“GGRRR.. SIAPA KAU SEBENARNYA ANAK MUDA?!” tanya Raja Macan Putih kepada Bintang yang terlihat hanya tersenyum mendengar pertanyaan Raja Macan Putih.
“GGRRR! KAU JANGAN BERSIKAP TIDAK SOPAN TERHADAP GUSTI YUDHA RAJA MACAN PUTIH!” tiba-tiba saja harimau putih yang ada disebelah Bintang mengeluarkan suara seperti layaknya seorang manusia. Hal ini langsung membuat wajah Raja Macan Putih berubah kaget, bukan karena sosok harimau putih yang menegurnya, melainkan nama yang baru saja didengarnya.
“GU...GUS...GUS...GUSTI YUDHA?!!” ucap Raja Macan Putih dengan suara bergetar. Ditempatnya Bintang lagi-lagi tersenyum, lalu mengangkat telapak tangannya dan mengusap dikeningnya yang ada mutiara naga.
Mata Raja Macan Putih beserta para panglima, patih dan bangsa siluman harimau lainnya terlihat langsung berubah melihat tanda yang muncul dikening Bintang, hanya bangsa lelembut yang bisa melihat tanda dikening Bintang, sedangkan bangsa manusi
Kini terlihatlah semua bangsa siluman harimau sudah kembali ke wujud harimau mereka, sosok Raja Macan Putihpun sudah berwujud harimau dengan bulu berwarna putih kuning keemasan, mengenakan mahkota dikepalanya, sosok harimau Raja Macan Putihpun hampir sama besar dengan Panglima Yudha dan Panglima Shiwa yang ada dikiri dan kanan Bintang.Belum lagi hilang terkejut semua orang, tiba-tiba saja saja, sosok harimau Raja Macan Putih dan para pengikutnya tampak langsung merendahkan diri mereka ketanah, semua seperti tengah menjura hormat kepada Bintang.“MAAFKAN KAMI YANG TIDAK MENGENALI GUSTI YUDHA..!” ucap sosok harimau Raja Macan Putih dengan wajah tertunduk.“Angkat kepalamu Raja Macan Putih” ucap Bintang hingga membuat Raja Macan Putih kini mengangkat wajahnya, tatapan yang biasanya garang kini terlihat sayu menatap kearah Bintang.“Apa kau masih tunduk dibawah perintahku?!” tanya Bintang.“T
Seerr...Sosok Bintang tiba-tiba saja sudah berada dibelakang Mpu Bajil. Mpu Bajil bukannya tidak tau kalau ada sosok Bintang dibelakangnya, tapi Mpu Bajil tak perduli, saat ini yang diperdulikannya hanyalah nyawa istrinya, Nini Rampah yang sudah berada diujung tanduk.Tapp...Bintang tampak merapatkan kedua telapak tangannya didepan dada, sebuah bayangan putih besar muncul diatas kepala Bintang. Rupanya Bintang menggunakan segel dewa kehidupannya bahkan untuk seorang yang pernah memusuhinya.Perlahan Bintang memegang kedua pundak Mpu Bajil dengan kedua tangannya. Mpu Bajil yang merasakan hal itu hanya diam saja, karena Mpu Bajil yakin, orang yang pernah menjadi lawannya itu akan membantunya.Bayangan putih besar yang ada diatas kepala Bintang perlahan turun dan merasuk kedalam kepala Bintang, secara perlahan aura putih itu merayap turun ke kedua tangan Bintang, lalu menjalar kepunggung Mpu Bajil, Mpu Bajil dapat merasakan suatu hawa sejuk
“Oh ya gusti prabu, bagaimana kemarin Raja Macan Putih sangat gentar dan hormat kepada gusti prabu, terutama saat gusti prabu menyapu kening gusti prabu, wajah Raja Macan Putih dan para pengikutnya terlihat pucat ketakutan? padahal saya tidak melihat apa-apa di kening gusti prabu, hanya mutiara merah itu saja”“Saya memiliki rajah yudha dikening saya Gusti Adipati... dan itulah kenapa Raja Macan Putih dan pengikutnya sangat segan dan hormat kepada saya”“Rajah yudha, rajah apa itu gusti prabu?”“Itu adalah rajah yang harus dihormati oleh semua bangsa lelembut Gusti Adipati” jelas Bintang hingga membuat Adipati Sutapati terkagum-kagum mendengarnya.“Darimana gusti prabu mendapatkannya?”“Raja Alam Lelembut yang memberikannya pada saya” ucap Bintang lagi“Raja Alam Lelembut.” ulang Adipati Sutapati dan Tania hampir bersamaan
Gelagah Ireng menyelenggarakan hajatan, tidak besar tapi cukup ramai, karena Adipati Sutapati mengundang seluruh masyarakat Gelagah Ireng untuk menghadirinya. Hajatan berlangsung meriah dan dihadiri oleh seluruh masyarakat Gelagah Ireng. Berbagai hiburan dan makanan yang tumpah ruah dihidang untuk para tamu yang hadir. Dan diantara ratusan orang yang menikmati meriahnya hajatan itu, salah satunya adalah Bintang.Di antara semua yang hadir, yang paling menjadi perhatiannya tentunya adalah sosok Bintang yang menjadi tamu kehormatan malam itu, dan diantara banyak pasang mata yang menatap kearah Bintang, tampak pula sepasang mata yang terus mencuri-curi pandang kearah Bintang, sepasang mata dari seorang gadis berparas jelita. Tania. Sesekali keduanya beradu pandang hingga membuat Tania memalingkan pandangannya dengan wajah bersemu merah. Taniapun tampak tampil cantik dan ayu sekali malam itu, tidak sedikit orang-orang yang juga melirik kearah Tania, hanya saja s
