Batu coklat itu kembali bergerak. Tiba-tiba di ujung kanan bukit batu ada sesuatu yang lain, bergerak naik ke atas. Ternyata kepala seekor kura-kura raksasa.
“Astaga, Paecoklat! Kura-kura raksasa tunggangan Ruhjelita...” Dalam kejutnya Bintang juga merasa gembira. Kalau tunggangannya berada di sana, berarti Ruhjelita tidak berada jauh dari situ.
Paecoklat berpaling pada Bintang. Matanya dikedip-kedipkan. Melihat binatang ini tidak bersikap galak Bintang beranikan diri mendekat lalu melompat ke atas punggungnya yang keras atos. Sambil mengusap kepala binatang itu Bintang berkata. “Paecoklat, bisa kau menunjukkan padaku di mana Ruhjelita berada?”
Kura-kura raksasa itu kedipkan sepasang matanya dua kali lalu palingkan kepalanya ke kiri. Setelah menghadap ke kiri, kepala itu sedikit ditundukkan. Bintang memperhatikan. Dadanya berdebar. Di balik lima rumpun pohon berduri yang telah dirambas orang kelihatan sebuah mulut goa batu yang tingginya
Kita tinggalkan Bintang dan Ruhjelita yang ada di dalam goa. Kita kembali pada saat-saat sebelumnya ketika Bintang berusaha mencari goa di mana Ruhjelita disekap oleh sepasang dara kembar. Seperti dituturkan karena perhatiannya sangat terpusat pada usaha mencari dan menyelamatkan Ruhjelita, Bintang ini sampai tidak memperhatikan kalau di udara ada sesosok burung besar yang bukan lain adalah Zeus, awan raksasa milik Dewi Awan Putih. Zeus terbang mengikutinya dari kejauhan. Tentu saja Awan Putih itu melayang mengikuti atas kehendak si pemiliknya yakni Dewi Awan Putih yang ada di atas punggungnya. Sang Dewi merasa heran melihat Bintang berlari ke arah kawasan tinggi berbatu-batu dan dipenuhi semak belukar serta pohon-pohon berduri. Saat itulah awan tunggangan yang bernama Zeus itu keluarkan suara halus. Dewi Awan Putih yang sudah tahu sifat tunggangan kesayangannya itu mengusap Zeus seraya berucap.“Aku tahu, kau melihat sesuatu. Tapi mataku masih belum melihat apa-apa. Me
Terkadang ada hasrat di hatinya untuk menemui Jin Obat Seribu atau mencari makhluk roh bernama Ruhrinjani itu untuk menanyakan. Siapa sebenarnya gadis yang mereka katakan sebagai satu-satunya gadis yang memberikan cintanya hanya kepada Bintang? Namun setelah dipikirnya lebih dalam dia memutuskan untuk tidak melakukan hal itu. Bisa-bisa tersiar kabar bahwa dirinya telah tergila-gila pada Bintang dan menaruh cemburu pada gadis-gadis lainnya yang pernah berhubungan dengan pemuda itu.Kini menghadapi kenyataan bahwa Bintang berada di sebuah bukit di mana dipastikannya Ruhjelita juga ada di situ, Dewi Awan Putih merasa seolah sekujur tubuhnya terpanggang oleh panasnya hawa cemburu.“Gadis bernama Ruhjelita itu. Dia selalu mendahului atau memotong setiap rencana yang hendak aku lakukan. Kini mereka melakukan pertemuan rahasia di bukit itu. Apakah aku harus menyelidik apa yang mereka lakukan? Ah... Bagaimana ini!” Dalam bingungnya Dewi Awan Putih membiarkan awan t
Dalam kejutnya melihat Bunda Dewi, Dewi Awan Putih bertanya-tanya bagaimana Bunda Dewi tahu-tahu berada di tempat itu. Walau ingin mengetahui, namun Dewi Awan Putih tidak berani menanya. Malah sebaliknya Bunda Dewi berkata padanya dengan penuh kelembutan.“Hai Dewi Awan Putih kerabatku yang cantik. Setelah cukup lama kau meninggalkan negeri kita, sungguh aneh menemukan dirimu di dalam rimba belantara ini. Lebih aneh lagi tadi kau dalam keadaan terguling di tanah. Menangis. Dari suara tangismu agaknya ada suatu keperihan yang sangat mendalam di relung hatimu. Dewi Awan Putih katakan padaku apa yang terjadi. Katakan jika ada sesuatu yang bisa kulakukan untuk menolongmu.”Ditegur begitu rupa kesedihan Dewi Awan Putih jadi bertambah, membuat dia kembali menangis tersedu-sedu dan tutupkan lagi dua tangannya ke wajahnya yang berurai air mata. Bunda Dewi dekati kerabatnya itu. Sambil membelai rambut hitam Dewi Awan Putih dia berkata. “Dewi Awan Putih, segala
