Sang putri sebenarnya masih penasaran dengan tanda bekas merah yang sempat terlihat olehnya dileher Una Lyn, tapi mendengar Una Lyn mendapatkan tugas dari ayahanda raja. Makanya Putri Zhena mengizinkan Una Lyn meninggalkan kamarnya. Tapi Putri Zhena kembali meminta Una Lyn untuk mengusahakan membawa Bintang keesokan malamnya, dan Una Lyn terlihat mengangguk menyetujuinya.
Di hari-hari berikutnya, tak biasanya Putri Zhena tidak bertemu dengan Una Lyn, padahal biasanya. Bila sedang berkunjung ke istana maharaja. Putri Zhena selalu bersama-sama Una Lyn, karena memang hanya Una Lyn temannya di istana maharaja. Tapi kini Putri Zhena tak bisa menemukan dimana Una Lyn berada. Putri Zhena hanya bertemu dengan Una Lyn bila malam tiba. Itupun Una Lyn hanya datang menemuinya untuk melaporkan kegagalannya membawa Bintang ke istana. Walaupun sebenarnya yang terjadi tidaklah demikian. Una Lyn justru memanfaatkan dengan setiap harinya. Dari pagi hingga malam untuk datang menemui Bintang dan
“Maksudku, kenapa kau mengatakan kami menghianatimu, Apakah kita memiliki hubungan selain batas pertemanan” kata Bintang dengan heran.“Kau...!” sang putri menjadi gugup dan tak tau lagi harus berkata apa, karena memang diantara dirinya dan Bintang tidak memiliki hubungan apa-apa. Melihat sang putri terdiam, Bintang melanjutkan ucapannya. “Aku dan Lyn sudah menjalin hubungan, bahkan jauh sebelum aku terdampar disini” sambung Bintang lagi.Una Lyn yang masih tertunduk tampak tersenyum, hatinya bahagia mendengar ucapan Bintang, rasa sakit yang mendera dirinya, seakan hilang begitu saja. Berbeda dengan keadaan sang putri. Matanya yang biru terlihat membelalak tajam menatap kearah Bintang dan Una Lyn secara bergantian. Sungguh tak disangkanya, kalau Bintang dan Una Lyn memang memiliki hubungan sebelumnya. Hal ini membuat sang putri terdiam seribu bahasa.Bintang sendiri tampak memegang lembut pundak Una Lyn. Una Lyn mengangkat waj
HARI ITU, Kotaraja yang berada di negeri atas langit tampak meriah. Diseluruh penjuru kotaraja terlihat hiasan-hiasan menggantung berwarna warni, kristal warna warnipun tampak menghiasi diberbagai sudut jalan kotaraja. Melihat meriah semarak keindahan yang ada. Sepertinya hari ini kotaraja akan kedatangan tamu istimewa. Barisan prajurit tampak berdiri berjejer dari gerbang perbatasan kotaraja hingga ke pintu gerbang istana.Di balik pintu gerbang istana yang ukurannya sangatlah besar itu, tampak halaman istana kerajaan Maharaja Jin Thathamghi Yam Yal yang luasnya bisa menampung jutaan orang. Terlihat barisan para prajurit jin yang juga berdiri berjejer. Sementara itu Maharaja Jin Thathamghi Yam Yal dan para pengikut setianya tampak tengah menunggu di depan istana. Maharaja Jin Thathamghi Yam Yal sendiri tampak duduk di singgasana emas kristal, sedangkan para pengikut tampak berdiri rapi disebelah kiri dan kanannya.Sejak tadi, terlihat Maharaja Jin Thathamghi Yam Yal s
“Terima kasih atas pujian Tuanku Maharaja. Burkhan, cepat berterima kasihlah kepada Tuanku Maharaja atas pujiannya.”Pangeran Burkhan dengan cepat kembali menjura hormat dengan mengatupkan kedua tangannya diatas kepala. “Terima kasih atas pujiannya Tuanku Maharaja” katanya lagi. Maharaja Jin Thathamghi Yam Yal hanya tampak mengangguk-angguk tersenyum melihatnya.“Oh ya, kami juga membawakan beberapa peti cendramata untuk Tuanku Maharaja” kata Raja Thamrith memerintahkan beberapa orang prajurit jinnya untuk membawakan peti-peti yang dibawa dari kerajaannya, dan astaga. Peti-peti yang dimaksud oleh Raja Thamrith, ternyata adalah peti-peti kemas yang berukuran besar. Dengan satu perintahnya, peti-peti kemas itupuna dibukan.Plashh...!Dari dalam peti kemas memancar kilauan-kilauan sinar yang menyilaukan pandangan, setelah kilauan-kilauan itu hilang, ternyata didalam peti-peti kemas itu dipenuhi dengan limpahan harta, baik
