Tapi sesekali Sabdo Siji menangkis serangan Dewa Golok dengan Pedang ditangannya, sejauh ini serangan-serangan Dewa Golok mampu dipatahkan oleh Sabdo Siji dengan mudahnya.
“Jurus apa yang digunakannya, jurus ini seperti jurus yang dipergunakannya saat menghadapi ketua Tangan Dewa” batin Dewa Golok sambil terus melancarkan serangannya.
Dewa Golok kembali menambah kecepatan serangannya, tapi lagi-lagi Sabdo Siji mampu bergerak lebih cepat darinya. Sejauh ini Sabdo Siji tak sedikitpun membalas serangan Dewa Golok, Sabdo Siji hanya bertahan dan menghindar.
Sampai puluhan jurus berlalu, Dewa Golok belum mampu menyerang mengenai tubuh lawannya. Hingga tiba-tiba dipertengahan pertarungan, tiba-tiba saja Dewa Golok menghentikan serangannya dan langsung melompat mundur.
“i...ini...ini jurus apa?!” tanya Dewa Golok.
“ini adalah Mata Malaikat...” ucap Sabdo Siji dengan tegas dan mantap. Wajah Dewa Golok tampak beru
Malam itu, suasana di Padepokan Dharma Semesta berjalan seperti biasanya, dimana disaat banyak orang sudah tertidur lelap dikamarnya masing-masing, tapi murid-murid Padepokan Dharma Semesta tengah sibuk berbenah, baik membereskan dan membersihkan sampah-sampah yang berserakan diberbagai tempat, maupun juga mempersiapkan tempat untuk besok. Semua tampak bekerja dengan penuh kesungguhan.Empat dari limo ayu tampak sibuk mengatur semuanya, dari mengatur tempat, makanan dan lain-lain, semuanya dipersiapkan dengan penuh perhitungan. Tapi bukankah ada yang aneh, hanya ada empat dari limo ayu, lalu dimana seorang lagi. Yang tak terlihat adalah Ayu Valensia.Di sebuah kamar…Kamar dimana tempat Bintang berada, terlihat kamar itu lengang-lengang saja, diatas ranjangpun tak terlihat sosok Bintang. Tapi disebuah kursi panjang yang ada diruangan itu, kursi yang mungkin bisa kita sebuah dengan sofa bila istilah orang zaman sekarang, terlihat Bintang yang tengah duduk
Ayu Valensia terdiam mendengar hal itu, walaupun sebenarnya Ayu Valensia bisa saja menolak saat tiba gilirannya malam ini untuk menemani Bintang, memang sudah begitu lama sekali rasanya Ayu Valensia tidak pernah merasakan nikmatnya bercumbu dengan seorang laki-laki, dan setelah beberapa malam mendengarkan percumbuan antara Bintang dan saudari-saudarinya yang lain, rasa penasaran dan keinginan untuk bercumbu yang telah lama tak dirasakannya itu muncul kembali, bahkan kini semakin menggebu-gebu didalam dirinya, karena itulah saat tiba gilirannya malam ini untuk menemani Bintang, Ayu Valensia tidak menolaknya.“Hidup tak selalu tentang berhubungan sex Valensia, ada banyak cara untuk mencari kebahagiaan” sambung Bintang lagi menyadarkan Ayu Valensia dari lamunannya.“Tidak apa-apa Tuan, saya bersedia melayani Tuan malam ini, hanya saja… Tolong Tuan jangan marah bila saya tidak bisa memuaskan Tuan” ucap Ayu Valensia lagi dengan wajah memerah,
Malam semakin berjalan larut, orang-orang sudah terlelap dalam tidurnya.Sementara itu…“Terima kasih Tuan...” ucap Ayu Valensia dipelukan Bintang. Terlihat tubuh keduanya sudah terbungkus kedalam selimut yang menyelimuti tubuh keduanya hingga sebatas dada. Ayu Valensia sendiri tampak menggelayut manja diatas dada Bintang seraya terus menatap kearah Bintang.“Terima kasih untuk apa?”“Terima kasih karena Tuan telah memberikan kenikmatan yang telah lama tidak saya rasakan” ucap Ayu Valensia lagi. Kali ini Bintang tersenyum seraya mengangkat satu tangannya dan dengan lembut Bintang membelai wajah jelita yang ada didepan matanya itu.“Untuk wanita secantik dirimu, kau pantas mendapatkannya Valensia” ucap Bintang lembut, kali ini Ayu Valensia yang tersenyum lembut kearah Bintang, sejenak Ayu Valensia tampak melirik kearah anting yang Bintang kenakan dan lagi-lagi Bintang dapat menangkap hal itu. En