Tania memang sudah merencanakan semua ini. Begitu tau Bintang akan berpamitan, Tania langsung meminta kepada ayahnya untuk mengadakan hajatan selamatan, dan sebelum hajatan itu berakhir, Tania sudah lebih mengundurkan diri dan mempersiapkan semuanya, mendandani dirinya secantik dan seanggun mungkin, mengenakan pakaian yang pastinya sangat menggoda setiap laki-laki yang memandangnya. Gaun yang begitu indah seksi, terutama dibagian belahan dada dan paha yang terlihat dengan jelas karena gaun itu sangat rendah dibagian bawah, dibelahan dada, keindahan, kebusungan gunung kembarnya terlihat jelas membelah digaun tersebut. Tania yakin Bintang pasti akan terkesima dan terpesona melihatnya, dan dugaan Tania terbukti, walaupun sebenarnya bukan Bintang saja yang akan terpesona melihat sosok penampilan Tania yang seksi dan menggoda, tapi semua lelaki pasti akan terkesima dan terpesona bila melihatnya.“Kau... disini Tania?” ucap Bintang dengan terbata-bata.“Iya
Tania membalasnya tak kalah lembut dan penuh gairah, sehingga kini terlihat keduanya saling melumat dengan mesra, Tania semakin menekan leher Bintang yang dipeluknya, sementara Bintang semakin menarik erat tubuh Tania kedalam pelukannya.Suasana yang romantis itu sungguh membangkitkan nafsu birahi. Ciuman keduanya semakin lama semakin bergelora, dua lidah saling berkait diikuti dengan desahan nafas yang semakin memburu. Tangan Bintang yang tadinya memeluk pinggang, mulai menjalar ke pundak. Belahan gaun dibagian dada yang begitu terbuka, membuat mudah bagi tangan Bintang untuk menyibaknya tanpa harus melihat. Sekali sibak saja. Kedua bukit kembar dengan puncaknya yang merah muda itu tersembul dengan sangat indahnya.Sementara itu, tangan Tania juga telah berhasil melepaskan pakaian yang Bintang kenakan. Sehingga kini Bintang hanya menggunakan celananya, sedangkan Tania masih mengenakan gaun indahnya, hanya saja sudah terturun dibagian atas. Bisa dikatakan keadaan kedua
“Kakang... sungguh-sungguh?!”“Tentu saja kakang sungguh-sungguh”“Secepatnya ya kakang.. Tania akan menunggunya”“Iya Tania, akan kakang usahakan secepatnya”Tania kembali memeluk dada Bintang dengan merebahkan kepalanya didada Bintang.“Tania benar-benar tak sabar ingin menjadi istri kakang” ucap Tania dipelukan Bintang. Bintang tersenyum mendengar hal itu seraya membelai-belai lembut rambut Tania yang ada dibawah wajahnya. Tapi tiba-tiba saja Tania mengangkat wajahnya menatap kearahnya.“Tapi bagaimana kalau Tania kangen sama kakang?”“Datang saja ke Setyo Kencana Tania, Setyo Kencana akan selalu terbuka untuk Tania” ucap Bintang tersenyum. Tania ikut tersenyum mendengar hal itu.“Jadi besok kakang kembali ke Setyo Kencana?”“Iya Tania, sudah terlalu lama kakang meninggalkan Setyo Kencan
“Gampang saja... aku hanya memberikan 2 pilihan kepada kalian, harta yang kalian bawa, atau nyawa yang kalian bawa!” ucap laki-laki bermata satu lagi dengan sangar hingga membuat pucat wajah lelaki tua paruh baya yang ada dihadapannya. Lelaki tua paruh baya ini kemudian tampak menatap belasan orang lelaki muda dan tua yang ada dibelakangnya seakan ingin meminta pendapat, tapi para lelaki yang ada dibelakangnyapun tampak sudah pucat pasi tak mampu berkata-kata lagi.“Cepat putuskan, jangan memancing kesabaranku,.” ucap lelaki bermata satu itu lagi dengan bentakan keras. Bentakan keras ini disusul oleh para anak buahnya yang tampak menimang-nimbang golok ditangan mereka, siap melaksanakan perintah ketua mereka jika harus membunuh mangsa-mangsa yang ada dihadapan mereka. Hal ini semakin membuat lelaki paruh baya dan lelaki yang ada dibelakangnya semakin ketakutan, walau bagaimanapun mereka hanyalah serombongan para penduduk desa biasa yang tak mengerti il