“Tunggu !! tunggu kang !!” ucap Sujiwo cepat dengan wajah pucat.
“Semakin lama, racun ini akan terus menjalar ketubuhmu Sujiwo, kau bisa mati !!!” ucap Sujito lagi.
Sujiwo bukan tidak mengetahui hal itu, tapi....
Crassshhh !!!
Akkhh !!!
Tanpa menunda waktu lagi, Sujito tiba-tiba saja sudah mengayunkan goloknya hingga kedua tangan Sujiwo langsung terbabat putus. Sujiwo langsung berteriak keras merasakan sakit yang amat sangat. Kedua tangannya kini langsung buntung. Darah langsung memancar keluar.
Tuk ! Tuk !
Sujito langsung menotok beberapa bagian dari luka buntung tersebut, hingga darah yang mengalir langsung berhenti.
“Kau mundurlah dulu Sujiwo, biar aku yang menghadapinya” ucap Sujito
Dengan menahan sakit, Sujiwo tampak mengangguk dan akhirnya mundur.
Sujito sendiri kini sudah berhadapan dengan Wika yang sedari tadi hanya memperhatikan saja, sambil sesekali mengawasi Adipati R
“Kita bunuh sekarang tuan adipati, sebelum terlambat !!!” ucap Sujito lagi. Adipati Rozali tampak mengangguk mantap.“Hhyyaattt !!!”“Heaatttt !!!!”Bersamaan Adipati Rozali dan Sujito menyerang kedepan, kearah Wika yang masih berkonsentrasi dengan ajian serat jiwanya.“Kkhhaaaa !!!”Saat serangan sudah semakin mendekat, tiba-tiba saja Wika berteriak keras dengan membentangkan kedua tangannya yang terangkum sinar hijau keemasan.Sinar hijau keemasan itu terlihat langsung menyambar sosok Adipati Rozali yang berada disebelah kanan dan sosok Sujito yang berada disebelah kiri. Sosok keduanya langsung terbelenggu kedalam sinar hijau keemasan tersebut.Akkhhh !!! Akkhhh !!!Hampir bersamaan, Adipati Rozali dan Sujito sama-sama berteriak keras. Entah apa yang mereka rasakan.Daasstt….. ! Daasstt….. !Sosok Adipati Rozali dan Sujito langsung menempel dikedua ta
BIDADARI PULAU ULAR, kini nama itu semakin santer terdengar, setelah tewasnya lurah bayan, kini hancurnya Adipati Kemangi juga sudah tersebar dari mulut ke mulut. Dari pembicaraan diwarung-warung, sampai diladang-ladang pertanian, semua membicarakan tentang Bidadari Pulau Ular.Berita ini sampai juga akhirnya ditelinga Adipati Wetan, Jumali. Adipati Jumali merasakan pembunuhan atas kedua sahabat dimasa lalunya itu pasti memiliki hubungan dengan sebuah dendam dimasa lalu. Karena memang dimasa mudanya, mereka lima sahabat sering berbuat onar dan bertindak tanpa pikir panjang. Adipati Jumali merasakan sebentar lagi akan tiba gilirannya didatangi oleh Bidadari Pulau Ular, karena itu Adipati Jumali menyewa banyak pendekar untuk melindunginya.Malam itu, Penjagaan di rumah kediaman Adipati Jumali terlihat dijaga dengan sangat ketat, belasan orang pendekar tampak ikut berlalu lalang menjaga tempat kediaman Adipati Jumali.Tongg !! Tongg !! Tongg !! Tongg !!Kehe
“Ya..ya..ya... aku sekarang ingat, lalu siapa kau dan ada hubungan apa kau dengan sinden cantik itu ?” tanya Adipati Jumali lagi.“Dia adalah ibuku” ucap Wika lagi.“Pantas saja wajahmu sangat mirip dengannya. Jadi itu alasanmu membunuh Rozali dan Sunyali” ucap Adipati Jumali lagi.“Benar dan sebentar lagi, nyawamu yang akan kuambil” ucap Wika lagi dengan mantapBukk !!Agghhh !!!Wika menjerit tertahan saat sebuah bogem mentah telah mendarat diperutnya, rupanya salah satu pengawal Adipati Jumali yang melakukannya.“Baik-baik kau bicara dengan tuan adipati” ucap pengawal itu dengan suara garang, Wika sendiri tampak menatap pengawal itu dengan kedua mata menjelit.“Sebentar lagi kau yang akan mati ditiang gantungan, karena pembunuhan-pembunuhan yang kau lakukan” ucap Adipati Jumali lagi tersenyum penuh kemenangan.“Hi hi hi...!!!” Wika jus