“Apa yang sebenarnya terjadi?”“Saat kami tiba di Blambang Sewu, Tuan muda sudah seperti orang yang mengalami gangguan jiwa mahaguru, gusti prabu Blambang Sewu meminta kami untuk membawa Tuan muda kembali” jelas murid Dewa Tombak yang memang ditugasnya untuk membawa Jiwo Satrio kembali.“Apakah gusti prabu Blambang Sewu tidak menjelaskan apa yang sebenarnya terjadi pada Jiwo Satrio?” Tanya Mahaguru Ummi Ayu lagi. Murid Dewa Tombak tampak menggeleng.Mahaguru Ummi Ayu kemudian mengalihkan pandangannya kearah Ayu Mayrissa yang ada dibelakangnya saat itu.“Mayrissa, apa kau tau kenapa Jiwo Satrio jadi seperti ini?!” Tanya Mahaguru Ummi Ayu kepada Ayu Mayrissa dengan mengirimkan suara batinnya kepada Ayu Mayrissa. Di tempatnya, Ayu Mayrissa tampak terdiam seraya terus memperhatikan keadaan Jiwo Satrio yang sangat memprihatinkan sekali dilihatnya.Dengan menarik nafas berat dan panjang, akhirnya Ayu Mayris
Kini tampak Ayu Rhenata dan Ayu Hanny menatap kearah Ayu Valensia dengan mata melotot, Ayu Rhenata terlihat dengan cepat membawa Ayu Valensia menjauhi tempat itu diikuti oleh Ayu Hanny, karena ada banyak murid-murid Perguruan Tombak Dewa ditempat itu.Setelah cukup jauh.“Tutupi lehermu itu Valensia” ucap Ayu Rhenata lagi hingga membuat Ayu Valensia terkejut dan langsung meraba lehernya.“Ganas sekali sepertinya Tuan Bintang bersamamu Valensia, sehingga meninggalkan banyak bekas merah dilehermu itu” ucap Ayu Hanny tersenyum menggoda sehingga semakin membuat Ayu Valensia semakin menjadi salah tingkah dengan wajah memerah, Ayu Valensia segera melepaskan selendang merah muda yang melilit dipinggang rampingnya, lalu kemudian disampirkan dilehernya.“Gara-gara percumbuanmu, mahaguru sendiri yang terpaksa harus mengobati Jiwo Satrio” ucap Ayu Rhenata lagi sehingga kembali membuat Ayu Valensia berubah.“Jiwo Satri
“Ah tidak, ilmu itu mirip dengan ilmu dewa yang saya miliki”“Ilmu ‘Gadis Suci’ yang saya miliki memang sudah mencapai taraf ilmu dewa Tuan”“Cara penggunaannya sangat mirip sekali” ucap Bintang lagi hingga membuat wajah Mahaguru Ummi Ayu berubah mendengarnya.“Ilmu dewa apa yang Tuan miliki yang sangat mirip dengan Ilmu ‘Gadis Suci’?” tanya Mahaguru Ummi Ayu penasaran.“Namanya Segel Dewa Kehidupan”“Segel Dewa Kehidupan. Apakah ini sama dengan segel yang Tuan gunakan kepada Jiwo Satrio?”“Ya sama, saya memiliki ilmu dewa yang bernama Segel Sembilan Dewa, dan segel yang saya gunakan kepada Jiwo Satrio adalah Segel Dewa Kematian, hal ini saya lakukan agar Jiwo Satrio tidak bisa menyakiti dan mempermainkan para perempuan lagi”“I.. tu berarti Tuan memiliki Sembilan S
Di tepi ranjang, Mahaguru Ummi Ayu menghentikan langkahnya, Bintang yang ada disebelahnya ikut berhenti, sejenak Mahaguru Ummi Ayu memutar tubuhnya hingga menghadap Bintang, kedua mata indahnya tampak menatap sayu kearah Bintang. Bintang pun saat itu juga tengah menatap kearah Mahaguru Ummi Ayu, sehingga kini keduanya saling bertatapan satu sama lain.Sebagai lelaki yang sangat berpengalaman, Bintang tau kalau Mahaguru Ummi Ayu tengah menunggu reaksinya untuk bertindak, maka tangan Bintang pun terangkat dan dengan perlahan Bintang melepaskan cadar yang menutupi wajah Mahaguru Ummi Ayu.Seketika terlihatlah seraut wajah cantik nan jelita yang begitu lembut terpampang didepan mata Bintang. Meskipun sudah tidak muda belia lagi, namun Mahaguru Ummi Ayu masih kelihatan seperti baru lepas ABG saja Kulitnya putih, bersih dan segar. Dan kali ini bahkan dengan lembut Mahaguru Ummi Ayu mendekatkan wajahnya ke wajah Bintang. Segera menyambar aroma wangi dari tubuhnya hingga