Dewi Awan Putih gigit bibirnya menahan agar tidak terisak. Setelah menguatkan hatinya baru dia berkata. “Hai Bunda Dewi, itu sebabnya tadi aku mengingatkanmu pada pembicaraan kita beberapa waktu lalu...”“Hemmm... Aku mengerti sekarang,” ujar Bunda Dewi pula. “Rupanya kau telah jatuh cinta pada pemuda itu...”“Hai Bunda Dewi, aku tidak tahu perasaan apa yang ada dalam hatiku terhadap pemuda itu. Karena selama ini hal-hal seperti itu tidak pernah aku alami. Lagipula bukankah itu merupakan satu pantangan besar yang berat hukumannya jika sampai dilanggar...”“Jadi benar kau telah jatuh cinta pada pemuda bernama Bintang itu?”“Bunda Dewi,” sahut Dewi Awan Putih yang bermata biru itu. “Ingat pembicaraan kita dulu. Waktu itu aku menanyakan padamu, apakah kau sependapat denganku bahwa dunia kita semakin lama semakin mengalami banyak perbedaan. Bahwa batas antara kita bangsa Dewi dan ma
“Dewi Awan Putih, aku tahu kau tidak akan mengecewakan aku dan kerabat para Dewi lainnya. Aku tahu kau akan mengambil keputusan sesuai dengan semua nasihat yang kusampaikan tadi. Aku tidak punya waktu berlama-lama di sini dan harus kembali ke Negeri Atas Langit. Kuharap kau juga segera kembali ke sana. Semakin berlama-lama kau di negeri ini semakin buruk akibatnya bagimu...”Setelah berucap begitu dengan lembut Bunda Dewi cium kening Dewi Awan Putih lalu melesat ke udara dan lenyap di ketinggian langit sebelah timur.Hanya sesaat setelah Bunda Dewi meninggalkan tempat itu, dari balik batu rerimbunan semak belukar lebat, beranjak pula seseorang yang telah lama mendekam di situ. Dia telah mendengar seluruh pembicaraan antara Bunda Dewi dengan Dewi Awan Putih. Apa yang didengarnya itu membuat hatinya tergoncang hebat. Dia baru menyadari betapa dalam kasih sayangnya terhadap pemuda itu setelah mengetahui benar-benar ada gadis lain yang mencintai si pemuda. Dala
Plaaakkk!Tamparan Ruhjelita mendarat di pipi kiri Ksatria Pengembara hingga Bintang sempoyongan. Melihat Bintang mengerenyit kesakitan sambil usap-usap pipinya yang terasa sakit pedas, Ruhjelita jadi sadar dan menyesal atas perbuatannya. Saking menyesalnya gadis ini langsung memeluk Bintang seraya berkata. “Maafkan diriku. Aku tidak berniat menyakiti dirimu. Aku... pikiranku sangat kacau. Semua yang kau ucapkan seperti mempermainkan diriku. Aku menyesal... Maafkan...”Bintang pegang dua lengan Ruhjelita. Tapi semburan tawanya tidak terbendung. Akhirnya Bintang ini tersadar ke dinding goa dan tertawa gelak-gelak sampai keluar air mata. Ruhjelita mula-mula memandang dengan wajah beringas. Lalu cemberut. Namun kemudian dia ikut-ikutan tertawa walau sambil banting-banting kaki.Tiba-tiba Ruhjelita hentikan tawanya. Wajahnya yang cantik kembali kelihatan beringas. Lalu berubah sayu sedih. Dia menarik nafas panjang dan dalam lalu berkata. “Bagaimana
LEMBAH SERIBU KABUT. Saking marahnya Maithatarun hantamkan kaki batunya hingga sebatang pohon besar patah dan tumbang menggemuruh. Di atas batu Jin Terjungkir Langit mendesah berulang kali sambil menjambak-jambak rambutnya yang putih terjulai.“Tololnya diriku! Bagaimana mungkin aku berlaku ayal dan lengah! Hingga benda yang sangat berharga itu sampai dirampas dan dilarikan orang. Hai, titipan amanat orang aku sia-siakan. Bagaimana aku harus mempertanggungjawabkan!” Maithatarun alias Jin Kaki Batu menatap orang tua yang tegak kaki ke atas kepala ke bawah di atas batu. “Jin Terjungkir Langit, aku mohon maaf atas kelalaianku ini. Aku bersumpah akan mencari si pencuri dan dapatkan kembali Sendok Pemasung Nasib itu.”“Aku memang ikut menyesali kejadian ini...” kata Jin Terjungkir Langit alias Pasedayu. “Tapi mau dibilang apa. Mungkin ini sudah takdir para Dewa bahwa hidupku seumur-umur akan sengsara seperti ini.” Jin Terjungk
“Jahanam Pamanyala! Siapa lagi kalau bukan dia yang punya pekerjaan! Belum puas dia rupanya! Caranya tadi menghantam dengan gelombang api jelas hendak memisahkan aku dengan Jin Kaki Batu. Tepat pada saat aku melihat sebuah tanda di lengan lelaki itu. Mungkin sekali Pamanyala tidak menginginkan aku mendapatkan jejak anak-anakku!”Pasedayu alias Jin Terjungkir Langit memandang ke arah lenyapnya Maithatarun. “Jin Kaki Batu...” desisnya. “Firasatku mengatakan kau memang salah seorang dari mereka. Tidak ada manusia lain di dunia ini yang memiliki tanda bunga dalam lingkaran seperti yang kau miliki di belakang lenganmu sebelah kanan. Kau... Hai para Dewa, mengapa kau putus petunjuk ini? Ke mana aku harus mencarinya? Maithatarun... Jin Kaki Batu, aku yakin kau salah seorang dari mereka. Kalaupun aku tidak menemukan tiga lainnya, kau seorang sudah cukup menjadi pengobat hati dan derita sengsara puluhan tahun ini. Maithatarun... Nama gagah walau bukan aku