Bintang yang merasa Putri Zhena tak bergerak dan terkesan membiarkan bibirnya yang menempel dibibirnya, segera saja Bintang lumat perlahan bibir bawahnya. Kali ini Putri Zhena tersadar merasakan lumatan lembut dibibirnya, maka dengan sekuat tenaga. Putri Zhena mendorong tubuh Bintang yang ada diatasnya dengan keras.
Begitu kerasnya, sampai-sampai tubuh Bintang terlempar jatuh kedalam jurang air terjun. Tapi tidak sampai jauh, tubuh Bintang tertahan karena ternyata belenggu kristal yang ada dikedua tangannya, tampak memanjang dan membentuk semacam tali kristal yang ujungnya bermuara ditangan Putri Zhena. Dengan sekali sentak, kembali tubuh Bintang tertarik keatas, dan kini sudah berdiri dihadapannya.
Plakkk!
Kembali wajah Bintang kena tamparan keras oleh Putri Zhena. “Kau sengaja ya, mencari-cari kesempatan dalam kesempitan” bentak Putri Zhena.
“Sengaja bagaimana, kedua kakiku di belenggu begini, kau tarik, ya terjatuhlah aku” ucap
MALAM DATANG. Kegelapannya meringkupi langit kotaraja yang berada di negeri atas langit. Sementara itu ditempat kediaman Putri Zhena, tepatnya dikamarnya. Terlihat sosok Bintang masih terdiam membatu, tenggelam di alam semadinya didalam kerangkeng kristal. Berada tak jauh darinya, di atas sebuah peraduan indah yang juga terbuat dari kristal, tampak sosok jelita Putri Zhena tengah terbaring. Tubuh indahnya menghampar diatas pembaringan, tapi kedua mata sang putri masih terbuka, tatapannya tertuju lurus ke jurusan sang pemuda. Di satu sisi, sang putri ingin sekali menundukkan kekerasan hati sang pemuda, tapi disisi lain sang putri juga kasihan melihat keadaan sang pemuda. Sang putri kagum akan keteguhan hati sang pemuda.“Sebentar lagi racun seribu pisau semut api akan bereaksi, ingin kulihat sejauh apa dia bertahan..” batin sang putri. Walau dihatinya terbersit rasa cemas.Malam semakin larut.“Argh!” terdengar suara Bintang memec
Tidak ada rasa sungkan dan malu lagi di hati sang putri, bahkan tak jarang Putri Zhena memperlihatkan kecantikan dan keindahan tubuhnya dihadapan Bintang dengan pakaian-pakaian seksinya. Putri Zhena senang bila Bintang memuji kecantikan dan keseksiannya. Putri Zhena memang termasuk wanita yang sangat membanggakan kecantikan dan keindahan tubuhnya. Hanya saja selama ini pujian yang didapatnya selalu terasa hambar, tak ada yang tulus mengatakannya kecuali dengan pandangan penuh nafsu, berbeda dengan Bintang. Bintang selalu bersikap menghormatinya tanpa berani bersikap kurang ajar kepadanya. Padahal seringkali, sang putri memancing-mancing gairah Bintang. Tapi Bintang menanggapinya dengan senyum. Seperti halnya hari ini, sang putri meminta Bintang untuk memijat dirinya.Sang putri tampak masuk ke kamar mandinya yang sangat mewah, di depan sebuah kaca besar, sosoknya berhenti.“Hari ini aku akan menggodanya kembali, masak-kan dia tak tertarik sediktipun padaku”
Dengan wajah cemberut, sang putri akhirnya turun dari peraduannya dan hanya dengan mengenakan handuk ditubuhnya, sang putri melangkah ke pintu. Di peraduan, Bintang hanya geleng-geleng kepala melihat kemontokan dan kesintalan tubuh sang putri dari belakang. Hampir saja Bintang tak kuat menahan hasratnya tadi.“Berani sekali kalian menganggu kesenanganku, mau mati kalian!” terdengar bentakan keras sang putri didepan pintu. Dihadapannya, terlihat seorang pelayan wanita yang tengah bersujud dihadapannya.“A-ampun putri, tapi ada utusan tuanku maharaja yang datang ingin bertemu dengan putri”“Siapa? Usir saja dia!”“Tuanku Surya, putri” ucap si pelayan, sang putri terdiam sejenak, lalu ;“Suruh saja dia pergi, aku tak ingin menemuinya”“Tapi ini katanya penting putri, hamba tak berani membantahnya” kata si pelayan lagi. Sang putri kembali terdiam, hingga ; “Baiklah, su
SEBUAH Istana terlihat begitu sangat megah, terbuat dari kristal-kristal putih yang sangat indah, istana indah tersebut tampak seperti berdiri diatas gumpalan-gumpalan awan yang putih dan lembut. Bentuknya tinggi menjulang hingga seakan menembus langit. Di sepanjang mata memandang, disetiap bagian istana, terlihat tengah dijaga ketat oleh barisan prajurit yang bila kita lihat lebih teliti. Para prajurit ini bukanlah berasal dari bangsa manusia, karena memang. Mereka adalah bangsa jin. Istana megah dan indah itu sendiri adalah milik Maharaja Jin Thathamghi Yam Yal. Kita melongok kedalam, ternyata istana maharaja jin sangatlah benar-benar indah, batu permata dengan berbagai macam warna terlihat menghiasi dinding-dinding dan pilar-pilar batu yang ada didalam istana, bahkan gapura-gapura besi yang ada didalamnya juga terlihat dari emas murni. Sungguh sangat indah mamukau sekali.Kita masuk semakin kedalam istana itu, terlihat sebuah ruangan yang sudah dipenuhi oleh berbagai mahlu