“Pagi akan segera datang” ucap Mahaguru Ummi Ayu dengan pelan. Lalu kembali memalingkan pandangannya kearah Bintang yang saat itu juga tengah memandangnya.“Sepertinya hari ini saya tidak jadi tidak hadir, semuanya berkat Tuan, terima kasih Tuan, terima kasih…” ucap Mahaguru Ummi Ayu.“Tidak perlu berterima kasih mahaguru, saya senang bisa membantu, tapi bukankah tenaga murni mahaguru belum pulih sepenuhnya?”“Sudah pulih lebih dari setengahnya Tuan, itu sudah lebih dari cukup” ucap Mahaguru Ummi Ayu tersenyum lembut.“Mengapa tidak kita pulihkan sepenuhnya saja mahaguru, bukankah kita masih punya waktu” ucap Bintang lagi dengan senyum penuh arti. Mahaguru Ummi Ayu terdiam mendengar hal itu, tentu Mahaguru Ummi Ayu mengerti arti ucapan Bintang tersebut.“Lebih baik terlambat hadir daripada tidak hadir sama sekali bukan” goda Bintang lagi dengan tersenyum. Mahaguru Ummi A
Setelah melihat Jejaka Emas memahami maksud perkataannya, Bintang segera melangkah ke arah Maharaja Jin Thathamghi Yam Yal.Berjarak 3 tombak dari Maharaja Jin Thathamghi Yam Yal, Bintang menghentikan langkahnya.“Tidak ada yang kalah juga tidak ada yang menang dalam sebuah peperangan. Lebih baik kita berdamai dan hidup berdampingan Ayah Mertua” ucap Bintang dengan menyebut Maharaja Jin Thathamghi Yam Yal sebagai ayah mertuanya. Tentu saja kenyataan itu tak bisa Bintang pungkiri. Walau bagaimana, Maharaja Jin Thathamghi Yam Yal adalah ayah mertua baginya.Tatapan Maharaja Jin Thathamghi Yam Yal masih terlihat dingin kearahnya, dan terdengar suara beratnya. “Kenapa kau menolak untuk menjadi penguasa dunia, Bintang? Bukankah itu keinginan semua laki-laki didunia ini! Tahta dan Kekuasaan?!”Bintang menggeleng, lalu berkata, “Aku lebih suka kedamaian. Buat apa meraih kekuasaan, kalau hidup selalu tidak tenang” Maharaja Jin Thathamghi Yam Yal terdiam saat mendengar kata-kata Bintang.Binta
Semua terdiam!Sunyi!Tak ada satu suarapun yang terdengar, kecuali desau angin!Sementara itu, keadaan semua orang yang tadinya terpaku, kini sudah bisa bergerak, masing-masing saling menatap satu sama lain, lalu mengedarkan pandangan mereka ke arah sekitar. Apa yang baru saja terjadi, berasa seperti mimpi.Sementara itu, Maharaja Jin Thathamghi Yam Yal pun masih terpaku berdiri ditempatnya, memandangi jari manis tangan kanannya yang sudah kosong, tidak ada lagi Cincin Sulaiman yang biasa terpatri.Di pihak Jejaka Emas, Bintang lebih dulu tersadar dengan keadaan yang terjadi. Masih terlihat keringat dingin di sekujur tubuh Bintang. Rasa sakit yang baru saja dialami oleh Bintang bukan sekedar dalam angan-angan, tapi Bintang benar-benar dapat merasakan bagaimana tubuhnya terhempas dengan keras ke sebuah alam, dimana di alam itu, berbagai macam orang dengan segala macam siksaannya. Bintang benar-benar merasakan kesakitan yang amat sangat yang membuat tubuhnya seperti ditusuk oleh ribuan
