Beberapa hari berlalu. Hari itu, matahari sudah condong di ufuk barat, saat dua ekor kuda memasuki benteng tempat kediaman Leali Dolphin. Dua-duanya adalah wanita yang berparas cantik, jelita dan sensual. Mengenakan pakaian seksi yang sedikit terbuka dibagian dada yang memperlihatkan belahan dadanya yang membusung, persis pakaian ksatria keraton wanita tanah jawa dwipa seperti yang biasa dikenakan oleh Roro Putri Srikandi, hanya saja pakaian para hakim negeri atas angin ini lebih terkesan anggun dan penuh wibawa, karena pakaiannya terbuat dari serat baja berwarna keperakan, ditambah lagi mahkota dan kuping bersayap yang terbuat dari emas, juga gelang yang mengikat dikedua lengan serta sabuk yang juga terbuat dari emas, melilit pinggang-pinggangnya yang ramping, sungguh menggoda sekali pakaian kedua wanita penunggang kuda putih ini, ada ciri khas yang menjadi penghuni negeri atas angin ini, baik itu prajurit maupun rakyat biasa, semuanya tampak mengenakan mahkota dan telinga bersayap. T
Di dalam kamar terlihat sosok Bintang dan Leali Dolphin masih tertidur dengan saling memeluk diatas peraduan, Leali Dolphin benar-benar membuktikan ucapannya dengan menemani Bintang setiap hari dan setiap waktu, bagi Bintang sendiri, ditemani setiap hari dan setiap waktu oleh sosok cantik, jelita dan anggun menggoda Leali Dolphin benar-benar menggugah birahinya, untungnya Leali Dolphin mampu melayani nafsu beringas Bintang padanya. Hal ini tentu saja dikarenakan sudah sangat lama sekali Leali Dolphin tidak merasakan kehangatan dan kemesraan seorang laki-laki karena memang dilarang oleh maharatu negara atas angin. Makanya saat bertemu Bintang, orang yang sudah menggugah hati dan perasaannya, Leali Dolphin benar-benar menyerahkan cinta dan raga sepenuhnya kepada Bintang. Tak ingin rasanya bagi Leali Dolphin melewatkan kesempatan untuk selalu bersama Bintang. Apalagi keperkasaan dan kegagahan Bintang diatas ranjang, benar-benar membuat Leali Dolphin harus mengakuinya. Tok! Tok!
Dulunya negeri atas angin memang memiliki 4 Hakim besar, yang pertama adalah Siva sebagai Hakim Strategy, Siva bertanggung jawab untuk melatih prajurit dan menjadi panglima perang bila menghadapi peperangan, yang kedua adalah Hakim Keamanan namanya Lavenia, Hakim keamanan bertanggung jawab menjaga keamanan di negeri atas angin, dan yang ketiga adalah Leali Dolphin sebagai Hakim penghukum yang tugasnya menjadi pengadil bagi siapa saja yang bersalah di negeri atas angin. Dan yang terakhir adalah Thya Sethya, Hakim Keadilan. Undang undang maharatu negeri atas angin, Ratu Alena Pitaloka yang melarang hubungan dengan dunia luar ditentang oleh Thya Sethya karena Thya Sethya memiliki kekasih yang berasal dari dunia luar. Hubungan terlarang itu diketahui oleh Ratu Alena Pitaloka sehingga kekasih Thya Sethya akhirnya ditangkap dan dihukum mati, karena hal inilah Thya Sethya Hakim Keadilan berpindah haluan, bergabung menjadi panglima para pemberontak yang menentang undang-undang Ratu
Setelah dirasa cukup, Siva, Lavenia dan Leali Dolphinpun segera mohon diri. Diperjalanan keluar. “Jadi yang membuat cupangan dilehermu itu lelaki yang kau tangkap itu Leali ?” tanya Lavenia tiba-tiba. “Apakah dia gagah ?” tanya Lavenia lagi. Leali Dolphin hanya tampak diam saja seraya terus berjalan keluar. “Leali, apa perlu bantuan kami untuk mendapatkan informasi ?” tanya Siva lagi. Leali Dolphin terlihat hanya menggeleng. “Tidak, aku sendiri sanggup” ucap Leali Dolphin lagi. Leali Dolphin terlihat langsung kembali menuju tempat kediamannya meninggalkan Siva dan Lavenia yang hanya menatap kepergian Leali Dolphin dengan cepatnya. Begitu tiba ditempat kediamannya, Leali Dolphin dengan tergesa-gesa langsung menuju kekamarnya, dimana didalam kamar terlihat Bintang tengah berdiri ditepi jendela menatap keluar. Melihat kedatangan Leali Dolphin, Bintang tersenyum kearahnya. Leali Dolphin sendiri terlihat langsung mendekati Bintang ditepi jendela. Pandangan matanya menyiratkan kalau
