LANGlT malam bertambah gelap ketika bulan sabit tertutup lenyap dibalik awan hitam. Di kejauhan terdengar suara auman binatang buas dari arah rimba belantara Alas Diam Salawasan (Hutan Tinggal Abadi). Suara tiupan angin berdesir dingin. Tiba-tiba ada suara sayap menggelepar di udara. Lalu tampak dua titik merah bercahaya melayang dari jurusan Gunung Patinggimeru.
Dua titik merah ini ternyata adalah sepasang mata seekor kelelawar besar yang terbang menuju puncak sebuah bukit batu berbentuk kerucut tumpul. Di atas bukit batu ini tampak mendekam duduk satu sosok tubuh kurus kering memiliki wajah seperti seekor burung gagak hitam. Mulut dan hidungnya jadi satu membentuk paruh. Sepasang matanya kecil tanpa alis. Tubuhnya mengenakan sehelai pakaian dari jerami kering warna hitam.
Dari sikapnya duduk makhluk ini seperti tengah bersemadi. Tapi anehnya sementara dua tangannya diletakkan di atas batu, dua kakinya dinaikkan ke atas disilangkan di atas bahu kiri kanan. Or
SI NENEK bermuka burung gagak hitam bersujud di batu. Begitu bangkit dia langsung berkata."Hai Junjungan, itulah kisah bagaimana aku telah mencelakai Maithatarun. Aku berhasil melakukannya sesuai dengan permintaan Zalanbur, musuh besar Maithatarun. Junjungan, bukankah aku juga telah memberi tahu padamu sebelum aku menyantet Maithatarun melalui roh istrinya hingga dua kakinya tenggelam dalam dua buah batu. Namun seperti kataku tadi, secara tidak terduga muncul satu makhluk dari negeri manusia. Walau sosoknya hanya sejari kelingking tapi dia mampu menolong Maithatarun. "Makhluk yang dipanggil dengan sebutan Junjungan menyeringai buruk lalu rangkapkan dua tangan jerangkongnya."Jin Santet Laknat aku tahu sebetulnya kau lebih banyak dipengaruhi oleh Zalanbur hingga menempuh cara keliru dalam menyantet Maithatarun. Sebenarnya kau bisa membunuh orang itu dengan ilmu Lintah Penyedot Jantung! Dalam waktu sepenanakan nasi saja Maithatarun pasti sudah menemui ajal! Meng
"Aku mengerti apa yang kau katakan itu Junjungan. Tapi yang belum jelas, apa yang harus aku lakukan terhadap pemuda bernama Bintang itu?" tanya Jin Santet Laknat pula."Kau harus menjebaknya agar dia tidak bisa kembali pulang ke negerinya! Aku tahu kau punya otak cerdik dan akal panjang! Kau harus menjebak pemuda Itu masuk ke dalam Rimba Alas Diam Salawasan. Buat dia tak bisa keluar lagi. Buat dia mendekam seumur hidupnya dalam rimba belantara itu. Dengan demikian segala apa yang kau lakukan tidak akan mendapat gangguan"Jin Santet Laknat mengangguk-angguk. "Kalau begitu petunjukmu akan aku lakukan ""Tapi! Seperti ucapanku tadi!" berkata sang Junjungan."Jika kau menghadapi perlawanan dan kau tidak sanggup melawannya, kau harus menjalankan rencana kedua. Kau harus merangkul musuh berbahaya itu! Kau harus memperlakukannya sebagai suami! Kau harus mengawininya!"Sosok si nenek Jin Santet Laknat tersentak saking kagetnya mendengar u
"Kalau Jin Muka Seribu bisa dipercaya seperti itu berarti memang benar kabar yang aku dengar bahwa Jin Sejuta Tanya Sejuta Jawab adalah makhluk paling tinggi kepandaiannya di Negeri Jin. Hai, kau harus memutar otak, mempergunakan kelicikan untuk menyingkirkan Jin Sejuta Tanya Sejuta Jawab. Tapi buat dulu dia menderita tersiksa batin sebelum kau habisi ""Caranya bagaimana Hai Junjungan?" tanya Jin Santet Laknat."Kudengar dia punya dua orang cucu yang cantik-cantik. Bernama Ruhkemboja dan Ruhkenanga. Mungkin kau bisa melakukan sesuatu atas diri mereka. Biar Jin Sejuta Tanya Jin Sejuta Jawab tahu rasa! Sekarang apa kau tahu dimana beradanya Sendok Pemasung Nasib itu?""Aku memang tengah menyelidik dan menyirap kabar. Aku akan berusaha mendapatkannya. ""Sendok emas sakti itu harus kau dapatkan. Tapi yang penting bagimu saat ini adalah mencari pemuda asing bernama Bintang itu!""Aku akan segera melakukannya Hai Junjungan," kata Jin Santet Lakna
"Jin Kaki Batu jahanam!" merutuk orang yang barusan melompat dari punggung walet hitam dan berhasil selamatkan diri dari serangan larikan sinar hitam. Rahangnya menggembung. "llmu Kutuk Api dari Langit yang dimilikinya benar-benar berbahaya!”“Dia harus bayar mahal apa yang telah dilakukannya! Dia telah melukai walet tungganganku!" Orang yang tegak di hadapan Maithatarun itu bertubuh tinggi besar tapi tidak sekekar Maithatarun.Berdirinya agak terbungkuk seolah ada sesuatu yang berat di bawah perutnya. Gerakannya walau kelihatan hebat, tapi mata orang pandai akan melihat bahwa sebenarnya dia bergerak lamban. Rambutnya panjang acak-acakan. Pipi kirinya ada cacat besar bekas luka. Tangan kirinya sebatas siku ke bawah disambung dengan sejenis logam biru yang dipenuhi tonjolan tonjolan runcing. Yang hebat dan juga aneh ialah keadaan bagian tubuhnya di sebelah dada sampai ke perut. Seolah ada api di sebelah dalam, bagian tubuhnya itu meancarkan cahaya kemerah-me
