Bila biasanya dalam pertarungan yang menyerang akan terlihat garang dan yang diserang akan terlihat kewalahan, tapi yang terlihat sekarang justru sebaliknya. Yang diserang terlihat dengan sangat tenang dan santai sekali bergerak menghindari terkaman-terkaman lawannya, sedangkan yang menyerang justru terlihat kewalahan sendiri.
Menyadari keunggulan lawan yang tak bisa diserang dengan terkaman, Harimau setengah manusia mencelat mundur kembali ke belakang dan langsung menatap tajam kearah lawannya dengan geram.
Crraakkhh...! Crraakkhh...!
Tiba-tiba saja kuku-kuku Harimau setengah manusia itu terlihat memanjang dan meruncing.
Cringg!!! Cringg!!!
Begitu Harimau setengah manusia itu mengadu kuku-kukunya yang panjang dan runcing, terlihat suara benda beradu seperti besi yang diadu, dapat dibayangkan betapa tajamnya kuku-kuku Harimau setengah manusia itu, bila terkena sesuatu, sudah pasti akan terpotong-potong.
Sementara Bintang masih tetap berdiri
"Huaghh!!"Darah kental hitam kemerahan tersembur keluar dari dalam mulutnya. Matanya yang tadi selalu garang, kini tampak sayu seperti menahan sakit yang amat sangat. Pukulan ‘pemecah karang’, memang sangat cocok digunakan untuk melawan mahluk sejenis lelembut, karena memang pukulan ini sangat ditakuti oleh bangsa lelembut.“SSII...SIAPA KAU... SEBENARNYA ?!”Kali ini Bintang hanya tersenyum mendengar hal itu. Ada suatu keanehan yang mungkin belum kita sadari semua, seharusnya setiap bangsa lelembut bisa melihat tanda Bintang sebagai gusti prabu Yudha Manggala, penguasa alam ghaib dan alam lelembut, tapi kenapa Harimau setengah manusia ini tidak mampu melihatnya.“Bawa aku menemui rajamu!” ucap Bintang dengan tegas dan penuh wibawa. Sosok tinggi tegap Harimau setengah manusia itu tampak kemudian tampak berjongkok, dan ;Blubb... bluubb...!Kembali dari sosok Harimau setengah manusia itu harimau b
Sebuah auman keras terdengar dari dalam bangunan tersebut, begitu kerasnya sampai-sampai getarannya sampai keluar. Bila kita tengok kedalam. Disebuah ruangan yang biasa kita sebuah aula, tampak belasan ekor harimau yang duduk berjejer rapi menghadap kearah sebuah singgasana yang juga berbentuk kepala harimau, diatas singgasana tampak duduk sesosok Harimau setengah manusia berwana putih keemasan, mengenakan pakaian mewah layaknya seorang manusia tapi berkepala harimau, sebuah mahkota juga tampak dikepalanya, juga sebilah pedang besar juga tampak tersampir dipinggangnya, ukurannyapun jauh lebih besar dari harimau-harimau yang ada diruangan itu, mungkin 2x lebih besar. Dialah Raja Macan Putih, penguasa bangsa siluman harimau.Di bawah singgasananya juga tampak bertengger dua sosok harimau, harimau berwarna putih tampak memiliki selempang biru dilehernya, sedangkan harimau yang berwarna kuning keemasan memiliki selempang merah dilehernya, sepertinya kedua harimau itu merupakan pa
Tangan Raja Macan Putih tampak terangkat diatas wajah sang gadis.Werrr...Dari telapak tangan Raja Macan Putih keluar sinar putih yang secara perlahan turun kewajah Tania, tak lama Raja Macan Putih kembali menggengam telapak tangannya hingga sinar itupun lenyap.“Ughh..” seiring dengan hal itu, Tania tampak melenguh, tersadar dari keadaannya. Raja Macan Putih tampak tersenyum melihat hal itu, tak lama kemudian Taniapun sudah membuka kedua matanya. Sosok pertama yang dilihat Tania, tentu saja sosok sang raja harimau yang sudah menjelma menjadi manusia dan tersenyum kearahnya. Tania mencoba tersenyum dan mengangkat dirinya, tapi baru sebentar, senyum Tania sudah hilang dari wajahnya. Bagaimana tidak, wajah cantik Tania tampak berubah pucat saat melihat disekelilingnya, tempat itu dipenuhi oleh para harimau dengan berbagai ukuran.“Jangan takut nona, mereka semua adalah anak buahku” ucap Raja Macan Putih hingga semakin mengejutkan Ta