Di atas perahu yang berada paling depan, terlihat berdiri dua sosok gagah. Seorang diantaranya adalah seorang pria berumur mapan. Wajahnya terlihat bersih oleh jambang, berbeda dengan Raja Thamrith dan Raja Munaliq. Hanya saja kumisnya yang besar melintang diatas mulutnya. Begitu panjang hingga disetiap sisi kanan dan kiri kumis itu tampak bergulung-gulung seperti tali tambang. Dialah Raja Hadlabajin, penguasa kerajaan jin dari selatan. Di sebelah Raja Hadlabajin, berdiri pula sesosok pemuda berwajah tampan, hanya saja ketampanannya sedikit tercemari oleh kumisnya yang melintang panjang diwajahnya, sama seperti ayahnya, Raja Hadlabajin. Dialah pangeran Ahmar.Rombongan inipun dengan segera dari atas perahu-perahu mereka. Beberapa tombak dihadapan Maharaja Jin Thathamghi Yam Yal, Raja Hadlabajin dan rombongannya menghentikan langkah. Di dahului oleh Raja Hadlabajin dan diikuti yang lain, mereka langsung bersujud di hadapan Maharaja Jin Thathamghi Yam Yal.“Terimal
“Selamat datang Hai para raja jin dari 4 penjuru angin” Maharaja Jin Thathamghi Yam Yal memberikan kata sambutannya. Semua hening, semua menunggu kelanjutan ucapan Maharaja Jin Thathamghi Yam Yal.“Ifrit...”Maharaja Jin Thathamghi Yam Yal menyebutkan satu nama. Jin bertubuh bongkok yang ternyata bernama Ifrit itu dengan cepat mendekat. Ifrit adalah seorang jin yang sudah berumur jutaan tahun dan merupakan panasehat sekaligus perdana menteri Maharaja Jin Thathamghi Yam Yal. Dialah yang memimpin dan mengatur semuanya, selama Maharaja Jin Thathamghi Yam Yal berada dalam semadinya.“Hamba, Tuanku Maharaja”“Bawa semua tamu ke kamarnya masing-masing, biarkan mereka beristirahat hari ini”Kata-kata Maharaja Jin Thathamghi Yam Yal ini membuat wajah-wajah yang ada ditempat itu berubah. Bukan hanya ke-4 raja jin empat penjuru angin yang terkejut, bahkan jin Ifritpun ikut terkejut, kenapa tiba-tiba Maharaja Ji
Saat ini, Bintang masih terpengarah menatap sosok Putri Zhena yang ada dihadapannya. Bagaimana tidak, dengan sekujur tubuh yang basah kuyup. Kemolekan dan keindahan tubuh Putri Zhena terpampang jelas dipandangan Bintang dan ini membuat Bintang harus meneguk ludahnya berkali-kali. Putri Zhena memang gadis yang cantik dan bertubuh sangat sempurna untuk ukuran seorang gadis, tubuhnya ibarat bak gitar spanyol dengan lekukan yang sempurna. Belum lagi dua bukit kembarnya yang juga terlihat sangat indah di cetakan pakaiannya yang basah.Putri Zhena bukannya tidak menyadari Bintang yang saat ini tengah memandangnya dengan tatapan takjub. Seakan tak perduli dengan hal itu. Putri Zhena segera mengeluarkan pakaian yang dibawanya. Pakaian Bintangpun ada didalam buntalan yang dibawanya.“Ini. Pakai pakaianmu, Bintang” ucap Putri Zhena menyerahkan pakaian yang biasanya Bintang kenakan. Masih dengan menatap takjub kearah sosok Putri Zhena, Bintang menerima pakaiannya. Put
Inilah yang membuat hati Zhena terpaut kepada Bintang, bersama Bintang dia bisa tertawa lepas. Sesuatu yang sangat jarang bisa dilakukannya, karena selama ini. Zhena tak pernah memiliki teman, hal ini tentu saja dikarenakan kedudukannya sebagai putri Maharaja Jin Thathamghi Yam Yal. Tapi Bintang sangat berbeda dengan yang lain. Sejak awal pertemuan mereka, Bintang selalu memperlakukannya seperti seorang teman, bahkan saat Bintang mengetahui kalau dirinya adalah seorang putri, sikapnya tak berubah. Dan ini yang Zhena kagumi dari Bintang. Rasa kagum yang kemudian tumbuh menjadi rasa suka. Rasa suka yang perlahan-lahan mulai menumbuhkan benih-benih asmara dihatinya.“Oh ya, Zhena. Kau belum mengatakan alasan. Kenapa kau kabur dari negeri atas langit?” tanya Bintang saat teringat akan hal itu. Zhena terlihat menarik nafas panjang seakan berat untuk mengatakan hal itu padanya. Tapi akhirnya dia berucap juga ;“Ayahanda raja ingin menikahkanku”
“K-kenapa kau melakukan hal itu Bintang? Kenapa kau tega menyakiti hati mereka”“Justru karena aku tak ingin menyakiti mereka, makanya aku menerima mereka. Bila aku menolaknya. Aku akan menghancurkan hati dan perasaan mereka”“Tapi dengan membagi cintamu, itu sama saja kau telah menyakiti dan perasaan mereka yang mencintaimu” protes Zhena.“Mau bagaimana lagi, aku tak bisa memilih satu diantara mereka” kata Bintang mengangkat kedua bahunya. Zhena terdiam mendengar hal itu.“Jadi, kau akan menjadikan aku yang kelima?” tanya Zhena dengan tatapan tajam kearah Bintang.“Aku tak akan memaksamu, Zhena. Semua terserah padamu, jika kau bisa menerimanya. Maka, aku akan menikahimu” ucapan Bintang langsung membuat kedua mata indah Zhena membesar, Zhena merasa seperti baru saja tersambar petir tepat didepan wajahnya. Mulutnya ternganga bengong.“Ka-u, akan menikahiku?” k