“Bangunlah kalian berdua!” kembali suara lembut tapi tegas itu terdengar menyapa keduanya, hampir bersamaan Bintang dan Jejaka Emas memalingkan wajah mereka kearah depan. Wajah keduanya berubah. Berjarak hanya beberapa tombak dihadapan mereka, terlihat sosok seorang laki-laki tua berwajah agung dan teduh. Mengenakan pakaian putih disekujur tubuhnya. Senyumnya terlihat begitu agung dan teduh. Bintang dan Jejaka Emas terkejut, karena tadi, tidak ada seorangpun yang ada ditempat itu selain mereka berdua.Lelaki tua berparas agung itu terlihat duduk diatas sebuah batu putih yang bila diperhatikan dengan seksama. Batu itu tidaklah menyentuh tanah, alias mengapung diudara.“Kemari!” Terdengar suara lembut dan tegas kembali menyapa Bintang dan Jejaka Emas. Walau keduanya tak melihat bibir lelaki tua itu bergerak, tapi Bintang dan Jejaka Emas yakin, kalau lelaki tua itulah yang menyuruh mereka.Lagi-lagi Bintang dan Jejaka Emas diliputi keheranan, karena tubuh mereka tiba-tiba saja bangkit be
Maharaja Jin Thathamghi Yam Yal terlihat geram saat melihat tak satupun dari pihak lawan yang mau bersikap setia kepadanya. “Kalian semua rupanya benar-benar ingin mati, jangan katakan kalau aku tidak memberikan kalian kesempatan...” ucap Maharaja Jin Thathamghi Yam Yal. Lalu Maharaja Jin Thathamghi Yam Yal berpaling kearah seluruh pasukannya yang ada dibelakangnya.“Bunuh mereka semua!”Satu perintah Maharaja Jin Thathamghi Yam Yal sudah cukup untuk membuat pasukannya bergerak kedepan dengan senjata terhunus. Siap untuk membunuh lawan-lawan mereka yang sudah tak berdaya ditempatnya.Mendengar perintah Maharaja Jin Thathamghi Yam Yal, membuat pucat wajah-wajah dari pihak lawannya. Sebagian mengeluarkan keringat dingin membayangkan kematian yang akan segera mendatangi mereka, sementara sebagian lagi tampak mampu bersikap tenang dan sudah siap menerima nasib, karena memang sejak awal pertempuran, mereka sudah siap untuk mati. Ada satu hal yang setidaknya membuat mereka mati dengan tenan
Sementara itu dipihak Maharaja Jin Thathamghi Yam Yal juga ikut bingung melihat kejadian itu, Bintang yang kini tampak tengah diperebutkan oleh ke-4 wanita cantik. Di benak mereka terbersit pikiran, ‘Apa mereka tidak menyadari kalau saat ini tengah berperang’. Hal ini membuat semua orang geleng-geleng kepala melihatnya.Sementara itu, Maharaja Jin Thathamghi Yam Yal terlihat menatap ke arah Bintang dengan tatapan dingin. Lalu Maharaja Jin Thathamghi Yam Yal maju beberapa langkah kedepan. Seketika keadaan riuh ditempat itu langsung berhenti. Hening. Bahkan keributan kecil diantara Bintang dengan ke-4 gadisnya juga ikut terhenti dan kini mereka ikut menatap kearah Maharaja Jin Thathamghi Yam Yal.Tak ada yang bersuara, semua perhatian tertuju langsung ke arah Maharaja Jin Thathamghi Yam Yal.Tiba-tiba saja dari pihak seberang, sesosok tubuh melangkah kehadapan Maharaja Jin Thathamghi Yam Yal. Dia adalah Jejaka Emas. Jejaka Emas memang sangat kesal melihat keberuntungan Bintang yang dike
“Hai! Utusan Dewa. Kami akan menghentikan peperangan ini bila Maharaja Jin Thathamghi Yam Yal sudah terkalahkan, tapi bila tidak. Bahkan Sang Hyang Guru Dewa sendiripun tak akan bisa berbuat apa-apa!” Raja Munaliq Dari Timur memberikan jawaban diiringi anggukan oleh kedua raja jin lainnya, juga para prajurit yang berada dibawah kendali mereka.Apa yang dikatakan oleh Raja Munaliq Dari Timur memang tidak salah. Selama Maharaja Jin Thathamghi Yam Yal tidak bisa dikalahkan, maka kemenangan akan selalu menjadi milik mereka. Bahkan Sang Hyang Guru Dewa sendiripun tak akan bisa berbuat apa-apa.Kini balik Una Lyn yang terlihat terdiam ditempatnya. Jejaka Emas yang melihat hal itu, segera beranjak maju untuk memberikan tanggapannya.Bleegaarrr!Sebuah suara keras ledakan terdengar keras membahana di tempat itu, begitu kerasnya sampai membuat tempat itu bergetar laksana digoncang gempa skala sedang. Ada yang jatuh terduduk karena tak kuat menahan getaran yang terjadi, tapi masih banyak pula y