“Lalu, dimana dia sekarang ?!” tanya Raja Macan Putih.“Tadi dia masih dibelakang saya raja”Raja Macan Putih kemudian tampak mengangkat tangan kanannya tegak lurus didepan dada dan memejamkan mata. Cukup lama Raja Macan Putih melakukan hal itu hingga kedua mata Raja Macan Putih kembali terbuka.“Dia bukan orang sembarangan, aku tak dapat merasakan keberadaannya” ucap Raja Macan Putih lagi seolah berkata pada dirinya sendiri. Lalu Raja Macan Putih berbalik memandang kearah singgasananya, dimana harimau putih dan kuning masih ada disana.“Patih putih... segera perintahkan semua bangsa harimau untuk mencari pendekar itu!” ucap Raja Macan Putih“Patih oren... bawa calon istriku ini ke kamarnya dan segera perintahkan tabib untuk mengobati lukanya” ucap Raja Macan Putih kepada kedua patih kepercayaannya tersebut.Kedua harimau yang sejak tadi hanya berbaring malas-malasan dibawah singgas
“Kita harus segera meninggalkan negeri lelembut ini” ucap lelaki muda tampan berpakaian merah dan berjubah biru itu yang tak lain adalah Bintang.Dengan menggunakan salah satu kemampuan dari jurus ‘Cermin Agung Matahari Rembulan’ miliknya yang bernama ‘Jalan Agung’, Bintang mampu merubah dirinya menjadi seberkas cahaya. Dengan wujud cahayanya Bintang menyelinap masuk ke bangunan kerajaan bangsa harimau untuk mencari keberadaan Tania, begitu bertemu Bintang kembali menggunakan ‘‘Jalan Agung’’ nya untuk membawa Tania keluar dari tempat itu.“Ss..siapa tuan?” tanya Tania dengan suara bergetar.“Panggil aku Bintang” jawab Bintang tersenyum seraya terus memeriksa keadaan kaki Tania yang terluka parah.“Tuan Bintang.” ulang Tania lagi. Bintang hanya tersenyum mendengar hal itu.“Kita harus menyembuhkan kaki nona dulu, baru kita
Kadipaten Gelagah Ireng...Pagi itu, Adipati Sutapati tampak sedang termenung di singgasana kebesarannya, sementara itu didekatnya tampak sosok laki-laki tua bertubuh pendek bulat, memegang tongkat ditangan kanannya sebagai penumpu dirinya, didekat lelaki tua ini juga ada seorang wanita tua berpakaian merah dengan angkin merah dipinggangnya, kedua orang ini tak lain adalah pengawal pribadi Adipati Sutapati yang tak lain adalah Mpu Bajil dan Nini Rampah.Melihat junjungan mereka sedang tenggelam dalam lamunannya, Mpu Bajil dan Nini Rampah hanya saling pandang, Nini Rampah tampak hanya mengangkat kedua bahunya sebagai tanda menyerahkan semuanya kepada suaminya, Mpu Bajil.“Gusti Adipati” Mpu Bajil memberanikan diri menegur Adipati Sutapati. Adipati Sutapati tampak tersadar dari lamunannya seraya menoleh kearah Mpu Bajil.“Sudah satu bulan lebih Tania pergi meninggalkanku Mpu Bajil” ucap Adipati Sutapati dengan sedih.“Iya Gusti Adipati... Hamba sangat memahami dan mengerti bagaimana per
