Bintang sendiri kini terlihat sudah mengambil duduk disebuah batu besar yang ada didekat situ.
“Mari silahkan duduk” ucap Bintang mempersilahkan keduanya juga untuk duduk dibatu-batu yang ada disekitar situ, kedua murid Mahaguru Ummi Ayu pun segera mencari tempat duduk yang ada dihadapan Bintang.
“Kalian ini kesasar atau memang sengaja datang ke wilayah ini, atau apa?” tanya Bintang kemudian.
Lagi-lagi kedua murid Mahaguru Ummi Ayu ini saling pandang satu sama lain.
“Kami diutus oleh Mahaguru Ummi Ayu untuk mengundang Tuan pendekar ke Padepokan Dharma Semesta” ucap Ayu Qilla lebih dulu membuka suara.
“Ada hajat apakah kira-kira?”
“Mahaguru Ummi Ayu akan mengadakan acara perayaan hari lahir Padepokan Dharma Semesta.” ucap Ayu Mayrissa menjawab pertanyaan Bintang.
“Mahaguru Ummi Ayu sangat berharap Tuan pendekar bisa datang” ucap Ayu Mayrissa
<Sementara itu diluar, hujan mulai turun dengan derasnya, seiring dengan semakin kuatnya tangis yang terdengar dari dalam kamar Syima Parameswari. Untunglah gemerisik hujan diluar membuat suara tangisan itu tidak terdengar sampai keluar.Tanpa Syima Parameswari sadari, seberkas cahaya terlihat memasuki jendela kamar itu dan kini cahaya itu sudah terbang berputar-putar dihadapan Syima Parameswari yang masih tak menyadari hal itu.Isak tangis itu terus terdengar semakin menyayat hati. Hingga ;“Syima” sebuah suara lembut membuat tangisan Syima Parameswari terhenti, tapi Syima Parameswari tetap tak mengangkat wajahnya seakan merasa kalau suara lembut yang baru saja didengarnya itu hanyalah ilusi angannya saja.“Syima...!” untuk kedua kalinya Syima Parameswari mendengar namanya disebut. Kali ini Syima Parameswari langsung mengangkat wajahnya yang bersimpuh dilantai. Kedua mata indah Syima Parameswari terlihat membesar saat melihat sepas
“Bagus dong... Syima pasti sudah rindu dengan kampung halaman”“Syima kira... tidak akan bisa bertemu Abang lagi sebelum Syima pulang” ucap Syima Parameswari dengan tertunduk sedih. Bintang tersenyum kembali mendengar dan melihat hal itu.Dengan lembut Bintang mengulurkan tangannya untuk menyentuh dagunya yang lembut seolah tidak ada tulang di dagunya itu dan mengangkatnya kembali hingga keduanya kembali saling menatap.“Maaf... Abang baru sempat menemui Syima, Abang merasa tidak enak atas apa yang terakhir terjadi kemarin” ucap Bintang. “Abang tidak bermaksud membohongi Syima dengan menyembunyikan jati diri Abang” sambung Bintang lagi.“Iya, Syima mengerti Abang, tapi Syima tak perduli siapa jati diri Abang... urusan Abang sama Blambang Sewu, bukan sama Syima pribadi”“Iya.. Terima kasih atas pengertian Syima sama Abang.. kenapa Syima ingin bertemu abang? apa Syima
“Bolehkah Syima bertanya sesuatu yang sangat pribadi sama Abang”“Tanyakan saja Syima, pasti Abang akan menjawabnya”“Syima tau, waktu perjumpaan kita belum lama... tapi adakah sedikit saja dari hati Abang... ada perasaan suka sama Syima?” tanya Syima Parameswari dengan sedikit berani, Syima Parameswari merasa tak perlu lagi untuk menahan perasaannya, karena malam ini adalah malam terakhir baginya bisa bersua dan bersama Bintang. Dia harus tau bagaimana perasaan Bintang kepadanya agar tidak ada penyesalan dikemudian hari kelak bagi dirinya.Sementara Bintang tampak menatap Syima Parameswari dengan tatapan yang penuh arti.“Kau cantik Syima... Abang yakin, semua lelaki yang pernah bertemu dengan Syima, pasti menyukai Syima”“Syima tak menanyakan orang lain Abang... Syima hanya menanyakan sama Abang, tentang perasaan Abang sama Syima”“Apakah itu penting Syima? bukan
