Seluruh masyarakat desa Jati Wangi tampak berdiri berjejer disepanjang jalan rumah-rumah mereka seraya menjura hormat saat Bintang melewati mereka. Bintang sendiri hanya tersenyum melihat penyambutan masyarakat desa Jati Wangi kepadanya, Sekarwangi tampak biasa-biasa saja, berbeda dengan Buntal yang terlihat membusungkan dadanya dengan penuh kebanggaan melihat juraan-juraan hormat orang-orang padanya, walaupun sebenarnya juraan hormat itu ditujukan untuk Bintang. Hingga akhrinya Bintang dan rombongan tiba dihadapan Senopati Yudho dan yang lain.
“Selamat datang kembali gusti prabu” ucap Bayan Sangkuri mendahului menjura hormat diiringi yang lain. Lagi-lagi Bintang hanya tersenyum dengan mengangkat tangan kanannya.
-o0o-
Malam itu, Bintang langsung mengumpulkan orang-orang untuk membahas mengenai keamanan desa Jati Wangi. Senopati Yudho, para pendekar, Bayan Sangkuri dan beberapa orang pemuda desa yang diajak oleh Bayan Sangk
“Pasti kang Bintang”. ucap Sekarwangi dengan wajah tersenyum gembira, dengan cepat Sekarwangi bangkit dari depan meja riasnya dan segera melangkah ke pintu, dan ;Kreakkk..!Pintu terbuka dan Sekarwangi langsung tersenyum saat melihat sosok Bintang yang kini telah berdiri dihadapannya. Sementara itu Bintang yang kini berada tepat didepan sosok Sekarwangi yang sudah tersenyum dihadapannya, Bintang tampak terpesona melihat sosok Sekarwangi yang malam itu sangat cantik dari biasanya, Sekarwangi tampil begitu sangat anggun, wajahnya terpancar pesona kecantikan yang benar-benar membuat Bintang terpesona dibuatnya. Sementara Sekarwangi tersenyum bangga melihat Bintang terpesona melihatnya.“Ayo kang, masuk.”. ucap Sekarwangi tersenyum melihat Bintang yang terpaku ditempatnya, segera ditariknya tangan Bintang untuk segera masuk kedalam gubuk.Bintang hanya mengikuti tarikan tangan Sekarwangi, tapi sampai didalampun Bintang masih tetap ter
Glekk..!Bintang meneguk air ludahnya yang telah kering melihat tubuh indah dan begitu menggoda yang ada dihadapannya, bahkan Bintang dapat melihat dengan jelas bagaimana kedua bukit kembar milik Sekarwangi yang menurut Bintang sangat luar biasa bentuknya.Pemandangan panas dan penuh godaan birahi ini tentu saja membuat Bintang semakin tak kuasa menahan dirinya, Bintang merasakan nafasnya terasa mulai memburu, apa yang dialami oleh Bintangpun sebenarnya tak jauh beda dengan apa yang dialami oleh Sekarwangi, maka tanpa lama menunggu waktu lagi, Sekarwangi kembali menjatuhkan dirinya diatas tubuh Bintang dan kini dengan penuh nafsu keduanya saling melumat satu sama lain.Kedua tangan Sekarwangi terlihat begitu agresif kali ini, dilucutinya satu demi satu pakaian yang dikenakan oleh Bintang, Bintang sendiri terlihat malah ikut membantu Sekarwangi melepaskan pakaiannya, dalam sekejap saja pakaian Bintang sudah terjatuh kelantai.Sekarwangi terlihat semakin bu
Satu minggu lamanya Bintang berada di Bukit Langit, menemani istri-istrinya disana. Keberadaan Bintang di Bukit Langit bagaikan seorang penyamun disarang bidadari. Kalau saja tidak mengingat ada batas hari dimana Bintang harus membaginya secara adil kepada istri-istrinya ditempat lain, mungkin Bintang ingin selamanya berada di Bukit Langit, menikmati masa-masa indah bersama istri-istrinya yang cantik jelita.“Heaa..! heaa..!!”Pagi yang indah dan sunyi itu terpecahkan oleh sebuah suara keras yang berasal dari seorang lelaki muda tampan dengan pakaian khas pendekar jawa dwipa, mengenakan Blangkon Koncir/Kliwir dikepalanya. Blangkon koncir/kliwir ini mempunyai ciri khusus bagian belakang ada dua kain yang memanjang dibawah mondolan, lelaki muda ini juga mengenakan pakaian seperti layaknya seorang pendekar, hal ini dapat terlihat dari sebilah keris yang tersampir dipinggang belakangnya, juga sebilah pedang dipunggungnya, mengenakan s