“Ajian ‘macan putih’ yang kumiliki..” Adipati Sutapati menghentikan sejenak ucapannya hingga membuat Mpu Bajil dan Nini Rampah semakin penasaran untuk mendengar kelanjutanya, Mpu Bajil dan Nini Rampah memang mengetahui kalau Gusti Adipati Sutapati memiliki ajian pamungkas yang disebut ajian ‘macan putih’ yang sangat dahsyat. Mpu Bajil dan Nini Rampah pernah melihat langsung bagaimana Adipati Sutapati mampu membuat gerombolan begal yang jumlahnya puluhan orang hanya dengan satu bentakan keras saja dari Adipati Sutapati. Itupun sudah membuat puluhan orang begal rampok tersebut langsung lari ketakutan, bahkan ketua begal rampok yang berhadapan langsung dengan Adipati Sutapati sampai terkencing-kencing dicelana karena ketakutannya terhadap Adipati Sutapati.Ajian ‘macan putih’ memang merupakan aji kewibawaan yang sangat tinggi. Bila aji ini diwatek (di rapal), suaranya bisa membuat lawan gemetar dan nyali lawan menjadi kecil. Dan inilah kenapa Adipati Sutapati sangat disegani baik kawan m
“Sejak kalian menemukan kuda tunggangan Tania yang tewas dimakan binatang buas, hati kecilku mengatakan kalau semua ini ada hubungannya dengan Raja Macan Putih” sambung Adipati Sutapati lagi menarik nafas panjang.Di saat semuanya terdiam dan hening, tiba-tiba saja seorang prajurit penjaga pintu gerbang datang dengan tergopoh-gopoh. Wajahnya terlihat pucat seperti habis melihat hantu. Nafasnya juga terlihat tersengal-sengal seperti baru saja lari dari tempat yang jauh dengan terburu-buru, padahal jarak pintu gerbang kedalam bangunan tempat kediaman Adipati Sutapati tidaklah seberapa jauh.“Aaa...ampun, Gusti Adipati” prajurit itu tampak menjura hormat dengan keringat dingin yang membasahi wajahnya.“Ada apa?!” tanya Adipati Sutapati dengan cepat dan tegas penuh wibawa.“Di...pint...pintu.. gerbang... dipintu..gerbang” ucap prajurit itu dengan terbata-bata tak jelas.“Iya, ada apa dipintu gerbang prajurit?!” tanya Mpu Bajil tak sabar.“Dipintu gerbang... ada den ayu... Tania,, Gusti Ad
Setelah melihat Jejaka Emas memahami maksud perkataannya, Bintang segera melangkah ke arah Maharaja Jin Thathamghi Yam Yal.Berjarak 3 tombak dari Maharaja Jin Thathamghi Yam Yal, Bintang menghentikan langkahnya.“Tidak ada yang kalah juga tidak ada yang menang dalam sebuah peperangan. Lebih baik kita berdamai dan hidup berdampingan Ayah Mertua” ucap Bintang dengan menyebut Maharaja Jin Thathamghi Yam Yal sebagai ayah mertuanya. Tentu saja kenyataan itu tak bisa Bintang pungkiri. Walau bagaimana, Maharaja Jin Thathamghi Yam Yal adalah ayah mertua baginya.Tatapan Maharaja Jin Thathamghi Yam Yal masih terlihat dingin kearahnya, dan terdengar suara beratnya. “Kenapa kau menolak untuk menjadi penguasa dunia, Bintang? Bukankah itu keinginan semua laki-laki didunia ini! Tahta dan Kekuasaan?!”Bintang menggeleng, lalu berkata, “Aku lebih suka kedamaian. Buat apa meraih kekuasaan, kalau hidup selalu tidak tenang” Maharaja Jin Thathamghi Yam Yal terdiam saat mendengar kata-kata Bintang.Binta
Semua terdiam!Sunyi!Tak ada satu suarapun yang terdengar, kecuali desau angin!Sementara itu, keadaan semua orang yang tadinya terpaku, kini sudah bisa bergerak, masing-masing saling menatap satu sama lain, lalu mengedarkan pandangan mereka ke arah sekitar. Apa yang baru saja terjadi, berasa seperti mimpi.Sementara itu, Maharaja Jin Thathamghi Yam Yal pun masih terpaku berdiri ditempatnya, memandangi jari manis tangan kanannya yang sudah kosong, tidak ada lagi Cincin Sulaiman yang biasa terpatri.Di pihak Jejaka Emas, Bintang lebih dulu tersadar dengan keadaan yang terjadi. Masih terlihat keringat dingin di sekujur tubuh Bintang. Rasa sakit yang baru saja dialami oleh Bintang bukan sekedar dalam angan-angan, tapi Bintang benar-benar dapat merasakan bagaimana tubuhnya terhempas dengan keras ke sebuah alam, dimana di alam itu, berbagai macam orang dengan segala macam siksaannya. Bintang benar-benar merasakan kesakitan yang amat sangat yang membuat tubuhnya seperti ditusuk oleh ribuan