Tiga hari berlangsung cepat, hari ini saatnya Bintang dibawa ke istana untuk bertemu langsung dengan ratu negeri atas angin, Ratu Alena Pitaloka. Hakim Siva dan Lavenia tampak datang sendiri untuk bersama-sama Leali Dolphin untuk membawa Bintang ke istana. Di dalam tempat kediamannya, terlihat sosok Leali Dolphin berdiri berhadapan dengan sosok Bintang yang sudah mengenakan pakaian lengkap, di kedua tangan Leali Dolphin terlihat Kalung Batu Langit terpegang, tapi kedua mata Leali Dolphin yang menatap kearah mata Bintang tampak mulai menjatuhkan butiran-butiran air mata. Leali Dolphin seakan tidak tega untuk memasangkan Kalung Batu Langit keleher Bintang. “Tabahkan hatimu Leali, yakinlah kakak bisa mengatasi semuanya” ucap Bintang lagi seraya meraih kedua tangan Leali Dolphin yang memegang Kalung Batu Langit, dengan kedua tangannya, Bintang membantu Leali Dolphin memasangkan Kalung Batu Langit kelehernya. Dan air mata dikedua mata Leali Dol
“Kukira ratu penguasa negeri atas angin sangatlah hebat dan berwawasan luas, tapi rupanya masih belum cukup luas untuk mengetahui kenapa Segel Kutukan Selaput Dara yang bisa mengenai seorang laki-laki” ucap Bintang lagi hingga membuat wajah Ratu Alena Pitaloka berubah. Ucapan yang begitu sangat meremehkannya, kalau saja Ratu Alena Pitaloka tidak penasaran dengan lawan bicaranya saat ini, mungkin sudah dibunuhnya dari tadi. “Lalu apa kau dapat mustika itu dari ayu pitaloka ?!!” tanya Ratu Alena Pitaloka lagi. “Tidak, dia telah menipuku” ucap Bintang berbohong. “Tentu saja dia berbohong... karena Mustika Anting Lanang itu ada di negeri atas angin” ucap Ratu Alena Pitaloka lagi. “Benarkah ?” pancing Bintang. “Benar..” “Mana, coba perlihatkan padaku !!” ucap Bintang lagi hingga membuat wajah Ratu Alena Pitaloka yang termakan jebakan Bintang karena Bintang tau dari Leali Dolphin kalau Mustika Anting Lanang telah h
“Benar nona Thya Sethya, ini suara hamba, lelaki yang ada dihadapan nona” ucap suara Bintang lagi terdengar ditelinganya. Padahal sosok Bintang masih terbujur tak sadarkan diri dihadapannya tapi kenapa dia dapat mendengar suara itu. “Silahkan nona duduk didekat hamba, tempat ini tidak aman untuk berbicara, dinding tempat ini semuanya memiliki telinga, jadi terpaksa hamba menggunakan cara ini untuk berkomunikasi dengan nona... nona kirimkan saja suara hati nona kepada hamba, hamba bisa mendengarnya” ucap Bintang lagi hingga mengejutkan Thya Sethya. Thya Sethya kini terlihat menatap sosok Bintang dengan seksama, dapat dilihatnya pula Kalung Batu Langit yang ada dileher pemuda tersebut. “Bagaimana mungkin dia bisa mengirimkan suara dengan kesaktiannya, padahal dilehernya terbelenggu Kalung Batu Langit” batin Thya Sethya lagi. “Nama hamba Bintang, dan untuk nona Thya Sethya ketahui kalau Kalung Batu Langit ini tidak ada artinya bagi ham
“Apa yang akan kau berikan padaku sebagai timbal baliknya ?” sambung Thya Sethya lagi kepada Bintang. “Seperti yang kukatakan tadi, aku akan membantu perjuangan kalian untuk mendapatkan keadilan” ucap Bintang lagi hingga membuat wajah Thya Sethya. “Aku juga tau kalau nona Thya adalah Hakim Keadilan dulunya” sambung Bintang lagi dengan tersenyum. Wajah Thya Sethya kembali berubah tapi kemudian tersenyum. “Sebaiknya kita cepat tinggalkan tempat ini, aku mendengar serombongan kuda sedang menuju kemari... sepertinya mereka adalah prajurit-prajurit negeri atas angin” ucap Bintang tiba-tiba hingga membuat wajah Thya Sethya berubah. Thya Sethya bukanlah gadis biasa, gelarnya sebagai Hakim Keadilan bukan sembarang gelar, ini tentunya karena kesaktian yang dimilikinya tidaklah rendah. Tapi Thya Sethya tak mendengar ada derap kaki kuda yang tengah menuju kearahnya. “Bagaimana tuan Bintang bisa mengetahuinya kalau itu adalah prajurit-prajurit negeri atas angin ?” tanya