“Benar Tuanku Maharaja. Kami semua mendukung rencana ini. Tuan putri memang sudah saat menikah, walaupun tidak ada yang pantas didunia ini mendampingi tuan putri, hanya ke-4 putra mahkota negeri jin di 4 penjuru angin yang cocok bersanding dengan sang putri”
Satu demi satu para panglima memaparkan persetujuannya atas rencana Maharaja Jin Thathamghi Yam Yal. Dimana Maharaja Jin Thathamghi Yam Yal berniat untuk mengundang 4 putra mahkota kerajaan jin dari 4 penjuru angin diseluruh muka bumi. Walaupun dengan kekuasaannya saat ini. Mudah saja bagi Maharaja Jin Thathamghi Yam Yal untuk menaklukkan mereka semua. Tapi Maharaja Jin Thathamghi Yam Yal lebih menginginkan kebahagiaan putrinya yang sudah waktunya untuk menikah. Maharaja Jin Thathamghi Yam Yal juga berencana untuk menjadi menantunya itu panglima dalam perang besar untuk menaklukkan tiga dunia dan kelak akan menjadi penguasa atas tiga dunia menggantikan dirinya.
Sejenak Maharaja Jin Thathamghi Yam Yal te
KEBAHAGIAAN meringkupi aula istana Maharaja Jin Thathamghi Yam Yal, terlihat bagaimana Maharaja Jin Thathamghi Yam Yal begitu sangat menyayangi putrinya, hingga keduanya terlibat pembicaraan tanpa menghiraukan orang-orang yang hadir ditempat itu.“Zhena, ayah memintamu untuk tinggal disini untuk beberapa hari” wajah jelita sang putri tampak berubah mendengar hal itu. Sang putri terkejut, bukan karena perkataan sang ayah yang secara tiba-tiba, melainkan karena sang putri teringat Bintang yang ada dikamarnya. Sang putri lebih memilih berada didekat Bintang, ketimbang berada ditempat lain.“Memangnya kenapa ayahanda raja? Apakah ayahanda raja akan mengadakan suatu acara?”“Kita akan kedatangan tamu-tamu agung putriku”“Siapa ayahanda raja?”“Putra-putra mahkota dari kerajaan jin dari 4 penjuru angin” kembali wajah jelita sang putri berubah mendengar hal itu. “Ayah ingin, kau berkenalan
“Hai! Budak. Kenapa kau berani duduk diatas peraduan tuan putri, kurang ajar sekali kau!” teriak Una Lyn seraya mengibaskan tangannya kedepan untuk memberikan pelajaran pada pemuda tersebut.Weesshhh...!Segelombang hawa dingin terhampar, dan langsung menyerang kearah Bintang. Kening Una Lyn berkerut. Sosok yang kini tengah diserangnya itu, tidak sedikitpun bergeming dari tempat semadinya. Masih tetap tenang, tenggelam dialam semadinya. Padahal gelombang dingin Es Beku Patinggimeru yang baru saja dikerahkannya bukan serangan main-main. Dulu, Jin Muka Seribu sampai tak berkutik dengan ilmu ini. Tapi kini justru sosok yang diserangnya masih terlihat santai.Penasaran.Weesshhh...!Kembali Una Lyn melepaskan serangannya, kali ini dengan serangan yang lebih dahsyat. Ilmu ‘Salju putih Patinggimeru’ dikerahkan. Keadaan disekitarnya tempat itu terlihat mulai membeku. Menjalar kedepan dengan cepat. Bahkan peraduan sang putr
Kini kembali Una Lyn menatap dalam-dalam kedalam bola mata kedua pemuda itu, Una Lyn berusaha untuk mengenali sosok yang berada dibalik topeng itu.“S-siapa, kau?!” tanya Una Lyn dengan suara bergetar.Sang pemuda yang memang tak lain adalah Bintang itu tampak tersenyum bibirnya, karena memang hanya itu yang bisa Una Lyn lihat, lalu satu tangannya yang tadinya mencengkram erat kedua tangan Una Lyn diatas kepalanya ditarik kearah wajahnya. Una Lyn merasakan hatinya berdebar tak karuan, saat melihat pemuda itu akan melepaskan topengnya, dan ;“B-b-bintang” ucap Una Lyn saat melihat raut wajah yang kini sudah terpampang didepan wajahnya setelah topeng itu terbuka. Bintang sendiri melempar topeng ditangannya entah kemana. Tangan satunya yang tadi masih mengunci pergerakan kedua tangan Una Lyn diatas kepalanya, dilepas. Kedua kakinya yang membeli kedua betis Una Lyn juga dilepas. Tapi Una Lyn masih terpaku, terperangah memandang kearah Bintang
Sang putri sebenarnya masih penasaran dengan tanda bekas merah yang sempat terlihat olehnya dileher Una Lyn, tapi mendengar Una Lyn mendapatkan tugas dari ayahanda raja. Makanya Putri Zhena mengizinkan Una Lyn meninggalkan kamarnya. Tapi Putri Zhena kembali meminta Una Lyn untuk mengusahakan membawa Bintang keesokan malamnya, dan Una Lyn terlihat mengangguk menyetujuinya.Di hari-hari berikutnya, tak biasanya Putri Zhena tidak bertemu dengan Una Lyn, padahal biasanya. Bila sedang berkunjung ke istana maharaja. Putri Zhena selalu bersama-sama Una Lyn, karena memang hanya Una Lyn temannya di istana maharaja. Tapi kini Putri Zhena tak bisa menemukan dimana Una Lyn berada. Putri Zhena hanya bertemu dengan Una Lyn bila malam tiba. Itupun Una Lyn hanya datang menemuinya untuk melaporkan kegagalannya membawa Bintang ke istana. Walaupun sebenarnya yang terjadi tidaklah demikian. Una Lyn justru memanfaatkan dengan setiap harinya. Dari pagi hingga malam untuk datang menemui Bintang dan