“Bangunlah kalian berdua!” kembali suara lembut tapi tegas itu terdengar menyapa keduanya, hampir bersamaan Bintang dan Jejaka Emas memalingkan wajah mereka kearah depan. Wajah keduanya berubah. Berjarak hanya beberapa tombak dihadapan mereka, terlihat sosok seorang laki-laki tua berwajah agung dan teduh. Mengenakan pakaian putih disekujur tubuhnya. Senyumnya terlihat begitu agung dan teduh. Bintang dan Jejaka Emas terkejut, karena tadi, tidak ada seorangpun yang ada ditempat itu selain mereka berdua.Lelaki tua berparas agung itu terlihat duduk diatas sebuah batu putih yang bila diperhatikan dengan seksama. Batu itu tidaklah menyentuh tanah, alias mengapung diudara.“Kemari!” Terdengar suara lembut dan tegas kembali menyapa Bintang dan Jejaka Emas. Walau keduanya tak melihat bibir lelaki tua itu bergerak, tapi Bintang dan Jejaka Emas yakin, kalau lelaki tua itulah yang menyuruh mereka.Lagi-lagi Bintang dan Jejaka Emas diliputi keheranan, karena tubuh mereka tiba-tiba saja bangkit be
Maharaja Jin Thathamghi Yam Yal terlihat geram saat melihat tak satupun dari pihak lawan yang mau bersikap setia kepadanya. “Kalian semua rupanya benar-benar ingin mati, jangan katakan kalau aku tidak memberikan kalian kesempatan...” ucap Maharaja Jin Thathamghi Yam Yal. Lalu Maharaja Jin Thathamghi Yam Yal berpaling kearah seluruh pasukannya yang ada dibelakangnya.“Bunuh mereka semua!”Satu perintah Maharaja Jin Thathamghi Yam Yal sudah cukup untuk membuat pasukannya bergerak kedepan dengan senjata terhunus. Siap untuk membunuh lawan-lawan mereka yang sudah tak berdaya ditempatnya.Mendengar perintah Maharaja Jin Thathamghi Yam Yal, membuat pucat wajah-wajah dari pihak lawannya. Sebagian mengeluarkan keringat dingin membayangkan kematian yang akan segera mendatangi mereka, sementara sebagian lagi tampak mampu bersikap tenang dan sudah siap menerima nasib, karena memang sejak awal pertempuran, mereka sudah siap untuk mati. Ada satu hal yang setidaknya membuat mereka mati dengan tenan
Sementara itu dipihak Maharaja Jin Thathamghi Yam Yal juga ikut bingung melihat kejadian itu, Bintang yang kini tampak tengah diperebutkan oleh ke-4 wanita cantik. Di benak mereka terbersit pikiran, ‘Apa mereka tidak menyadari kalau saat ini tengah berperang’. Hal ini membuat semua orang geleng-geleng kepala melihatnya.Sementara itu, Maharaja Jin Thathamghi Yam Yal terlihat menatap ke arah Bintang dengan tatapan dingin. Lalu Maharaja Jin Thathamghi Yam Yal maju beberapa langkah kedepan. Seketika keadaan riuh ditempat itu langsung berhenti. Hening. Bahkan keributan kecil diantara Bintang dengan ke-4 gadisnya juga ikut terhenti dan kini mereka ikut menatap kearah Maharaja Jin Thathamghi Yam Yal.Tak ada yang bersuara, semua perhatian tertuju langsung ke arah Maharaja Jin Thathamghi Yam Yal.Tiba-tiba saja dari pihak seberang, sesosok tubuh melangkah kehadapan Maharaja Jin Thathamghi Yam Yal. Dia adalah Jejaka Emas. Jejaka Emas memang sangat kesal melihat keberuntungan Bintang yang dike