"Celaka! Aku tak bisa membebaskan diriku! Aku akan terpanggang hancur dalam jaring api ini!" Di hadapan Maithatarun. Jin Bara Neraka berkacak pinggang dan tertawa bergelak. Sekali dia meniup maka api biru yang membersit dari tonjolan tonjolan runcing di tangan kirinya pun padam. Tapi jaring api biru masih tetap membungkus sosok Maithatarun dan semakin panas hingga Maithatarun merasa tubuhnya seolah mulai meleleh!"Bara Neraka keparat! Apa hubunganmu dengan Jin Santet Laknat?!" Berteriak Laksipo."Ha ha ha...! Jadi kau rupanya mengenali ilmu kesaktian yang kini menjaring sekujur tubuhmu! Ha ... ha ... ha! Dengar baik- baik Hai makhluk malang! Aku adalah murid si nenek sakti berjuluk Jin Santet Laknat yang kau tanyakan itu! Ha ... ha ... ha!"Dalam sakitnya Maithatarun terkejut bukan main. Lebih-lebih ketika mendengar Jin Bara Neraka meneruskan ucapannya."Dendam kesumatku terhadapmu hari ini terbalas sudah! Sekaligus aku berhasil pula melaksanakan tugas da
Perempuan ini cepat berkelebat dan siap balas menyerang. Namun dari samping kakek yang tegak kepala ke bawah kaki di atas gerakkan dua kakinya. Dua larik angin dahsyat berwarna ke biruan menebar hawa dingin melabrak ke depan.Patandai alias Jin Bara Neraka tersentak kaget ketika hantaman angin itu sanggup membuat dua bara api yang disemburkannya terpental kesamping hingga Ruhsantini selamat dari serangannya. Selain itu sambaran angin tadi sempat membuat dia terhuyung huyung sampai dua langkah."Tua bangka jahanam! Siapa kau!" teriak Jin Bara Neraka walau diam-diam dia sudah bisa menduga siapa adanya kakek aneh berpakaian compang camping dan berdiri kaki ke atas kepala ke bawah ini. Kakek yang dibentak keluarkan suara mengekeh. Dua kakinya digerakkan kembali, siap untuk menghantam, tapi di sebelahnya Ruhsantini berkata."Kakek Jin Terjungkir Langit, harap kau suka menolong lelaki dalam jaring api biru itu! Biar aku melayani jahaman sesat yang otaknya sudah dicuci
Jin Terjungkir Langit alias Pasedayu pandangi sosok Maithatarun yang melingkar di dalam jaring api biru. Mata orang tua ini tampak berkaca-kaca. Perlahan-lahan tubuhnya melayang ke bawah. Dari sisi kanan kembali dia memperhatikan. Kini pandangan matanya dipusatkan pada bagian belakang atas tangan kanan Maithatarun. Di antara daging yang terluka dan hangus dia masih bisa melihat tanda aneh dekat ketiak lelaki itu. Yakni tanda menyerupai sekuntum bunga dalam lingkaran. Tetesan air mata jatuh membasahi kening Jin Terjungkir Langit."Aku yakin... Yakin sekali. Dia salah seorang dari mereka. Hai Dewa Beri aku petunjuk. Yang penting saat ini selamatkan nyawanya. Sembuhkan luka lukanya "Baru saja Jin Terjungkir Langit berucap seperti itu tiba-tiba disampingnya ada suara orang berkata."Tua bangka tolol! Memakai tangan sebagai kaki! Kau menangis meneteskan air mata! Apa orang di dalam jaring itu sudah menemui ajal? Menyingkirlah! Aku mau tahu siapa yang mampus! Orang a
"Aku pernah mendengar nama hidangan itu. lkan pindang! Itu nama lainnya! Hai... Apakah aku pernah mengenal dirimu sebelumnya kakek aneh yang pergunakan dua tangan sebagai kaki?!""Sudah kubilang aku tidak sudi kenal denganmu! Lekas angkat kaki dari tempat ini!" teriak Pasedayu alias Jin Terjungkir Langit. Si nenek menyeringai."Aku akan pergi. Kau tak usah khawatir. Siapa sudi berlama-lama di tempat celaka ini! Tapi sebelum pergi aku mau lihat dulu tampangnya yang tertutup janggut dan kumis menjulai itu! Siapa tahu aku memang pernah kenal dirimu!" Lalu dengan satu gerakan cepat Nenek Selaksa Kentut alias Selaksa Angin menyambar dua kaki Jin Terjungkir Langit. Maksudnya dia hendak membalikkan tubuh si kakek sebagaimana mestinya yaitu kepala ke atas kaki ke bawah. Dengan demikian dia bisa melihat lebih jelas sosok serta wajah si kakek.Namun sebelum sempat hal itu dilakukannya tiba-tiba di arah kiri terdengar suara bergemuruh seperti ada pohon yang tumbang lalu me