Dari pergulatan birahi antara Bintang dan Rara Jingga, kita melompat kebagian bawah penginapan itu, dimana penginapan itu memang terdiri dari dua lantai, satu lantai digunakan sebagai tempat makan atau warung, sedangkan dibagian atas digunakan sebagai tempat menginap.
Di salah satu meja makan, terlihat sosok jelita Blorong yang tengah duduk menunggu pesanannya, tak ada seorangpun yang terlihat ditempat itu kecuali Blorong, karena hujan yang terjadi sehingga tak ada orang lain yang mampir kewarung makan itu.
Blorong sendiri tampak terdiam ditempatnya, entah karena menunggu pesanannya datang atau apa, tapi yang jelas terlihat tatapan tajamnya mengarah kedepan warung dimana pemandangan hujan tampak terjadi, tapi yang paling menarik ada kedua daun telinga Blorong yang sejak tadi bergerak-gerak dengan sendirinya.
“Sial.. bercinta lagi mereka.. uggghhh!” batin Blorong dengan wajah kesal. Rupanya saat ini Blorong tengah menggunakan aji Sadapswara,
Hal ini pula yang membuat Rara Jingga terlihat sangat terburu-buru untuk menyiapkan makanan untuk Bintang, Rara Jingga sudah sangat tidak sabar untuk kembali ke kamar menemui Bintang. Tapi baru beberapa undakan tangga yang dinaiki oleh Rara Jingga, tiba-tiba saja Rara Jingga menghentikan langkahnya.Di beberapa undakan tangga diatasnya, tampak berdiri sosok jelita Blorong, hal inilah yang membuat langkah Rara Jingga terhenti. Untuk sesaat keduanya saling pandang, tapi kemudian Rara Jingga kembali melanjutkan langkah.Saat berpapasan, keduanya masih saling bertatapan dengan penuh arti. Hingga akhirnya sosok Rara Jingga melewati Blorong.“Jangan ingin menikmati kesenangan sendiri Rara Jingga” tiba-tiba saja terdengar suara Blorong dibelakangnya yang langsung membuat langkah Rara Jingga terhenti, sosok Rara Jingga tampak berbalik kearah Blorong.“Apa maksudmu Blorong ?!”“Kura-kura dalam perahu, jangan pura-pura tidak tah
Hiaaah..! Hiaaah..! Hiaaah..!Wutttt.. wuttt.. wuttt..!Belasan orang sosok Blorong langsung menyerang kearah Rara Jingga yang sudah siap menyambutnya. Kini terjadilah pertarungan yang tak seimbang diantara keduanya, sosok seorang Rara Jingga tampak dikeroyok oleh belasan orang sosok Blorong, tapi hebatnya, Rara Jingga terlihat tak gentar sedikitpun, kualitas sebagai seorang dayang utama Ratu Samudra diperlihatkan oleh Rara Jingga.Gerakannya gesit dan bertenaga, menghindari dan balas menyerang kearah setiap sosok Blorong yang datang kearahnya.Debbb..! Debbb..! Debbb..!Pertarungan berlangsung dengan sengit, Rara Jingga seperti memiliki 4 mata dikepalanya, dua didepan dan dua dibelakang, sehingga setiap serangan beruntun yang dilancarkan oleh bayangan-bayangan Blorong mampu diatasinya, tapi Rara Jingga juga menyadari tak selamanya dirinya harus menghindar dan menepis serangan lawannya, dia harus segera mengatasi serangan lawannya kalau tak ingin t
Blepp..!Tepat disaat selendang jingga itu menghantam tubuh Blorong. Sosok Blorong tiba-tiba saja menghilang dari pandangan hingga selendang Rara Jingga hanya menghantam tempat kosong. Melihat hal itu, Rara Jingga segera menarik kembali selendangnya.“Ilmu halimun” batin Rara Jingga mengenali jurus lawannya, menyadari lawan menggunakan ilmu halimun, Rara Jingga kembali menyampirkan selendang jingganya di pinggang. setelah itu, Rara Jingga kembali mengedarkan pandangannya yang tajam dengan ajian mata naganya.Blepp..!Tiba-tiba saja sosok Blorong sudah muncul dibelakang Rara Jingga dan langsung melancarkan serangan dahsyatnya kepada Rara Jingga.Plaakkk!Tapi Rara Jingga bergerak cepat memapaki serangan tersebut.Blepp..!Lagi-lagi sosok Blorong menghilang dari pandangan.Blepp..!Dan tau-tau sudah kembali muncul dari arah sebelah kiri Rara Jingga seraya kembali melancarkan se