SIANG itu matahari bersinar dengan sangat panasnya, begitu terasa dikulit. Hal ini membuat banyak orang-orang lebih memilih untuk berteduh atau beristirahat dari teriknya sinar matahari siang itu.Di sebuah air terjun...Pyarr ... !Air danau tersibak disusulnya dengan munculnya satu sosok kepala. Sosok itu adalah sosok seorang perempuan cantik dengan rambut yang basah tergerai, rupanya sosok perempuan cantik itu baru saja menyelam kedasar danau air terjun tersebut. Di iringi dengan napas terengah-engah. Raut wajahnya cantik alami, jernihnya air membuat kita dapat melihat kalau sosok perempuan yang tengah mandi didanau air terjun tersebut tidak mengenakan sehelai benangpun ditubuhnya alias telanjang, sehingga dapat terlihat dengan jelas tubuh indah yang terpampang jelas dibalik air danau yang jernih itu.Apalagi terkadang perempuan cantik itu naik keatas sebuah gugusan batu dan duduk dengan santai diatasnya, menenggelamkan kedua kakinya kedalam air hingga
“Tuan pendekar.” ucap Ayu Qilla seraya bangkit berdiri melihat kedatangan Bintang lalu menjura hormat dengan menundukkan kepala dan meletakkan satu tangannya didepan dada.“Ini kubawakan nasi bungkus untuk kalian... Pasti kalian lapar” ucap Bintang seraya menyerahkan dua nasi bungkus ditangannya kepada Ayu Qilla.“Tapi Mayrissa tidak ada disini tuan.”“Ayu Mayrissa, maksudmu Ayu Qilla?”“Iya tuan, tapi tuan bisa memanggil saya Qilla saja, kata ayu disetiap nama kami merupakan tambahan dari semua murid-murid Padepokan Dharma Semesta” ucap Ayu Qilla menjelaskan hingga kini Bintang mengerti.“Jadi begitu rupanya.” ucap Bintang mengerti. “Lalu dimana Mayrissa?” sambung Bintang lagi“Mayrissa sedang pergi ke Blambang Sewu tuan”“Blambang Sewu?! ada urusan apa?” tanya Bintang terkejut.“Katanya ingin men
“Mahaguru bilang, lelaki hanya bisa bikin ribet dan sakit kepala... Jadi kita boleh mengambil kehangatannya bila dibutuhkan, setelah itu kita tinggalkan!” ucap Ayu Qilla dengan mantap, Bintang sampai bengong mendengar hal itu.“Jadi sudah berapa kali kau melakukan itu Qilla?” pancing Bintang.“3 kali.””3 kali, bagaimana rasanya?”“Yang pertama rasanya sangat menyakitkan, sedangkan yang ke-2 dan ke-3, rasanya biasa saja, tak ada yang istimewa.” ucap Ayu Qilla tanpa ditutup-tutupi.Bintang hanya tersenyum mendengarnya, walau dibenaknya Bintang geleng-geleng kepala. “Polos banget nih anak.” pikir Bintang.Pembicaraan keduanya berlangsung hingga tengah malam, hingga akhirnya Bintang menyuruh Ayu Qilla untuk beristirahat, sedangkan Bintang sendiri mengambil sikap tapa semadi, Ayu Qilla yang membaringkan tubuhnya tak jauh dari Bintang, dimana api unggun tampak menyala terang
“Lalu, apa mau kalian?!”“KEKASIHMU ITU HARUS MENJADI TUMBAL DITEMPAT INI”“Takkan kubiarkan hal itu terjadi.”“KALAU BEGITU, KAUPUN AKAN KAMI JADIKAN TUMBAL TEMPAT INI!”“Lakukan saja kalau kalian mampu!”Wuusshh... Wuusshh... Wuusshh...!!!Tanpa basa basi, ke-4 mahluk lelembut air ini langsung melesat kearah Bintang.Seerrr...!Bintangpun tak mau hanya menunggu menerima serangan, maka sosok Bintangpun berkelebat kearah depan, dengan ilmu peringan tubuh yang sudah sempurna, Bintang melesat diatas air.Dhuar...! Dhuar...! Dhuar...!Ledakan keras dan beruntun terjadi didanau tersebut hingga membuat air danau itu muncrat kemana-mana. Selanjutnya pertarungan diantara Bintang menghadapi ke-4 mahluk lelembut air itupun terjadi.Pertarungan yang membuat Ayu Qilla yang melihatnya menjadi terperangah, bagaimana tidak, pertarungan itu terjadi diatas air. Ha
