“Dari sikap dan perawakannya, sepertinya Tuan hamba ini memang bukan orang jahat” batin Syima Parameswari seraya terus memperhatikan sosok Bintang yang terlihat begitu sopan dan sangat menghormatinya dengan tidak memandanginya selagi makan.
“Sudah Tuan” ucap Syima Parameswari setelah menyelesaikan makannya, Bintang pun segera berbalik dan kemudian tersenyum melihat nasi bungkus itu ludes hingga tak tersisa sedikitpun.
“Baiklah... seperti kata saya tadi, sekarang saya akan mengantarkan nona kembali ke istana Blambang Sewu” ucap Bintang lagi, tapi entah kenapa ada perasaan berat dihati Syima Parameswari mendengar hal itu, tapi akhirnya Syima Parameswari mengangguk juga.
“Apakah jauh jalannya Tuan hamba?”
“Ya lumayan jauh.. Jika kita berjalan kaki, mungkin 2 hari baru sampai, tapi bila menggunakan kuda tunggangan, paling lama nanti malam kita sudah sampai” ucap Bintang. “Jadi nona
“Nona” terdengar suara pelan Bintang menyadarkan Syima Parameswari dari lamunannya.“Oh.. eh iya Tuan hamba”“Jika boleh, saya ingin tau nama nona?” tanya Bintang.“Nama hamba, Syima Parameswari” ucap Syima Parameswari tersenyum.“Nona Syima”“Panggil saja Syima Tuan hamba”“Syima... nama yang indah sekali” puji Bintang hingga kembali membuat Syima Parameswari tersenyum.“Nama Tuan hamba sendiri siapa?”“Nama saya Bintang”“Bintang ?!”“Kenapa, apakah ada yang aneh Syima?”“Oh tidak Tuan hamba, tidak ada yang aneh” ucap Syima Parameswari tersenyum.“Bolehkah saya bertanya sesuatu yang sangat pribadi?”“Tanyakan saja Tuan hamba”“Apakah Syima seorang putri raja?”“Oh tidak Tuan hamba, a
“Biar akrab... Syima boleh panggil Tuan hamba dengan sebutan Abang”“Silahkan saja Syima”“Abang mengenal Islam darimana?”Bintang pun lalu menceritakan tentang perjalanan pengembaraannya hingga akhirnya mengenal Islam dan memeluknya sebagai agamanya. Di belakang, wajah Syima Parameswari terus berubah mendengar cerita Bintang.“Wah.. sudah jauh juga ya perjalanan Abang”“Ya begitulah”“Sebenarnya Syima iri sama abang?”“Iri.. iri kenapa?”“Sejak kecil Syima bercita-cita ingin jalan-jalan keliling dunia, tapi apalah daya, Syima hanyalah seorang perempuan lemah yang tak mungkin melakukannya sendiri” ucap Syima Parameswari menarik nafas berat.“Asalkan ada niat dan kemauan, Abang yakin Syima pasti bisa mewujudkan itu” ucap Bintang lagi hingga membuat Syima Parameswari tersenyum kecut.“Rasanya tidak
“Jika Abang mengatakan sesuatu yang sangat rahasia, apakah Syima bisa menjaga rahasia itu?”“Insyaallah Syima bisa menjaga amanah Abang”“Abang berasal dari Setyo Kencana... Setyo Kencana adalah rival bagi Blambang Sewu. Di mana beberapa waktu yang lalu telah terjadi peperangan diantara kedua kerajaan” jelas Bintang seraya berhenti sejenak. Syima Parameswari terkejut dan mulai tertarik mendengarnya. Ini terbukti dengan ucapannya ;“Terus abang?”“Abang datang ke Blambang Sewu sebenarnya untuk menyelidiki tentang masalah ini Syima, Setyo Kencana mendengar kabar kalau Blambang Sewu tengah meminta bantuan dari negeri-negeri tetangga untuk menggalang kekuatan.” jelas Bintang panjang lebar kepada Syima Parameswari yang terlihat mendengarkannya dengan penuh perhatian. “Itulah kenapa malam itu Abang berada di kapal Syima dan akhirnya bertemu dengan Syima” ucap Bintang menga
“Jangan pulang dulu Abang, bawa Syima jalan-jalan dulu sampai puas” ucap Syima Parameswari seraya semakin memeluk erat tubuh Bintang dari belakang, tak ada rasa malu dan canggung lagi dihati Syima Parameswari untuk memeluk Bintang dengan erat.“Kalau begitu Syima harus bisa menikmati perjalanan kita... Lihat disana pemandangannya bagus” ucap Bintang menunjuk kesuatu arah. Syima Parameswari memberanikan dirinya untuk menatap kearah jauh, ternyata benar, dari atas pemandangan memang sangat indah. “Jangan takut Syima, Abang takkan membiarkan Syima jatuh” ucap Bintang lagi tersenyum. Syima Parameswari ikut tersenyum. Kini Syima Parameswari benar-benar yakin dan percaya kepada Bintang sepenuhnya.Seharian Bintang membawa Syima Parameswari terbang menikmati indahnya pemandangan dari atas awan, sesekali Bintang mengajaknya turun bila melihat tempat yang sangat indah dimana bahkan Syima Parameswari meminta