Graauuummm !Rara Jingga yang melihat hal itu tampak tak gentar sedikitpun, karena sepertinya Rara Jingga memang sudah mengetahui tentang ksatria-ksatria istana alam lelembut yang memiliki kemampuan berubah wujud.Rara Jingga membuka kuda-kuda dan kemudian memainkan jurus dengan kedua tangan membentuk cakar. Angin yang berhembus ditempat itu secara perlahan mulai bertiup kencang. Bahkan secara perlahan angin yang berhembus terlihat mengikuti gerakan kedua tangan Rara Jingga.Angin yang sejak tadi terlihat mengikuti gerakan Rara Jingga, kini tampak membentuk sebuah bayangan yang semakin lama semakin terlihat jelas, bayangan seekor naga raksasa. Jurus ‘Naga Angin’, salah satu dari 5 jurus Naga Penakluk telah dikerahkan oleh Rara Jingga.Rara Jingga tampak menghentikan gerakannya saat bentuk naga raksasa yang tercipta dari angin itu terbentuk sempurna, bayangan Naga Angin tersebut tampak terbang diatas kepala Rara Jingga.
“Harimau Yudha, heeaaa!” Blorong mendorong telapak tangan kanannya kedepan, dari telapak tangan kanan Blorong keluar bayangan seekor harimau berwarna putih. Rupanya Blorong telah mengerahkan pukulan sakti Harimau Yudha.Menghadapi pukulan Harimau Yudha yang dahsyat biasanya sang lawan berusaha menghindar. Tapi Rara Jingga tak gentar. Saat tubuh berselaput ajian maha sakti, kesadaran tak lagi dapat dimiliki sepenuhnya, tubuh dapat bergerak sendiri tanpa kendali, menyerang secara penuh ke lawan yang dituju. Dalam satu tarikan nafas, tiba-tiba tubuh Rara Jingga melesat kedepan, dalam kecepatan laksana kilat tubuh Rara Jingga bergerak penuh tenaga. Kedua tangan yang mengembang telah merubah gerak menjadi jurus yang sangat yang menakutkan.“Gelombang Laut Merah, khaaa..!Rara Jingga berteriak keras seraya mendorong kedua telapak tangannya kedepan, dan ; Weerrr..!Segelombang cahaya merah memancar panjang da
"Huaghh!!"Tapi hampir bersamaan dari mulut keduanya darah kental hitam kemerahan tersembur keluar, Rara Jingga dan Blorong sama-sama jatuh terduduk ditempatnya. Terlihat pakaian yang keduanya kenakan sudah robek disana sini hingga menampilkan tubuh indah keduanya.Blorong terlihat lebih dulu mencoba untuk bangkit lebih dulu dengan lutut goyah, tapi setelah mengumpulkan segenap kekuatannya, Blorong akhirya mampu berdiri dengan kedua kakinya. Blorong terlihat ingin kembali melanjutkan pertarungan mereka dengan menghimpun kekuatan.“Hentikan Nyimas Dewi Anggatri..!” terdengar suara terbata-bata dari Rara Jingga tanpa sanggup mengangkat kepalanya menatap kearah Blorong, ucapan Rara Jingga justru membuat kedua mata Blorong tampak membesar melotot, wajahnya terlihat pucat pasi seperti baru saja melihat sesuatu yang sangat menakutkan. Rara Jingga sendiri tampak secara perlahan mengangkat wajahnya, dapat dilihat bagaimana sekujur wajah jelita Rara Jingga di