“Hai! Utusan Dewa. Kami akan menghentikan peperangan ini bila Maharaja Jin Thathamghi Yam Yal sudah terkalahkan, tapi bila tidak. Bahkan Sang Hyang Guru Dewa sendiripun tak akan bisa berbuat apa-apa!” Raja Munaliq Dari Timur memberikan jawaban diiringi anggukan oleh kedua raja jin lainnya, juga para prajurit yang berada dibawah kendali mereka.Apa yang dikatakan oleh Raja Munaliq Dari Timur memang tidak salah. Selama Maharaja Jin Thathamghi Yam Yal tidak bisa dikalahkan, maka kemenangan akan selalu menjadi milik mereka. Bahkan Sang Hyang Guru Dewa sendiripun tak akan bisa berbuat apa-apa.Kini balik Una Lyn yang terlihat terdiam ditempatnya. Jejaka Emas yang melihat hal itu, segera beranjak maju untuk memberikan tanggapannya.Bleegaarrr!Sebuah suara keras ledakan terdengar keras membahana di tempat itu, begitu kerasnya sampai membuat tempat itu bergetar laksana digoncang gempa skala sedang. Ada yang jatuh terduduk karena tak kuat menahan getaran yang terjadi, tapi masih banyak pula y
Una Lyn sendiri terlihat melakukan salto beberapa kali diudara hingga akhirnya berhasil mendarat dengan mulus ditanah, sedangkan Ifrit juga mampu mendaratkan kedua kakinya ditanah, setelah terseret cukup jauh kebelakang. Darah terlihat merembes dimulut keduanya, sebagai tanda luka dalam yang mereka derita.Seakan tak ingin membuat waktu percuma, Una Lyn terlihat langsung mengangkat tangannya yang tengah memegang pedang naga emas keatas.Wusshh..!Bayangan seekor naga emas melesat keluar dari hulu pedang ditangan Una Lyn. Sementara itu di ujung sana, Ifrit pun terlihat tak ingin tinggla diam.Dugghh!Tongkat ditangannya dihentakkan ke tanah.Wusshh..! Wusshh..! Wusshh..!Banyak sosok bayangan hitam yang keluar dari kepala tongkat dan sosok-sosok bayangan hitam itu tampak membentuk wujud-wujud jin yang tak terhitung jumlahnya yang hampir memenuhi langit. Di tempatnya, Una Lyn cukup terkejut melihat pamer kesaktian yang diperlihatkan oleh Ifrit. Ternyata Ifrit mampu mengeluarkan banyak j
Dughh! Seiring dengan itu Ifrit menghentakkan tongkat ditangannya ke bawah.Werrrr...! gelombang energi terpancar keluar dari tubuh Ifrit yang langsung menyapu seluruh tempat itu. Terjadi keanehan! Pemandangan mencengangkan terjadi. Waktu seolah berhenti, bangsa jin yang tengah bertempur satu sama lain, terdiam seperti patung. Semuanya berhenti bergerak, bukan saja yang ada di tanah, tapi juga yang ada diudara ikut berhenti bergerak.Baik bangsa manusia, bangsa jin, maupun para dewa-dewi, bahkan Jejaka Emas pun ikut berdiri mematung ditempatnya berada. Terlihat perubahan diwajah semua orang, termasuk Jejaka Emas yang berusaha sekuat tenaga untuk melepaskan dirinya agar bisa kembali bergerak, tapi sejauh ini hanya gerakan yang sangat lamban yang terlihat. Tak ada yang mampu menggerakan tubuh mereka. Sementara itu, di pihak Ifrit, mereka semua tahu, kalau ini adalah salah satu kemampuan Ifrit yang bisa menghentikan waktu.Di depan sana, terlihat Ifrit tersenyum sinis melihat ke arah Jej
Jejaka Emas tak memberi kesempatan sedikitpun bagi Ifrit untuk menghela nafas. Serangan gelang dewanya terus menghantam sosok Ifrit.Sosok Ifrit yang melayang diatas tanah, terus terdesak mundur. Entah sudah belasan ataupun berpuluh-puluh kali serangan gelang dewa menghantam sosoknya, tapi walaupun terdesak. Ifrit sedikitpun tidak terlihat terluka.Jejaka Emas yang melihat hal itu, harus mengakui kekuatan dan kekebalan tubuh Ifrit, tapi anehnya seraya terus melesatkan serangan gelang-gelang dewanya, Jejaka Emas justru tertawa-tawa. Hal ini dikarenakan sosok Ifrit yang terkena serangan beruntun gelang dewanya dari berbagai arah, membuat tubuh Ifrit yang melayang diudara itu tampak terdorong ke kanan, ke kiri, ke belakang dan kedepan, Ifrit seperti tengah berjoget atau bergoyang dangdut. Hal ini pula yang membuat Jejaka Emas kemudian tertawa tergelak-gelak. Bangsa Jin yang ada ditempat itupun bingung dan heran, kenapa Jejaka Emas bertarung sambil tergelak-gelak sendiri.Ifrit terus dig