar elang itu terjengkang kebelakang. Untung saja pendekar elang melindungi tubuhnya dengan tenaga dalamnya yang cukup tinggi hingga dirinya tidak sampai pingsan terkapar seperti yang lain.
KEMANGI, sebuah kadipaten yang cukup ramai penduduknya, karena kadipaten ini sering menjadi tempat singgah sementara bagi para pedagang-pedagang yang ingin singgah sebentar sebelum melanjutkan perjalanan. Kadipaten Kemangi berada ditepian sebuah sungai yang cukup lebar sehingga bisa dilewati oleh kapal-kapal pedagang yang cukup besar. Hari ini Kadipaten Kemangi dibuat gempar dengan berita tewasnya Lurah Sunyali di desa Bayan yang merupakan bagian dari Kadipaten Kemangi. Lurah Sunyali tewas dengan cara yang amat menggenaskan, dimana kepalanya dipenggal dan digantung di pintu gerbang desa. Semua masyarakat desa bayan menyaksikan hal itu. Dari kabar yang beredar, para pendekar bayaran yang selamat dari pertarungan dengan gadis cantik itu menceritakan kalau gadis itu berasal dari pulau ular, sehingga banyak yang memberikan julukan kepadanya sebagai Bidadari Pulau Ular. Dan berita ini dengan cepat menyebar dari mulut ke mulut hingga sampai ke Kadipaten Kemangi yang dipimp
Si sosok bercaping tampak dengan tenang melepas capingnya, keremangan malam memperlihatkan raut wajahnya yang manis, cantik dan jelita.“Jadi kau yang berjuluk Bidadari Pulau Ular itu ?” tanya sujito lagi.Gadis yang memang tak lain adalah Wika Putri hanya tampak tersenyum sinis.“Aku tidak memiliki urusan dengan kalian, menyingkir dari hadapanku atau mati !!!” ucap Wika dingin.“Ha ha ha...!!!” Sepasang Pendekar Racun terlihat tertawa dengan keras.Sujiwo tampak maju.“Anak kemarin sore sepertimu jangan banyak lagak dihadapan kami, Sepasang Pendekar Racun” ucap Sujiwo lagi dengan keras.“Huh !! apakah nama besar kalian sebesar mulut kalian” ucap Wika sinis hingga membuat wajah kedua pendekar racun ini memerah.“Kakang, biar aku yang memberi pelajaran gadis bau kencur ini !!” ucap Sujiwo meminta persetujuan Sujito.“Berhati-hatilah Sujiwo&rdquo
“Tunggu !! tunggu kang !!” ucap Sujiwo cepat dengan wajah pucat.“Semakin lama, racun ini akan terus menjalar ketubuhmu Sujiwo, kau bisa mati !!!” ucap Sujito lagi.Sujiwo bukan tidak mengetahui hal itu, tapi....Crassshhh !!!Akkhh !!!Tanpa menunda waktu lagi, Sujito tiba-tiba saja sudah mengayunkan goloknya hingga kedua tangan Sujiwo langsung terbabat putus. Sujiwo langsung berteriak keras merasakan sakit yang amat sangat. Kedua tangannya kini langsung buntung. Darah langsung memancar keluar.Tuk ! Tuk !Sujito langsung menotok beberapa bagian dari luka buntung tersebut, hingga darah yang mengalir langsung berhenti.“Kau mundurlah dulu Sujiwo, biar aku yang menghadapinya” ucap SujitoDengan menahan sakit, Sujiwo tampak mengangguk dan akhirnya mundur.Sujito sendiri kini sudah berhadapan dengan Wika yang sedari tadi hanya memperhatikan saja, sambil sesekali mengawasi Adipati R