“Benar Tuanku Maharaja. Kami semua mendukung rencana ini. Tuan putri memang sudah saat menikah, walaupun tidak ada yang pantas didunia ini mendampingi tuan putri, hanya ke-4 putra mahkota negeri jin di 4 penjuru angin yang cocok bersanding dengan sang putri”Satu demi satu para panglima memaparkan persetujuannya atas rencana Maharaja Jin Thathamghi Yam Yal. Dimana Maharaja Jin Thathamghi Yam Yal berniat untuk mengundang 4 putra mahkota kerajaan jin dari 4 penjuru angin diseluruh muka bumi. Walaupun dengan kekuasaannya saat ini. Mudah saja bagi Maharaja Jin Thathamghi Yam Yal untuk menaklukkan mereka semua. Tapi Maharaja Jin Thathamghi Yam Yal lebih menginginkan kebahagiaan putrinya yang sudah waktunya untuk menikah. Maharaja Jin Thathamghi Yam Yal juga berencana untuk menjadi menantunya itu panglima dalam perang besar untuk menaklukkan tiga dunia dan kelak akan menjadi penguasa atas tiga dunia menggantikan dirinya.Sejenak Maharaja Jin Thathamghi Yam Yal te
KEBAHAGIAAN meringkupi aula istana Maharaja Jin Thathamghi Yam Yal, terlihat bagaimana Maharaja Jin Thathamghi Yam Yal begitu sangat menyayangi putrinya, hingga keduanya terlibat pembicaraan tanpa menghiraukan orang-orang yang hadir ditempat itu.“Zhena, ayah memintamu untuk tinggal disini untuk beberapa hari” wajah jelita sang putri tampak berubah mendengar hal itu. Sang putri terkejut, bukan karena perkataan sang ayah yang secara tiba-tiba, melainkan karena sang putri teringat Bintang yang ada dikamarnya. Sang putri lebih memilih berada didekat Bintang, ketimbang berada ditempat lain.“Memangnya kenapa ayahanda raja? Apakah ayahanda raja akan mengadakan suatu acara?”“Kita akan kedatangan tamu-tamu agung putriku”“Siapa ayahanda raja?”“Putra-putra mahkota dari kerajaan jin dari 4 penjuru angin” kembali wajah jelita sang putri berubah mendengar hal itu. “Ayah ingin, kau berkenalan
“Hai! Budak. Kenapa kau berani duduk diatas peraduan tuan putri, kurang ajar sekali kau!” teriak Una Lyn seraya mengibaskan tangannya kedepan untuk memberikan pelajaran pada pemuda tersebut.Weesshhh...!Segelombang hawa dingin terhampar, dan langsung menyerang kearah Bintang. Kening Una Lyn berkerut. Sosok yang kini tengah diserangnya itu, tidak sedikitpun bergeming dari tempat semadinya. Masih tetap tenang, tenggelam dialam semadinya. Padahal gelombang dingin Es Beku Patinggimeru yang baru saja dikerahkannya bukan serangan main-main. Dulu, Jin Muka Seribu sampai tak berkutik dengan ilmu ini. Tapi kini justru sosok yang diserangnya masih terlihat santai.Penasaran.Weesshhh...!Kembali Una Lyn melepaskan serangannya, kali ini dengan serangan yang lebih dahsyat. Ilmu ‘Salju putih Patinggimeru’ dikerahkan. Keadaan disekitarnya tempat itu terlihat mulai membeku. Menjalar kedepan dengan cepat. Bahkan peraduan sang putr
Kini kembali Una Lyn menatap dalam-dalam kedalam bola mata kedua pemuda itu, Una Lyn berusaha untuk mengenali sosok yang berada dibalik topeng itu.“S-siapa, kau?!” tanya Una Lyn dengan suara bergetar.Sang pemuda yang memang tak lain adalah Bintang itu tampak tersenyum bibirnya, karena memang hanya itu yang bisa Una Lyn lihat, lalu satu tangannya yang tadinya mencengkram erat kedua tangan Una Lyn diatas kepalanya ditarik kearah wajahnya. Una Lyn merasakan hatinya berdebar tak karuan, saat melihat pemuda itu akan melepaskan topengnya, dan ;“B-b-bintang” ucap Una Lyn saat melihat raut wajah yang kini sudah terpampang didepan wajahnya setelah topeng itu terbuka. Bintang sendiri melempar topeng ditangannya entah kemana. Tangan satunya yang tadi masih mengunci pergerakan kedua tangan Una Lyn diatas kepalanya, dilepas. Kedua kakinya yang membeli kedua betis Una Lyn juga dilepas. Tapi Una Lyn masih terpaku, terperangah memandang kearah Bintang