Una Lyn sendiri terlihat melakukan salto beberapa kali diudara hingga akhirnya berhasil mendarat dengan mulus ditanah, sedangkan Ifrit juga mampu mendaratkan kedua kakinya ditanah, setelah terseret cukup jauh kebelakang. Darah terlihat merembes dimulut keduanya, sebagai tanda luka dalam yang mereka derita.Seakan tak ingin membuat waktu percuma, Una Lyn terlihat langsung mengangkat tangannya yang tengah memegang pedang naga emas keatas.Wusshh..!Bayangan seekor naga emas melesat keluar dari hulu pedang ditangan Una Lyn. Sementara itu di ujung sana, Ifrit pun terlihat tak ingin tinggla diam.Dugghh!Tongkat ditangannya dihentakkan ke tanah.Wusshh..! Wusshh..! Wusshh..!Banyak sosok bayangan hitam yang keluar dari kepala tongkat dan sosok-sosok bayangan hitam itu tampak membentuk wujud-wujud jin yang tak terhitung jumlahnya yang hampir memenuhi langit. Di tempatnya, Una Lyn cukup terkejut melihat pamer kesaktian yang diperlihatkan oleh Ifrit. Ternyata Ifrit mampu mengeluarkan banyak j
Dughh! Seiring dengan itu Ifrit menghentakkan tongkat ditangannya ke bawah.Werrrr...! gelombang energi terpancar keluar dari tubuh Ifrit yang langsung menyapu seluruh tempat itu. Terjadi keanehan! Pemandangan mencengangkan terjadi. Waktu seolah berhenti, bangsa jin yang tengah bertempur satu sama lain, terdiam seperti patung. Semuanya berhenti bergerak, bukan saja yang ada di tanah, tapi juga yang ada diudara ikut berhenti bergerak.Baik bangsa manusia, bangsa jin, maupun para dewa-dewi, bahkan Jejaka Emas pun ikut berdiri mematung ditempatnya berada. Terlihat perubahan diwajah semua orang, termasuk Jejaka Emas yang berusaha sekuat tenaga untuk melepaskan dirinya agar bisa kembali bergerak, tapi sejauh ini hanya gerakan yang sangat lamban yang terlihat. Tak ada yang mampu menggerakan tubuh mereka. Sementara itu, di pihak Ifrit, mereka semua tahu, kalau ini adalah salah satu kemampuan Ifrit yang bisa menghentikan waktu.Di depan sana, terlihat Ifrit tersenyum sinis melihat ke arah Jej
Jejaka Emas tak memberi kesempatan sedikitpun bagi Ifrit untuk menghela nafas. Serangan gelang dewanya terus menghantam sosok Ifrit.Sosok Ifrit yang melayang diatas tanah, terus terdesak mundur. Entah sudah belasan ataupun berpuluh-puluh kali serangan gelang dewa menghantam sosoknya, tapi walaupun terdesak. Ifrit sedikitpun tidak terlihat terluka.Jejaka Emas yang melihat hal itu, harus mengakui kekuatan dan kekebalan tubuh Ifrit, tapi anehnya seraya terus melesatkan serangan gelang-gelang dewanya, Jejaka Emas justru tertawa-tawa. Hal ini dikarenakan sosok Ifrit yang terkena serangan beruntun gelang dewanya dari berbagai arah, membuat tubuh Ifrit yang melayang diudara itu tampak terdorong ke kanan, ke kiri, ke belakang dan kedepan, Ifrit seperti tengah berjoget atau bergoyang dangdut. Hal ini pula yang membuat Jejaka Emas kemudian tertawa tergelak-gelak. Bangsa Jin yang ada ditempat itupun bingung dan heran, kenapa Jejaka Emas bertarung sambil tergelak-gelak sendiri.Ifrit terus dig