BLAMBANG SEWU...!
Sebuah kerajaan besar yang wilayah kekuasaannya cukup luas. Saat ini, di Jawa Dwipa hanya Setyo Kencana yang bisa menandingi kebesaran nama Blambang Sewu. Di rajai oleh seorang Gusti Prabu Blambang Sewu II yang baru saja naik tahta setelah Gusti Prabu sebelumnya tewas karena bertarung dengan Ksatria Pengembara. Untuk mengetahui tentang tewasnya Gusti Prabu Blambang Sewu dalam pertarungan menghadapi Ksatria Pengembara, baca chapter 78 (Aura Iblis).
Setelah kekalahan dalam perang besar yang dipimpin oleh Blambang Sewu dan para sekutunya untuk meruntuhkan kebesaran nama Setyo Kencana, ditambah dengan tewasnya Gusti Prabu Blambang Sewu, hal ini menimbulkan rasa dendam yang amat sangat bagi orang-orang Blambang Sewu kepada Setyo Kencana, diam-diam Blambang Sewu mulai kembali menggalang kekuatan dengan meminta bantuan kerajaan-kerajaan negara tetangga untuk menambah kekuatan tempur mereka. Hal inilah yang dilakukan oleh Gusti Prabu
Sementara itu disebelah barat kotaraja, terlihat istana Blambang Sewu yang megah dan indah, pintu gerbang yang sangat besar dan kokoh terlihat dijaga dengan sangat ketat oleh para prajurit, siapapun yang keluar masuk istana harus melalui pemeriksaan. Di dalam istana, juga terlihat barisan prajurit yang berjaga disetiap sudut ruangan. Salah satunya adalah ruangan aula kerajaan, dimana saat ini Gusti Prabu Blambang Sewu tengah memimpin rapat dengan para pejabat kerajaan Blambang Sewu. Terlihat sosok Gusti Prabu Blambang Sewu yang gagah perkasa tengah duduk disinggasana kebesarannya. Seorang laki-laki berperawakan keras, gagah perkasa, dengan kumis tipis menghiasi wajahnya, tidak mengenakan pakaian dibagian atasnya, hanya celana dan hiasan-hiasan mewah seperti layaknya seorang raja, dengan mahkota emas dikepalanya, dia adalah Gusti Prabu Blambang Sewu yang baru, pengganti Gusti Prabu Blambang Sewu sebelumnya yang telah tewas.Di sebelah singgasana Gusti Prabu Blambang Sewu, tamp
Saat pertemuan itu sedang berlangsung, tiba-tiba saja seorang prajurit datang menghadap.“Sembah hormat saya, Gusti Prabu” ucap prajurit itu lagi dihadapan, Gusti Prabu Blambang Sewu dan yang lain.“Ada apa?!”“Rombongan Kesultanan Malaka telah tiba di dermaga pelabuhan, Gusti Prabu” ucap prajurit itu lagi hingga membuat wajah Gusti Prabu Blambang Sewu dan orang-orang yang ada ditempat itu langsung berubah.“Jonggrang, segera persiapkan penyambutan untuk mereka.”“Baik Gusti Prabu”-o0o-Prajurit Blambang Sewu bergerak cepat, disepanjang jalan kotaraja berdiri ratusan orang prajurit Blambang Sewu dengan rapi hingga sampai dermaga pelabuhan, hal ini tentu saja menjadi tanda tanya bagi para penduduk ibukota, mereka menduga ada tamu penting yang datang dari arah dermaga. Hal ini dapat dilihat dari cara penyambutan yang dilakukan oleh Blambang Sewu. Hal ini pula yang kem
MALAM ITU. Rembulan sedikit bersinar redup, karena memang malam itu bulan hanya tampak berbentuk bulan sabit, tapi keremangan malam itu tak menghalangi segala aktifitas keramaian yang terjadi di ibukota raja Blambang Sewu, semakin malam jalanan kotaraja mulai sepi melenggang, hanya beberapa saja tampak aktifitas yang masih terjadi, beberapa rombongan prajurit tampak masih berlalu lalang melakukan ronda.Sesosok yang mengenakan pakaian serba putih dengan kerudung putih dikepalanya tampak melangkah dijalan ibukota ditengah malam, dibelakangnya, tampak pula sosok seorang laki-laki muda tampan yang sepertinya tengah mengawalnya.Beberapa kali berpapasan dengan para prajurit yang tengah meronda yang terlihat langsung menjura hormat kepadanya. Sesekali raut wajah jelitanya yang putih terlihat dari balik kerudung putih yang dikenakannya karena terangkat oleh tiupan angin, sosok tersebut kita kenali sebagai Syima Parameswari.Syima Parameswari tampak tengah melangkah me