MALAM semakin larut, di dalam kamar yang Bintang tempati, terlihat sosok Bintang yang tengah terbaring diatas ranjang. Saat ini Bintang memang tengah menunggu Rara Jingga yang pergi kebawah untuk membawakan makan malam untuk mereka, tapi sampai malam semakin larut, Rara Jingga belum juga muncul membawakannya makanan dan menunggu adalah pekerjaan yang amat membosankan, dan ini pula yang saat ini dirasakan oleh Bintang, dan mungkin karena terlalu mengantuk, membuat Bintang akhirnya terlelap. Bintang tidak tahu telah berapa lama tertidur. Bintang baru tersadar saat tubuh bagian bawahnya terasa geli, perlahan Bintang sedikit membuka matanya dan terlihat seorang wanita berparas cantik sensual sedang bermain di area tubuh bagian bawahnya. Bintang mengenali sosok itu, karena sosok itu tak lain adalah Blorong. Walau heran kenapa dan mengapa Blorong sampai berada dikamarnya, tapi Bintang diam saja pura-pura tertidur.Karena merasa keenakan yang tak tertahankan, tak sadar Bintang menggelinjang
Tok..Tok..Tok!Baru saja memejamkan mata, Rara Jingga sudah kembali membukanya karena mendengar suara ketukan dipintu kamarnya. Dengan perlahan, Rara Jingga segera turun dari atas ranjang peraduannya dan segera berjalan kearah pintu.Kreaakkk!Dengan sangat pelan sekali, Rara Jingga membuka pintu kamarnya dan seketika kedua mata Rara Jingga terbelalak. Orang yang telah mengusik pikirannya kini telah berdiri tepat didepan pintu kamarnya.“Gusti” ucap Rara Jingga pelan melihat sosok Bintang yang berdiri didepan pintunya tanpa mengenakan pakaian bagian atasnya, hingga memperlihatkan dadanya yang bidang dan perutnya yang sixpack.“Rara Jingga” terdengar suara lembut Bintang yang menatapnya dengan tersenyum, perlahan Bintang melangkah masuk, Rara Jingga mundur beberapa langkah, tanpa berbalik Bintang mengunci pintu kamar itu.“Apa kabar Rara Jingga ?” kembali terdengar suara Bintang lembut menyapanya, tapi Rara Jingga tetap diam bagaikan patung yang menatap kearah Bintang yang kini ada dih
Setelah melihat Jejaka Emas memahami maksud perkataannya, Bintang segera melangkah ke arah Maharaja Jin Thathamghi Yam Yal.Berjarak 3 tombak dari Maharaja Jin Thathamghi Yam Yal, Bintang menghentikan langkahnya.“Tidak ada yang kalah juga tidak ada yang menang dalam sebuah peperangan. Lebih baik kita berdamai dan hidup berdampingan Ayah Mertua” ucap Bintang dengan menyebut Maharaja Jin Thathamghi Yam Yal sebagai ayah mertuanya. Tentu saja kenyataan itu tak bisa Bintang pungkiri. Walau bagaimana, Maharaja Jin Thathamghi Yam Yal adalah ayah mertua baginya.Tatapan Maharaja Jin Thathamghi Yam Yal masih terlihat dingin kearahnya, dan terdengar suara beratnya. “Kenapa kau menolak untuk menjadi penguasa dunia, Bintang? Bukankah itu keinginan semua laki-laki didunia ini! Tahta dan Kekuasaan?!”Bintang menggeleng, lalu berkata, “Aku lebih suka kedamaian. Buat apa meraih kekuasaan, kalau hidup selalu tidak tenang” Maharaja Jin Thathamghi Yam Yal terdiam saat mendengar kata-kata Bintang.Binta
Semua terdiam!Sunyi!Tak ada satu suarapun yang terdengar, kecuali desau angin!Sementara itu, keadaan semua orang yang tadinya terpaku, kini sudah bisa bergerak, masing-masing saling menatap satu sama lain, lalu mengedarkan pandangan mereka ke arah sekitar. Apa yang baru saja terjadi, berasa seperti mimpi.Sementara itu, Maharaja Jin Thathamghi Yam Yal pun masih terpaku berdiri ditempatnya, memandangi jari manis tangan kanannya yang sudah kosong, tidak ada lagi Cincin Sulaiman yang biasa terpatri.Di pihak Jejaka Emas, Bintang lebih dulu tersadar dengan keadaan yang terjadi. Masih terlihat keringat dingin di sekujur tubuh Bintang. Rasa sakit yang baru saja dialami oleh Bintang bukan sekedar dalam angan-angan, tapi Bintang benar-benar dapat merasakan bagaimana tubuhnya terhempas dengan keras ke sebuah alam, dimana di alam itu, berbagai macam orang dengan segala macam siksaannya. Bintang benar-benar merasakan kesakitan yang amat sangat yang membuat tubuhnya seperti ditusuk oleh ribuan