Wuusshh...! Wuusshh...!Bintang melepaskan pukulan jarak jauhnya kearah ke-4 mahluk lelembut air, ke-4 mahluk lelembut air tampak sangat terkejut melihat lawan merekapun mampu mengejar mereka hingga ke dasar danau, tapi terlambat bagi ke-4 mahluk lelembut air itu menghindari pukulan jarak jauh Bintang.Dhuar! Dhuar! Dhuar! Dhuar!Sosok ke-4 mahluk lelembut air langsung hancur terkena pukulan jarak jauh Bintang, Bintang sendiri langsung menyambar sosok Ayu Qilla dan melesat kembali keatas. Bintang menyadari kalau ke-4 mahluk lelembut air itu belum tewas dan pasti akan kembali kewujudnya semula seperti yang telah terjadi sebelum-sebelumnya.Dugaan Bintang memang tidak salah, dalam sekejap saja, sosok ke-4 mahluk lelembut air yang tadi hancur langsung menjelma kembali ke wujud semula. Melihat buruan mereka lepas, ke-4 mahluk lelembut air langsung melesat dengan cepat mengejar.Pyarrr ... plassh ... !Dari dalam danau, melenting keluar sosok Bin
Setelah melihat Jejaka Emas memahami maksud perkataannya, Bintang segera melangkah ke arah Maharaja Jin Thathamghi Yam Yal.Berjarak 3 tombak dari Maharaja Jin Thathamghi Yam Yal, Bintang menghentikan langkahnya.“Tidak ada yang kalah juga tidak ada yang menang dalam sebuah peperangan. Lebih baik kita berdamai dan hidup berdampingan Ayah Mertua” ucap Bintang dengan menyebut Maharaja Jin Thathamghi Yam Yal sebagai ayah mertuanya. Tentu saja kenyataan itu tak bisa Bintang pungkiri. Walau bagaimana, Maharaja Jin Thathamghi Yam Yal adalah ayah mertua baginya.Tatapan Maharaja Jin Thathamghi Yam Yal masih terlihat dingin kearahnya, dan terdengar suara beratnya. “Kenapa kau menolak untuk menjadi penguasa dunia, Bintang? Bukankah itu keinginan semua laki-laki didunia ini! Tahta dan Kekuasaan?!”Bintang menggeleng, lalu berkata, “Aku lebih suka kedamaian. Buat apa meraih kekuasaan, kalau hidup selalu tidak tenang” Maharaja Jin Thathamghi Yam Yal terdiam saat mendengar kata-kata Bintang.Binta
Semua terdiam!Sunyi!Tak ada satu suarapun yang terdengar, kecuali desau angin!Sementara itu, keadaan semua orang yang tadinya terpaku, kini sudah bisa bergerak, masing-masing saling menatap satu sama lain, lalu mengedarkan pandangan mereka ke arah sekitar. Apa yang baru saja terjadi, berasa seperti mimpi.Sementara itu, Maharaja Jin Thathamghi Yam Yal pun masih terpaku berdiri ditempatnya, memandangi jari manis tangan kanannya yang sudah kosong, tidak ada lagi Cincin Sulaiman yang biasa terpatri.Di pihak Jejaka Emas, Bintang lebih dulu tersadar dengan keadaan yang terjadi. Masih terlihat keringat dingin di sekujur tubuh Bintang. Rasa sakit yang baru saja dialami oleh Bintang bukan sekedar dalam angan-angan, tapi Bintang benar-benar dapat merasakan bagaimana tubuhnya terhempas dengan keras ke sebuah alam, dimana di alam itu, berbagai macam orang dengan segala macam siksaannya. Bintang benar-benar merasakan kesakitan yang amat sangat yang membuat tubuhnya seperti ditusuk oleh ribuan