Senja itu, Syima Parameswari mengajak Bintang untuk turun disebuah bukit dimana dari atas bukit itu, matahari yang mau terbenam terlihat begitu dekat dan besar, Syima Parameswari ingin menunaikan ibadah sholat magrib berjemaah bersama Bintang, dengan tersenyum Bintang pun akhirnya menyanggupinya. Entah kenapa hati Syima Parameswari bahagia sekali setiap kali Bintang menjadi imam sholatnya.“Kita pulang sekarang?” ucap BintangSyima Parameswari terlihat terdiam sejenak seraya menatap kearah langit malam, dimana bulan dan bintang-bintang tampak bertaburan dengan indah malam itu.“Tapi ajak Syima melihat keindahan malam dulu ya Abang” pinta Syima Parameswari. Bintang lagi-lagi tersenyum dan mengangguk.Dalam sekejap saja, sembrani sudah kembali melesat keudara, dan semakin terperangahlah Syima Parameswari melihat keindahan malam itu dari atas awan, sungguh indah sekali sampai Syima Parameswari tak mamp
Malam itu, Bintang mengurungkan niatnya untuk mengantarkan Syima Parameswari kembali ke Blambang Sewu, dikarenakan Syima Parameswari yang tertidur dipunggungnya, akhirnya Bintang memerintahkan sembrani untuk turun disebuah hutan tak jauh dari Blambang Sewu, Bintang berniat esok pagi-pagi baru akan mengantarkan Syima Parameswari kembali ke Blambang Sewu, melihat lelapnya Syima Parameswari tertidur, Bintang menjadi tak tega untuk membangunkannya.“Mungkin dia lelah setelah seharian berjalan-jalan” batin Bintang lagi seraya menurunkan dengan sangat perlahan sosok Syima Parameswari dari punggung kudanya. Bintang memondong dengan tangannya dan meminta sembrani untuk pergi dari tempat itu untuk beristirahat.Bintang mencari sebatang pohon besar untuk dijadikan tempat sandaran, setelah mendapatkannya Bintang pun segera meletakkan sosok Syima Parameswari tidur bersandar dipohon tersebut, Bintang sendiri segera m
Sebuah teriakan keras membahana terdengar ditempat itu, dan ;Serrr...Disusul dengan satu bayangan berkelebat cepat dihadapan kuda yang ditunggangi Bintang, berjarak beberapa tombak dihadapannya tampak berdiri gagah seorang laki-laki dengan pakaian khas seorang pendekar melayu berwarna kuning dan mengenakan Kliwir dikepalanya, sebilah keris tampak tersampir dipinggang belakangnya.Serrr...! Serrr...! Serrr...!Tiga bayangan ikut muncul disebelah kiri, kanan dan belakang kuda yang ditunggangi Bintang bersama Syima Parameswari. Bila Bintang terlihat begitu tenang diatas kudanya, berbeda dengan Syima Parameswari yang sangat terkejut melihat ke-4 sosok yang telah mengepung mereka.“Panglima Hang Ammar!, Panglima Hang Azim!, Panglima Hang Adly!, Panglima Hang Embara!” ucap Syima Parameswari menyebutkan nama ke-4 lelaki gagah yang telah mengepung mereka. Ternyata ke-4nya adalah panglima Kesultanan Malaka.“P
“Oh iya, maaf... Syima tidak apa-apa dan ini bermaksud untuk pulang kembali ke kotaraja”“Mari turun putri, biar kami mengawal putri pulang ke kotaraja” ucap Panglima Hang Embara lagi.Syima Parameswari tampak menatap kearah Bintang seakan ingin meminta pendapat Bintang, tapi Bintang justru hanya tersenyum dan menganggukkan kepalanya saja. Bintang turun lebih dulu, lalu membantu Syima Parameswari untuk turun dari atas punggung sembrani. Sementara itu ketiga panglima yang tadi mengepung mereka, tampak sudah mulai bergerak berkumpul didepan.“Ayo Putri Syima”Dengan berat hati seraya terus memandang kearah Bintang, Syima Parameswari akhirnya melangkah meninggalkan Bintang menuju ke-4 panglima.Berbeda dengan Bintang, sebagai seorang pendekar pilih tanding dan memiliki indra yang sangat tajam, Bintang dapat merasakan aura membunuh yang dimiliki oleh ke-4 panglima Kesultanan