“Bangunlah kalian berdua!” kembali suara lembut tapi tegas itu terdengar menyapa keduanya, hampir bersamaan Bintang dan Jejaka Emas memalingkan wajah mereka kearah depan. Wajah keduanya berubah. Berjarak hanya beberapa tombak dihadapan mereka, terlihat sosok seorang laki-laki tua berwajah agung dan teduh. Mengenakan pakaian putih disekujur tubuhnya. Senyumnya terlihat begitu agung dan teduh. Bintang dan Jejaka Emas terkejut, karena tadi, tidak ada seorangpun yang ada ditempat itu selain mereka berdua.Lelaki tua berparas agung itu terlihat duduk diatas sebuah batu putih yang bila diperhatikan dengan seksama. Batu itu tidaklah menyentuh tanah, alias mengapung diudara.“Kemari!” Terdengar suara lembut dan tegas kembali menyapa Bintang dan Jejaka Emas. Walau keduanya tak melihat bibir lelaki tua itu bergerak, tapi Bintang dan Jejaka Emas yakin, kalau lelaki tua itulah yang menyuruh mereka.Lagi-lagi Bintang dan Jejaka Emas diliputi keheranan, karena tubuh mereka tiba-tiba saja bangkit be
Maharaja Jin Thathamghi Yam Yal terlihat geram saat melihat tak satupun dari pihak lawan yang mau bersikap setia kepadanya. “Kalian semua rupanya benar-benar ingin mati, jangan katakan kalau aku tidak memberikan kalian kesempatan...” ucap Maharaja Jin Thathamghi Yam Yal. Lalu Maharaja Jin Thathamghi Yam Yal berpaling kearah seluruh pasukannya yang ada dibelakangnya.“Bunuh mereka semua!”Satu perintah Maharaja Jin Thathamghi Yam Yal sudah cukup untuk membuat pasukannya bergerak kedepan dengan senjata terhunus. Siap untuk membunuh lawan-lawan mereka yang sudah tak berdaya ditempatnya.Mendengar perintah Maharaja Jin Thathamghi Yam Yal, membuat pucat wajah-wajah dari pihak lawannya. Sebagian mengeluarkan keringat dingin membayangkan kematian yang akan segera mendatangi mereka, sementara sebagian lagi tampak mampu bersikap tenang dan sudah siap menerima nasib, karena memang sejak awal pertempuran, mereka sudah siap untuk mati. Ada satu hal yang setidaknya membuat mereka mati dengan tenan
Sementara itu dipihak Maharaja Jin Thathamghi Yam Yal juga ikut bingung melihat kejadian itu, Bintang yang kini tampak tengah diperebutkan oleh ke-4 wanita cantik. Di benak mereka terbersit pikiran, ‘Apa mereka tidak menyadari kalau saat ini tengah berperang’. Hal ini membuat semua orang geleng-geleng kepala melihatnya.Sementara itu, Maharaja Jin Thathamghi Yam Yal terlihat menatap ke arah Bintang dengan tatapan dingin. Lalu Maharaja Jin Thathamghi Yam Yal maju beberapa langkah kedepan. Seketika keadaan riuh ditempat itu langsung berhenti. Hening. Bahkan keributan kecil diantara Bintang dengan ke-4 gadisnya juga ikut terhenti dan kini mereka ikut menatap kearah Maharaja Jin Thathamghi Yam Yal.Tak ada yang bersuara, semua perhatian tertuju langsung ke arah Maharaja Jin Thathamghi Yam Yal.Tiba-tiba saja dari pihak seberang, sesosok tubuh melangkah kehadapan Maharaja Jin Thathamghi Yam Yal. Dia adalah Jejaka Emas. Jejaka Emas memang sangat kesal melihat keberuntungan Bintang yang dike