“Bangunlah kalian berdua!” kembali suara lembut tapi tegas itu terdengar menyapa keduanya, hampir bersamaan Bintang dan Jejaka Emas memalingkan wajah mereka kearah depan. Wajah keduanya berubah. Berjarak hanya beberapa tombak dihadapan mereka, terlihat sosok seorang laki-laki tua berwajah agung dan teduh. Mengenakan pakaian putih disekujur tubuhnya. Senyumnya terlihat begitu agung dan teduh. Bintang dan Jejaka Emas terkejut, karena tadi, tidak ada seorangpun yang ada ditempat itu selain mereka berdua.Lelaki tua berparas agung itu terlihat duduk diatas sebuah batu putih yang bila diperhatikan dengan seksama. Batu itu tidaklah menyentuh tanah, alias mengapung diudara.“Kemari!” Terdengar suara lembut dan tegas kembali menyapa Bintang dan Jejaka Emas. Walau keduanya tak melihat bibir lelaki tua itu bergerak, tapi Bintang dan Jejaka Emas yakin, kalau lelaki tua itulah yang menyuruh mereka.Lagi-lagi Bintang dan Jejaka Emas diliputi keheranan, karena tubuh mereka tiba-tiba saja bangkit be
Maharaja Jin Thathamghi Yam Yal terlihat geram saat melihat tak satupun dari pihak lawan yang mau bersikap setia kepadanya. “Kalian semua rupanya benar-benar ingin mati, jangan katakan kalau aku tidak memberikan kalian kesempatan...” ucap Maharaja Jin Thathamghi Yam Yal. Lalu Maharaja Jin Thathamghi Yam Yal berpaling kearah seluruh pasukannya yang ada dibelakangnya.“Bunuh mereka semua!”Satu perintah Maharaja Jin Thathamghi Yam Yal sudah cukup untuk membuat pasukannya bergerak kedepan dengan senjata terhunus. Siap untuk membunuh lawan-lawan mereka yang sudah tak berdaya ditempatnya.Mendengar perintah Maharaja Jin Thathamghi Yam Yal, membuat pucat wajah-wajah dari pihak lawannya. Sebagian mengeluarkan keringat dingin membayangkan kematian yang akan segera mendatangi mereka, sementara sebagian lagi tampak mampu bersikap tenang dan sudah siap menerima nasib, karena memang sejak awal pertempuran, mereka sudah siap untuk mati. Ada satu hal yang setidaknya membuat mereka mati dengan tenan
Sementara itu dipihak Maharaja Jin Thathamghi Yam Yal juga ikut bingung melihat kejadian itu, Bintang yang kini tampak tengah diperebutkan oleh ke-4 wanita cantik. Di benak mereka terbersit pikiran, ‘Apa mereka tidak menyadari kalau saat ini tengah berperang’. Hal ini membuat semua orang geleng-geleng kepala melihatnya.Sementara itu, Maharaja Jin Thathamghi Yam Yal terlihat menatap ke arah Bintang dengan tatapan dingin. Lalu Maharaja Jin Thathamghi Yam Yal maju beberapa langkah kedepan. Seketika keadaan riuh ditempat itu langsung berhenti. Hening. Bahkan keributan kecil diantara Bintang dengan ke-4 gadisnya juga ikut terhenti dan kini mereka ikut menatap kearah Maharaja Jin Thathamghi Yam Yal.Tak ada yang bersuara, semua perhatian tertuju langsung ke arah Maharaja Jin Thathamghi Yam Yal.Tiba-tiba saja dari pihak seberang, sesosok tubuh melangkah kehadapan Maharaja Jin Thathamghi Yam Yal. Dia adalah Jejaka Emas. Jejaka Emas memang sangat kesal melihat keberuntungan Bintang yang dike
“Hai! Utusan Dewa. Kami akan menghentikan peperangan ini bila Maharaja Jin Thathamghi Yam Yal sudah terkalahkan, tapi bila tidak. Bahkan Sang Hyang Guru Dewa sendiripun tak akan bisa berbuat apa-apa!” Raja Munaliq Dari Timur memberikan jawaban diiringi anggukan oleh kedua raja jin lainnya, juga para prajurit yang berada dibawah kendali mereka.Apa yang dikatakan oleh Raja Munaliq Dari Timur memang tidak salah. Selama Maharaja Jin Thathamghi Yam Yal tidak bisa dikalahkan, maka kemenangan akan selalu menjadi milik mereka. Bahkan Sang Hyang Guru Dewa sendiripun tak akan bisa berbuat apa-apa.Kini balik Una Lyn yang terlihat terdiam ditempatnya. Jejaka Emas yang melihat hal itu, segera beranjak maju untuk memberikan tanggapannya.Bleegaarrr!Sebuah suara keras ledakan terdengar keras membahana di tempat itu, begitu kerasnya sampai membuat tempat itu bergetar laksana digoncang gempa skala sedang. Ada yang jatuh terduduk karena tak kuat menahan getaran yang terjadi, tapi masih banyak pula y