“Maksudku, kenapa kau mengatakan kami menghianatimu, Apakah kita memiliki hubungan selain batas pertemanan” kata Bintang dengan heran.“Kau...!” sang putri menjadi gugup dan tak tau lagi harus berkata apa, karena memang diantara dirinya dan Bintang tidak memiliki hubungan apa-apa. Melihat sang putri terdiam, Bintang melanjutkan ucapannya. “Aku dan Lyn sudah menjalin hubungan, bahkan jauh sebelum aku terdampar disini” sambung Bintang lagi.Una Lyn yang masih tertunduk tampak tersenyum, hatinya bahagia mendengar ucapan Bintang, rasa sakit yang mendera dirinya, seakan hilang begitu saja. Berbeda dengan keadaan sang putri. Matanya yang biru terlihat membelalak tajam menatap kearah Bintang dan Una Lyn secara bergantian. Sungguh tak disangkanya, kalau Bintang dan Una Lyn memang memiliki hubungan sebelumnya. Hal ini membuat sang putri terdiam seribu bahasa.Bintang sendiri tampak memegang lembut pundak Una Lyn. Una Lyn mengangkat waj
HARI ITU, Kotaraja yang berada di negeri atas langit tampak meriah. Diseluruh penjuru kotaraja terlihat hiasan-hiasan menggantung berwarna warni, kristal warna warnipun tampak menghiasi diberbagai sudut jalan kotaraja. Melihat meriah semarak keindahan yang ada. Sepertinya hari ini kotaraja akan kedatangan tamu istimewa. Barisan prajurit tampak berdiri berjejer dari gerbang perbatasan kotaraja hingga ke pintu gerbang istana.Di balik pintu gerbang istana yang ukurannya sangatlah besar itu, tampak halaman istana kerajaan Maharaja Jin Thathamghi Yam Yal yang luasnya bisa menampung jutaan orang. Terlihat barisan para prajurit jin yang juga berdiri berjejer. Sementara itu Maharaja Jin Thathamghi Yam Yal dan para pengikut setianya tampak tengah menunggu di depan istana. Maharaja Jin Thathamghi Yam Yal sendiri tampak duduk di singgasana emas kristal, sedangkan para pengikut tampak berdiri rapi disebelah kiri dan kanannya.Sejak tadi, terlihat Maharaja Jin Thathamghi Yam Yal s
“Terima kasih atas pujian Tuanku Maharaja. Burkhan, cepat berterima kasihlah kepada Tuanku Maharaja atas pujiannya.”Pangeran Burkhan dengan cepat kembali menjura hormat dengan mengatupkan kedua tangannya diatas kepala. “Terima kasih atas pujiannya Tuanku Maharaja” katanya lagi. Maharaja Jin Thathamghi Yam Yal hanya tampak mengangguk-angguk tersenyum melihatnya.“Oh ya, kami juga membawakan beberapa peti cendramata untuk Tuanku Maharaja” kata Raja Thamrith memerintahkan beberapa orang prajurit jinnya untuk membawakan peti-peti yang dibawa dari kerajaannya, dan astaga. Peti-peti yang dimaksud oleh Raja Thamrith, ternyata adalah peti-peti kemas yang berukuran besar. Dengan satu perintahnya, peti-peti kemas itupuna dibukan.Plashh...!Dari dalam peti kemas memancar kilauan-kilauan sinar yang menyilaukan pandangan, setelah kilauan-kilauan itu hilang, ternyata didalam peti-peti kemas itu dipenuhi dengan limpahan harta, baik
Di atas perahu yang berada paling depan, terlihat berdiri dua sosok gagah. Seorang diantaranya adalah seorang pria berumur mapan. Wajahnya terlihat bersih oleh jambang, berbeda dengan Raja Thamrith dan Raja Munaliq. Hanya saja kumisnya yang besar melintang diatas mulutnya. Begitu panjang hingga disetiap sisi kanan dan kiri kumis itu tampak bergulung-gulung seperti tali tambang. Dialah Raja Hadlabajin, penguasa kerajaan jin dari selatan. Di sebelah Raja Hadlabajin, berdiri pula sesosok pemuda berwajah tampan, hanya saja ketampanannya sedikit tercemari oleh kumisnya yang melintang panjang diwajahnya, sama seperti ayahnya, Raja Hadlabajin. Dialah pangeran Ahmar.Rombongan inipun dengan segera dari atas perahu-perahu mereka. Beberapa tombak dihadapan Maharaja Jin Thathamghi Yam Yal, Raja Hadlabajin dan rombongannya menghentikan langkah. Di dahului oleh Raja Hadlabajin dan diikuti yang lain, mereka langsung bersujud di hadapan Maharaja Jin Thathamghi Yam Yal.“Terimal