Begitu tiba didermaga, Syima Parameswari terlihat langsung menuju kearah kapal mereka yang masih bersandar didermaga, prajurit yang menjaga kapal terlihat langsung menjura hormat begitu melihat kedatangan Syima Parameswari. Syima Parameswari sendiri hanya menganggukkan kepalanya dan terus melangkah naik ke kapal. Di atas kapal Syima Parameswari menghentikan langkahnya dan berbalik kearah belakang dimana Panglima Hang Embara tampak sudah berdiri berjarak 4 langkah dibelakangnya.“Tuan panglima tunggu disini, hamba akan mengambil beberapa keperluan dikamar” ucap Syima Parameswari. Panglima Hang Embara hanya tampak mengangguk tersenyum. Syima Parameswari segera meninggalkan Panglima Hang Embara yang masih berdiri gagah ditempatnya, memperhatikannya dari kejauhan hingga sosok Syima Parameswari menghilang dari pandangannya.Syima Parameswari sendiri tampak langsung memasuki lorong kapal mewah tersebut, langkahnya langsung menuju ke kamarnya yang ada digeladak te
Sosok berpakaian hitam yang baru saja keluar dari kamar mewah yang berada tak jauh dari kamar Syima Parameswari tampak menghentikan langkahnya, sosoknya berpaling kearah dimana Syima Parameswari berdiri, kedua mata sosok berpakaian hitam ini tampak membesar saat melihat dirinya tengah dipergoki oleh sesosok wanita berpakaian dan ber kerudung putih.“SIA..?!!” baru saja Syima Parameswari ingin bertanya dengan keras, tiba-tiba saja kedua mata Syima Parameswari sudah membelalak kaget, karena tiba-tiba saja sosok yang tadinya berada diujung pandangannya kini telah berada tepat dihadapannya. Dan belum lagi Syima Parameswari ingin berucap, tiba-tiba saja sosok berpakaian hitam yang juga menutupi wajahnya dengan kain hitam itu langsung memepet dirinya dengan langsung membekap mulutnya.“Jangan berteriak nona, aku bukan orang jahat!” ucap sosok berpakaian hitam itu lagi kepada Syima Parameswari yang kini sudah berdiri merapat ke dinding kapal, karena te
“Benar, tapi saya tidak menculik nona. Saya hanya membawa nona kemari” jelas Bintang seraya berjongkok dihadapan Syima Parameswari.“Kalau Tuan tidak menculik hamba, kenapa Tuan bawa hamba kemari?”“Maaf, saya terpaksa membawa nona kemari, tapi nanti saya akan kembalikan nona”“Kenapa tidak sekarang je?”“Kita makan dulu, perut nona pasti lapar setelah semalaman tidak makan” ucap Bintang seraya menyodorkan sebuah bungkusan kearah Syima Parameswari. Syima Parameswari menatap bungkusan yang kini telah disorongkan padanya.“Tidak, terima kasih” ucap Syima Parameswari menolaknya, tapi baru saja berucap seperti itu, tiba-tiba saja perut Syima Parameswari mengeluarkan suara keruyukan yang menandakan kalau dirinya memang tengah lapar, hal ini membuat wajah Syima Parameswari karena malu.“Makan saja nona... Tidak ada apapun yang nona harus khawatirkan dalam bun
“Begini saja, saya akan memakan terlebih dahulu untuk meyakinkan nona kalau tidak ada apa-apa dinasi bungkus ini” ucap Bintang seraya membuka bungkusan ditangannya. Kini terlihatlah bagaimana kepulan nasi panas dengan ayam panggang dan sambel rawit yang sangat menggoda diatasnya.Glek...Syima Parameswari sampai meneguk ludah melihat pemandangan menggiur dihadapannya.Di hadapan Syima Parameswari Bintang kemudian membersihkan tangannya dengan air danau jernih yang ada didekatnya, lalu Bintang menjumput sedikit nasi bungkus yang dibawanya dan dimakannya. Semua menjadi perhatian Syima Parameswari yang lagi-lagi meneguk ludahnya.“Tidak ada apa-apakan?” kata Bintang tersenyum kearah Syima Parameswari setelah beberapa kali menyuap nasi ditangannya. “Mari, silahkan dimakan nona” ucap Bintang menyodorkan nasi bungkus ditangannye karah Syima Parameswari. Karena memang perutnya yang sudah lapar, ma
“Dari sikap dan perawakannya, sepertinya Tuan hamba ini memang bukan orang jahat” batin Syima Parameswari seraya terus memperhatikan sosok Bintang yang terlihat begitu sopan dan sangat menghormatinya dengan tidak memandanginya selagi makan.“Sudah Tuan” ucap Syima Parameswari setelah menyelesaikan makannya, Bintang pun segera berbalik dan kemudian tersenyum melihat nasi bungkus itu ludes hingga tak tersisa sedikitpun.“Baiklah... seperti kata saya tadi, sekarang saya akan mengantarkan nona kembali ke istana Blambang Sewu” ucap Bintang lagi, tapi entah kenapa ada perasaan berat dihati Syima Parameswari mendengar hal itu, tapi akhirnya Syima Parameswari mengangguk juga.“Apakah jauh jalannya Tuan hamba?”“Ya lumayan jauh.. Jika kita berjalan kaki, mungkin 2 hari baru sampai, tapi bila menggunakan kuda tunggangan, paling lama nanti malam kita sudah sampai” ucap Bintang. “Jadi nona