Una Lyn sendiri terlihat melakukan salto beberapa kali diudara hingga akhirnya berhasil mendarat dengan mulus ditanah, sedangkan Ifrit juga mampu mendaratkan kedua kakinya ditanah, setelah terseret cukup jauh kebelakang. Darah terlihat merembes dimulut keduanya, sebagai tanda luka dalam yang mereka derita.Seakan tak ingin membuat waktu percuma, Una Lyn terlihat langsung mengangkat tangannya yang tengah memegang pedang naga emas keatas.Wusshh..!Bayangan seekor naga emas melesat keluar dari hulu pedang ditangan Una Lyn. Sementara itu di ujung sana, Ifrit pun terlihat tak ingin tinggla diam.Dugghh!Tongkat ditangannya dihentakkan ke tanah.Wusshh..! Wusshh..! Wusshh..!Banyak sosok bayangan hitam yang keluar dari kepala tongkat dan sosok-sosok bayangan hitam itu tampak membentuk wujud-wujud jin yang tak terhitung jumlahnya yang hampir memenuhi langit. Di tempatnya, Una Lyn cukup terkejut melihat pamer kesaktian yang diperlihatkan oleh Ifrit. Ternyata Ifrit mampu mengeluarkan banyak j
Dughh! Seiring dengan itu Ifrit menghentakkan tongkat ditangannya ke bawah.Werrrr...! gelombang energi terpancar keluar dari tubuh Ifrit yang langsung menyapu seluruh tempat itu. Terjadi keanehan! Pemandangan mencengangkan terjadi. Waktu seolah berhenti, bangsa jin yang tengah bertempur satu sama lain, terdiam seperti patung. Semuanya berhenti bergerak, bukan saja yang ada di tanah, tapi juga yang ada diudara ikut berhenti bergerak.Baik bangsa manusia, bangsa jin, maupun para dewa-dewi, bahkan Jejaka Emas pun ikut berdiri mematung ditempatnya berada. Terlihat perubahan diwajah semua orang, termasuk Jejaka Emas yang berusaha sekuat tenaga untuk melepaskan dirinya agar bisa kembali bergerak, tapi sejauh ini hanya gerakan yang sangat lamban yang terlihat. Tak ada yang mampu menggerakan tubuh mereka. Sementara itu, di pihak Ifrit, mereka semua tahu, kalau ini adalah salah satu kemampuan Ifrit yang bisa menghentikan waktu.Di depan sana, terlihat Ifrit tersenyum sinis melihat ke arah Jej
Jejaka Emas tak memberi kesempatan sedikitpun bagi Ifrit untuk menghela nafas. Serangan gelang dewanya terus menghantam sosok Ifrit.Sosok Ifrit yang melayang diatas tanah, terus terdesak mundur. Entah sudah belasan ataupun berpuluh-puluh kali serangan gelang dewa menghantam sosoknya, tapi walaupun terdesak. Ifrit sedikitpun tidak terlihat terluka.Jejaka Emas yang melihat hal itu, harus mengakui kekuatan dan kekebalan tubuh Ifrit, tapi anehnya seraya terus melesatkan serangan gelang-gelang dewanya, Jejaka Emas justru tertawa-tawa. Hal ini dikarenakan sosok Ifrit yang terkena serangan beruntun gelang dewanya dari berbagai arah, membuat tubuh Ifrit yang melayang diudara itu tampak terdorong ke kanan, ke kiri, ke belakang dan kedepan, Ifrit seperti tengah berjoget atau bergoyang dangdut. Hal ini pula yang membuat Jejaka Emas kemudian tertawa tergelak-gelak. Bangsa Jin yang ada ditempat itupun bingung dan heran, kenapa Jejaka Emas bertarung sambil tergelak-gelak sendiri.Ifrit terus dig