Malam itu, suasana di Padepokan Dharma Semesta berjalan seperti biasanya, dimana disaat banyak orang sudah tertidur lelap dikamarnya masing-masing, tapi murid-murid Padepokan Dharma Semesta tengah sibuk berbenah, baik membereskan dan membersihkan sampah-sampah yang berserakan diberbagai tempat, maupun juga mempersiapkan tempat untuk besok. Semua tampak bekerja dengan penuh kesungguhan.
Empat dari limo ayu tampak sibuk mengatur semuanya, dari mengatur tempat, makanan dan lain-lain, semuanya dipersiapkan dengan penuh perhitungan. Tapi bukankah ada yang aneh, hanya ada empat dari limo ayu, lalu dimana seorang lagi. Yang tak terlihat adalah Ayu Valensia.
Di sebuah kamar…
Kamar dimana tempat Bintang berada, terlihat kamar itu lengang-lengang saja, diatas ranjangpun tak terlihat sosok Bintang. Tapi disebuah kursi panjang yang ada diruangan itu, kursi yang mungkin bisa kita sebuah dengan sofa bila istilah orang zaman sekarang, terlihat Bintang yang tengah duduk
Ayu Valensia terdiam mendengar hal itu, walaupun sebenarnya Ayu Valensia bisa saja menolak saat tiba gilirannya malam ini untuk menemani Bintang, memang sudah begitu lama sekali rasanya Ayu Valensia tidak pernah merasakan nikmatnya bercumbu dengan seorang laki-laki, dan setelah beberapa malam mendengarkan percumbuan antara Bintang dan saudari-saudarinya yang lain, rasa penasaran dan keinginan untuk bercumbu yang telah lama tak dirasakannya itu muncul kembali, bahkan kini semakin menggebu-gebu didalam dirinya, karena itulah saat tiba gilirannya malam ini untuk menemani Bintang, Ayu Valensia tidak menolaknya.“Hidup tak selalu tentang berhubungan sex Valensia, ada banyak cara untuk mencari kebahagiaan” sambung Bintang lagi menyadarkan Ayu Valensia dari lamunannya.“Tidak apa-apa Tuan, saya bersedia melayani Tuan malam ini, hanya saja… Tolong Tuan jangan marah bila saya tidak bisa memuaskan Tuan” ucap Ayu Valensia lagi dengan wajah memerah,
Malam semakin berjalan larut, orang-orang sudah terlelap dalam tidurnya.Sementara itu…“Terima kasih Tuan...” ucap Ayu Valensia dipelukan Bintang. Terlihat tubuh keduanya sudah terbungkus kedalam selimut yang menyelimuti tubuh keduanya hingga sebatas dada. Ayu Valensia sendiri tampak menggelayut manja diatas dada Bintang seraya terus menatap kearah Bintang.“Terima kasih untuk apa?”“Terima kasih karena Tuan telah memberikan kenikmatan yang telah lama tidak saya rasakan” ucap Ayu Valensia lagi. Kali ini Bintang tersenyum seraya mengangkat satu tangannya dan dengan lembut Bintang membelai wajah jelita yang ada didepan matanya itu.“Untuk wanita secantik dirimu, kau pantas mendapatkannya Valensia” ucap Bintang lembut, kali ini Ayu Valensia yang tersenyum lembut kearah Bintang, sejenak Ayu Valensia tampak melirik kearah anting yang Bintang kenakan dan lagi-lagi Bintang dapat menangkap hal itu. En
“Apa yang sebenarnya terjadi?”“Saat kami tiba di Blambang Sewu, Tuan muda sudah seperti orang yang mengalami gangguan jiwa mahaguru, gusti prabu Blambang Sewu meminta kami untuk membawa Tuan muda kembali” jelas murid Dewa Tombak yang memang ditugasnya untuk membawa Jiwo Satrio kembali.“Apakah gusti prabu Blambang Sewu tidak menjelaskan apa yang sebenarnya terjadi pada Jiwo Satrio?” Tanya Mahaguru Ummi Ayu lagi. Murid Dewa Tombak tampak menggeleng.Mahaguru Ummi Ayu kemudian mengalihkan pandangannya kearah Ayu Mayrissa yang ada dibelakangnya saat itu.“Mayrissa, apa kau tau kenapa Jiwo Satrio jadi seperti ini?!” Tanya Mahaguru Ummi Ayu kepada Ayu Mayrissa dengan mengirimkan suara batinnya kepada Ayu Mayrissa. Di tempatnya, Ayu Mayrissa tampak terdiam seraya terus memperhatikan keadaan Jiwo Satrio yang sangat memprihatinkan sekali dilihatnya.Dengan menarik nafas berat dan panjang, akhirnya Ayu Mayris