“Rupanya hamba benar-benar tidak bisa menipu gusti prabu” ucap Pudja tersenyum.“Kapan nona Pudja kembali ?” tanya Bintang lagi. Karena sebagaimana kita ketahui, kalau sebelumnya Pudja berada nagari pagaruyung.“Baru saja gusti, hamba membawa surat dari ayah dan ibu hamba untuk gusti prabu” ucap Pudja lagi hingga mengejutkan Bintang dan yang lain.“Bawalah kemari sendiri suratnya nona Pudja” ucap Bintang lagi.Kalau biasanya setiap surat atau benda yang ingin diberikan kepada Bintang sebagai gusti prabu, selalu melalui tangan kedua, artinya ada orang yang menerimanya, lalu kemudian diserahkan kepada Bintang. Tapi kali ini Bintang langsung meminta Pudja untuk membawanya langsung kepadanya.Dengan berjalan bersimpuh, Pudja mendekat kearah Bintang, lalu menyerahkan surat itu langsung ke tangan Bintang. Bintang membuka surat tersebut dan mulai membacanya. Wajah Bintang sedikit berubah, lalu kemudian kemba
“Mau kalian apakan wanita ini ?” tanya sibuta lagi tak kalah keras.“Dia akan kami hukum gantung”“Apa kesalahannya ?”“Dia telah membunuh adipati jumali” ucap lelaki penunggang kuda itu lagi hingga membuat wajah sibuta dibalik caping berubah.“Aku terpaksa kisanak” bisik Wika lagi ditelinga sibuta. Sibuta terlihat terdiam sebentar.“Sebaiknya cepat kau serahkan. Atau kaupun akan kami tangkap karena ikut membantunya” ucap sipenunggang kuda lagi.“Maaf tuan-tuan, tapi tidak sepantasnya kalian bertindak keji terhadap seorang wanita. Walaupun dia salah, tetap perlakukan dia dengan manusiawi” ucap sibuta lagi.“Sudah kakang, tangkap saja mereka berdua.. beres urusan” ucap penunggang kuda yang lain tak sabar.Penunggang kuda terdepan sepertinya merupakan pemimpin yang lain tampak menatap kearah kirinya untuk maju terlebih dahulu. Yang ber
“Sudah lebih baik kang” “Syukurlah kalau begitu. Ini ada sedikit makanan” ucap Pusara seraya menyerahkan sebuah bungkusan kepada Wika. Wika segera menerimanya, lalu membukanya, ternyata isinya adalah ubi yang direbus, Wika segera memakannya karena memang beberapa hari ini dia sangat kekurangan makan, karena berada dalam penyiksaan penjara Adipati Jumali. Suasana berubah sunyi, Wika sibuk menyantap makanan ditangannya, Pusara sibuk dengan api unggunnya. “Apa benar kau yang membunuh adipati jumali ?” tanya Pusara lagi akhirnya memecah kesunyian diantara mereka. “Benar” “Kenapa ?” “Karena dia jahat padaku” ucap Wika singkat Pusara terdiam mendengar hal itu. Karena memang Pusara tidak pandai bicara sama wanita. ”oh ya kang, kakang Pusara sendiri berasal darimana ?” tanya Wika tiba-tiba seakan ingin mengalihkan pembicaraan diantara mereka. “Aku berasal dari Puncak Lawu” jawab Pusara singkat. “Puncak lawu... d
“Pudja... ini Melati, penari jaipong istana yang pernah aku ceritakan padamu” ucap Bintang kepada Pudja memperkenalkan sosok Melati.“Aku memanggil kalian berdua kemari, karena ada sesuatu yang ingin kusampaikan sama kalian” ucap Bintang lagi hingga membuat Melati dan Pudja terlihat saling pandang kembali.“Aku berencana untuk menikahi kalian berdua dan menjadikan kalian selirku di istana ini. Bagaimana menurut kalian ?!!” ucap Bintang lagi hingga membuat Pudja dan Melati saling pandang dengan wajah berubah.“Melati tidak keberatan kang” ucap Melati tiba-tiba.“Pudja juga tidak keberatan gusti” sambung Pudja cepat.Bintang hanya tersenyum melihat keduanya.“Aku harap kalian berdua bisa rukun dan bersahabat, keberadaan kalian disisiku sama pentingnya. Aku sayang dan cinta pada kalian berdua” ucap Bintang lagi hingga membuat Melati dan Pudja tersenyum tersipu malu. Lalu ke
“Siapa yang ikut bersamamu itu Pusara ?” tanya Bintang. Rupanya sosok Wika cukup menarik perhatian bagi orang-orang yang ada diruangan itu, karena wajah yang Wika miliki selain cantik jelita juga manis, hingga siapa saja yang memandangnya takkan bosan.“Wika... gusti prabu menanyakan tentang dirimu” ucap Pusara menyadarkan Wika dari keadaannya.“Hamba Wika putri, sahabat perjalanan kakang Pusara menuju kemari” ucap Wika dengan cepat memperkenalkan dirinya.“Wika putri...” ulang beberapa orang diruangan itu lagi.“Bagaimana kabar guru Pusara ?” tanya Bintang lagi.“Guru baik-baik saja gusti. Guru menitipkan salam untuk gusti prabu” ucap Pusara lagi kepada Bintang.“Kuterima salam dari guru Pusara, sampaikan salamku juga untuk guru nanti bila bertemu lagi” ucap Bintang. Pusara tampak mengangguk.Lalu keduanya terlibat pembicaraan basa basi diantara merek