“Kita bunuh sekarang tuan adipati, sebelum terlambat !!!” ucap Sujito lagi. Adipati Rozali tampak mengangguk mantap.“Hhyyaattt !!!”“Heaatttt !!!!”Bersamaan Adipati Rozali dan Sujito menyerang kedepan, kearah Wika yang masih berkonsentrasi dengan ajian serat jiwanya.“Kkhhaaaa !!!”Saat serangan sudah semakin mendekat, tiba-tiba saja Wika berteriak keras dengan membentangkan kedua tangannya yang terangkum sinar hijau keemasan.Sinar hijau keemasan itu terlihat langsung menyambar sosok Adipati Rozali yang berada disebelah kanan dan sosok Sujito yang berada disebelah kiri. Sosok keduanya langsung terbelenggu kedalam sinar hijau keemasan tersebut.Akkhhh !!! Akkhhh !!!Hampir bersamaan, Adipati Rozali dan Sujito sama-sama berteriak keras. Entah apa yang mereka rasakan.Daasstt….. ! Daasstt….. !Sosok Adipati Rozali dan Sujito langsung menempel dikedua ta
BIDADARI PULAU ULAR, kini nama itu semakin santer terdengar, setelah tewasnya lurah bayan, kini hancurnya Adipati Kemangi juga sudah tersebar dari mulut ke mulut. Dari pembicaraan diwarung-warung, sampai diladang-ladang pertanian, semua membicarakan tentang Bidadari Pulau Ular.Berita ini sampai juga akhirnya ditelinga Adipati Wetan, Jumali. Adipati Jumali merasakan pembunuhan atas kedua sahabat dimasa lalunya itu pasti memiliki hubungan dengan sebuah dendam dimasa lalu. Karena memang dimasa mudanya, mereka lima sahabat sering berbuat onar dan bertindak tanpa pikir panjang. Adipati Jumali merasakan sebentar lagi akan tiba gilirannya didatangi oleh Bidadari Pulau Ular, karena itu Adipati Jumali menyewa banyak pendekar untuk melindunginya.Malam itu, Penjagaan di rumah kediaman Adipati Jumali terlihat dijaga dengan sangat ketat, belasan orang pendekar tampak ikut berlalu lalang menjaga tempat kediaman Adipati Jumali.Tongg !! Tongg !! Tongg !! Tongg !!Kehe
“Ya..ya..ya... aku sekarang ingat, lalu siapa kau dan ada hubungan apa kau dengan sinden cantik itu ?” tanya Adipati Jumali lagi.“Dia adalah ibuku” ucap Wika lagi.“Pantas saja wajahmu sangat mirip dengannya. Jadi itu alasanmu membunuh Rozali dan Sunyali” ucap Adipati Jumali lagi.“Benar dan sebentar lagi, nyawamu yang akan kuambil” ucap Wika lagi dengan mantapBukk !!Agghhh !!!Wika menjerit tertahan saat sebuah bogem mentah telah mendarat diperutnya, rupanya salah satu pengawal Adipati Jumali yang melakukannya.“Baik-baik kau bicara dengan tuan adipati” ucap pengawal itu dengan suara garang, Wika sendiri tampak menatap pengawal itu dengan kedua mata menjelit.“Sebentar lagi kau yang akan mati ditiang gantungan, karena pembunuhan-pembunuhan yang kau lakukan” ucap Adipati Jumali lagi tersenyum penuh kemenangan.“Hi hi hi...!!!” Wika jus
“Rupanya hamba benar-benar tidak bisa menipu gusti prabu” ucap Pudja tersenyum.“Kapan nona Pudja kembali ?” tanya Bintang lagi. Karena sebagaimana kita ketahui, kalau sebelumnya Pudja berada nagari pagaruyung.“Baru saja gusti, hamba membawa surat dari ayah dan ibu hamba untuk gusti prabu” ucap Pudja lagi hingga mengejutkan Bintang dan yang lain.“Bawalah kemari sendiri suratnya nona Pudja” ucap Bintang lagi.Kalau biasanya setiap surat atau benda yang ingin diberikan kepada Bintang sebagai gusti prabu, selalu melalui tangan kedua, artinya ada orang yang menerimanya, lalu kemudian diserahkan kepada Bintang. Tapi kali ini Bintang langsung meminta Pudja untuk membawanya langsung kepadanya.Dengan berjalan bersimpuh, Pudja mendekat kearah Bintang, lalu menyerahkan surat itu langsung ke tangan Bintang. Bintang membuka surat tersebut dan mulai membacanya. Wajah Bintang sedikit berubah, lalu kemudian kemba