Kini tampak Ayu Rhenata dan Ayu Hanny menatap kearah Ayu Valensia dengan mata melotot, Ayu Rhenata terlihat dengan cepat membawa Ayu Valensia menjauhi tempat itu diikuti oleh Ayu Hanny, karena ada banyak murid-murid Perguruan Tombak Dewa ditempat itu.Setelah cukup jauh.“Tutupi lehermu itu Valensia” ucap Ayu Rhenata lagi hingga membuat Ayu Valensia terkejut dan langsung meraba lehernya.“Ganas sekali sepertinya Tuan Bintang bersamamu Valensia, sehingga meninggalkan banyak bekas merah dilehermu itu” ucap Ayu Hanny tersenyum menggoda sehingga semakin membuat Ayu Valensia semakin menjadi salah tingkah dengan wajah memerah, Ayu Valensia segera melepaskan selendang merah muda yang melilit dipinggang rampingnya, lalu kemudian disampirkan dilehernya.“Gara-gara percumbuanmu, mahaguru sendiri yang terpaksa harus mengobati Jiwo Satrio” ucap Ayu Rhenata lagi sehingga kembali membuat Ayu Valensia berubah.“Jiwo Satri
“Ah tidak, ilmu itu mirip dengan ilmu dewa yang saya miliki”“Ilmu ‘Gadis Suci’ yang saya miliki memang sudah mencapai taraf ilmu dewa Tuan”“Cara penggunaannya sangat mirip sekali” ucap Bintang lagi hingga membuat wajah Mahaguru Ummi Ayu berubah mendengarnya.“Ilmu dewa apa yang Tuan miliki yang sangat mirip dengan Ilmu ‘Gadis Suci’?” tanya Mahaguru Ummi Ayu penasaran.“Namanya Segel Dewa Kehidupan”“Segel Dewa Kehidupan. Apakah ini sama dengan segel yang Tuan gunakan kepada Jiwo Satrio?”“Ya sama, saya memiliki ilmu dewa yang bernama Segel Sembilan Dewa, dan segel yang saya gunakan kepada Jiwo Satrio adalah Segel Dewa Kematian, hal ini saya lakukan agar Jiwo Satrio tidak bisa menyakiti dan mempermainkan para perempuan lagi”“I.. tu berarti Tuan memiliki Sembilan S
Di tepi ranjang, Mahaguru Ummi Ayu menghentikan langkahnya, Bintang yang ada disebelahnya ikut berhenti, sejenak Mahaguru Ummi Ayu memutar tubuhnya hingga menghadap Bintang, kedua mata indahnya tampak menatap sayu kearah Bintang. Bintang pun saat itu juga tengah menatap kearah Mahaguru Ummi Ayu, sehingga kini keduanya saling bertatapan satu sama lain.Sebagai lelaki yang sangat berpengalaman, Bintang tau kalau Mahaguru Ummi Ayu tengah menunggu reaksinya untuk bertindak, maka tangan Bintang pun terangkat dan dengan perlahan Bintang melepaskan cadar yang menutupi wajah Mahaguru Ummi Ayu.Seketika terlihatlah seraut wajah cantik nan jelita yang begitu lembut terpampang didepan mata Bintang. Meskipun sudah tidak muda belia lagi, namun Mahaguru Ummi Ayu masih kelihatan seperti baru lepas ABG saja Kulitnya putih, bersih dan segar. Dan kali ini bahkan dengan lembut Mahaguru Ummi Ayu mendekatkan wajahnya ke wajah Bintang. Segera menyambar aroma wangi dari tubuhnya hingga
“Pagi akan segera datang” ucap Mahaguru Ummi Ayu dengan pelan. Lalu kembali memalingkan pandangannya kearah Bintang yang saat itu juga tengah memandangnya.“Sepertinya hari ini saya tidak jadi tidak hadir, semuanya berkat Tuan, terima kasih Tuan, terima kasih…” ucap Mahaguru Ummi Ayu.“Tidak perlu berterima kasih mahaguru, saya senang bisa membantu, tapi bukankah tenaga murni mahaguru belum pulih sepenuhnya?”“Sudah pulih lebih dari setengahnya Tuan, itu sudah lebih dari cukup” ucap Mahaguru Ummi Ayu tersenyum lembut.“Mengapa tidak kita pulihkan sepenuhnya saja mahaguru, bukankah kita masih punya waktu” ucap Bintang lagi dengan senyum penuh arti. Mahaguru Ummi Ayu terdiam mendengar hal itu, tentu Mahaguru Ummi Ayu mengerti arti ucapan Bintang tersebut.“Lebih baik terlambat hadir daripada tidak hadir sama sekali bukan” goda Bintang lagi dengan tersenyum. Mahaguru Ummi A
Dewa Panah terlihat menatap kearah atas, dimana matahari sedang bersinar dengan terik-teriknya siang itu, sehingga peluh tampak sudah membasahi tubuh keduanya.“Sabdo Siji, aku ingin menguji ilmu ‘Mata Malaikat’ mu dengan ilmu ‘Panah Matahari’ ku? apa kau bersedia?!”“Silahkan saja ketua, jangan sungkan!”“Tapi ini taruhannya nyawa!” ucap Dewa Panah dengan tegas.“Sejak memutuskan menjadi seorang pendekar, bukankah nyawa sudah menjadi taruhan disetiap pertarungan”.“Saya sungguh kagum denganmu Sabdo Siji” ucap Dewa Panah seraya mengatupkan kedua tangannya di depan dada sebagai tanda hormat. Sabdo Siji dengan cepat membalasnya.Dewa Panah kemudian terlihat menatap kearah rombongannya, seorang gadis cantik jelita yang tak lain adalah Veninur, putri tunggal Dewa Panah tampak melangkah turun dari tempatnya berada, ditangannya tampak tergenggam s