“Hai! Utusan Dewa. Kami akan menghentikan peperangan ini bila Maharaja Jin Thathamghi Yam Yal sudah terkalahkan, tapi bila tidak. Bahkan Sang Hyang Guru Dewa sendiripun tak akan bisa berbuat apa-apa!” Raja Munaliq Dari Timur memberikan jawaban diiringi anggukan oleh kedua raja jin lainnya, juga para prajurit yang berada dibawah kendali mereka.Apa yang dikatakan oleh Raja Munaliq Dari Timur memang tidak salah. Selama Maharaja Jin Thathamghi Yam Yal tidak bisa dikalahkan, maka kemenangan akan selalu menjadi milik mereka. Bahkan Sang Hyang Guru Dewa sendiripun tak akan bisa berbuat apa-apa.Kini balik Una Lyn yang terlihat terdiam ditempatnya. Jejaka Emas yang melihat hal itu, segera beranjak maju untuk memberikan tanggapannya.Bleegaarrr!Sebuah suara keras ledakan terdengar keras membahana di tempat itu, begitu kerasnya sampai membuat tempat itu bergetar laksana digoncang gempa skala sedang. Ada yang jatuh terduduk karena tak kuat menahan getaran yang terjadi, tapi masih banyak pula y
Una Lyn sendiri terlihat melakukan salto beberapa kali diudara hingga akhirnya berhasil mendarat dengan mulus ditanah, sedangkan Ifrit juga mampu mendaratkan kedua kakinya ditanah, setelah terseret cukup jauh kebelakang. Darah terlihat merembes dimulut keduanya, sebagai tanda luka dalam yang mereka derita.Seakan tak ingin membuat waktu percuma, Una Lyn terlihat langsung mengangkat tangannya yang tengah memegang pedang naga emas keatas.Wusshh..!Bayangan seekor naga emas melesat keluar dari hulu pedang ditangan Una Lyn. Sementara itu di ujung sana, Ifrit pun terlihat tak ingin tinggla diam.Dugghh!Tongkat ditangannya dihentakkan ke tanah.Wusshh..! Wusshh..! Wusshh..!Banyak sosok bayangan hitam yang keluar dari kepala tongkat dan sosok-sosok bayangan hitam itu tampak membentuk wujud-wujud jin yang tak terhitung jumlahnya yang hampir memenuhi langit. Di tempatnya, Una Lyn cukup terkejut melihat pamer kesaktian yang diperlihatkan oleh Ifrit. Ternyata Ifrit mampu mengeluarkan banyak j
Dughh! Seiring dengan itu Ifrit menghentakkan tongkat ditangannya ke bawah.Werrrr...! gelombang energi terpancar keluar dari tubuh Ifrit yang langsung menyapu seluruh tempat itu. Terjadi keanehan! Pemandangan mencengangkan terjadi. Waktu seolah berhenti, bangsa jin yang tengah bertempur satu sama lain, terdiam seperti patung. Semuanya berhenti bergerak, bukan saja yang ada di tanah, tapi juga yang ada diudara ikut berhenti bergerak.Baik bangsa manusia, bangsa jin, maupun para dewa-dewi, bahkan Jejaka Emas pun ikut berdiri mematung ditempatnya berada. Terlihat perubahan diwajah semua orang, termasuk Jejaka Emas yang berusaha sekuat tenaga untuk melepaskan dirinya agar bisa kembali bergerak, tapi sejauh ini hanya gerakan yang sangat lamban yang terlihat. Tak ada yang mampu menggerakan tubuh mereka. Sementara itu, di pihak Ifrit, mereka semua tahu, kalau ini adalah salah satu kemampuan Ifrit yang bisa menghentikan waktu.Di depan sana, terlihat Ifrit tersenyum sinis melihat ke arah Jej
Jejaka Emas tak memberi kesempatan sedikitpun bagi Ifrit untuk menghela nafas. Serangan gelang dewanya terus menghantam sosok Ifrit.Sosok Ifrit yang melayang diatas tanah, terus terdesak mundur. Entah sudah belasan ataupun berpuluh-puluh kali serangan gelang dewa menghantam sosoknya, tapi walaupun terdesak. Ifrit sedikitpun tidak terlihat terluka.Jejaka Emas yang melihat hal itu, harus mengakui kekuatan dan kekebalan tubuh Ifrit, tapi anehnya seraya terus melesatkan serangan gelang-gelang dewanya, Jejaka Emas justru tertawa-tawa. Hal ini dikarenakan sosok Ifrit yang terkena serangan beruntun gelang dewanya dari berbagai arah, membuat tubuh Ifrit yang melayang diudara itu tampak terdorong ke kanan, ke kiri, ke belakang dan kedepan, Ifrit seperti tengah berjoget atau bergoyang dangdut. Hal ini pula yang membuat Jejaka Emas kemudian tertawa tergelak-gelak. Bangsa Jin yang ada ditempat itupun bingung dan heran, kenapa Jejaka Emas bertarung sambil tergelak-gelak sendiri.Ifrit terus dig