“Syukurlah ajian ‘mawar semu’ ku masih bisa menipunya” batin sosok yang tengah bersembunyi itu terus memperhatikan gerak gerik yang dilakukan Bintang. Ajian ‘mawar semu’ adalah sebuah ajian yang mampu menghilangkan keberadaan hawa kehidupan pemiliknya, karena itu Bintang tak dapat merasakan sosok yang tengah bersembunyi tersebut. Kedua mata yang tengah bersembunyi itu tampak membesar saat melihat Bintang mulai melepaskan pakaian yang dikenakannya.Bintang sendiri memang mulai menanggalkan seluruh pakaiannya, dan ;Byuurrr..!Bintang menceburkan dirinya kedalam air danau tersebut. Sementara itu sosok yang terus mengintip dibalik rimbunnya semak-semak belukar tampak terdiam mematung dengan kedua mata membesar, keringat sebesar jagung tampak keluar dari wajahnya. Entah apa yang menyebabkan hal itu terjadi.“Edan! Ini benar-benar edan” batin sosok tersembunyi itu yang bila kita lihat lebi
Semakin dekat, semakin jelas tembang nyanyian itu terdengar, Bintang kemudian turun dari punggung Sembrani, Bintang lalu membiarkan Sembrani untuk pergi meninggalkan tempat itu, karena kini Bintang sudah mengetahui darimana tembang nyanyian itu berasal. Sembrani kemudian pergi meninggalkan tempat itu, sementara Bintang sendiri berjalan menuju kearah rerimbunan dedaunan lebat yang ada dihadapannya.Srrrttt..Bintang menyibak dedaunan yang tumbuh lebat dihadapannya. Tapi baru saja menyibak dedaunan lebat itu, tiba-tiba saja Bintang berhenti menyibak dan mematung. Kedua mata Bintang tampak membesar. Beberapa langkah dihadapan Bintang, tampak sosok seorang perempuan yang tengah membersihkan tubuhnya disebuah pancuran air, perempuan itu tampak tak mengenakan apapun ditubuhnya alias bugil, sehingga tubuhnya yang putih dan mulus terlihat dengan jelas dimata Bintang, apalagi tubuhnya yang begitu montok semakin membuat Bintang panas dingin. Keringat dingin tampak mengalir diwaj
“Ya aku tau.. dan aku menyesali apa yang telah kulakukan itu” ucap Dewi Mawar Hitam hingga membuat Bintang terkejut mendengarnya. “Jika memang ingin menangkapku, tangkaplah! aku takkan melawan” ucap Dewi Mawar Hitam seraya menyorongkan kedua tangannya kepada Bintang. Sikap Dewi Mawar Hitam tentu saja mengherankan dan mengejutkan Bintang.“Datuk Tuak sudah menceritakan semuanya, percuma saja jika aku melawanmu. Lagipula aku sudah berniat untuk bertobat, aku ingin memulai hidup baru” ucap Dewi Mawar Hitam lagi. Bintang terdiam mendengar hal itu, sulit bagi Bintang untuk mempercayainya.“Karena itu aku bersedia ditangkap olehmu, aku akan mempertanggung jawabkan perbuatanku pada penduduk desa Jati Wangi” sambung Dewi Mawar Hitam seraya kembali menyorongkan kedua tangannya kepada Bintang. Bintang masih tetap terdiam ditempatnya. Bintang masih meragukan ucapan Dewi Mawar Hitam, tapi Dewi Mawar Hitam tetap menyorongkan
“Bagaimana sekarang kakang?” tanya sosok wanita tua yang berjalan disebelahnya.“Kita cari warung makan dulu nyi, disana pasti banyak informasi yang bisa kita dapatkan” ucap sosok lelaki tua itu lagi.Sebuah warung makan yang tampak begitu ramai pengunjungnya, baik dari masyarakat desa Jati Wangi sendiri, maupun dari para pedagang ataupun para pendekar yang sekedar lewat didesa Jati Wangi.Sosok lelaki tua dan wanita tua berpakaian merah itupun singgah diwarung tersebut, si empunya warungpun segera menyambut mereka.“Mari.. mari silahkan masuk tuan pendekar.. nyonya” ucap si empunya warung mengarahkan keduanya kearah sebuah kursi yang baru saja ditinggalkan pemiliknya.“Tuan dan nyonya pendekar mau pesan apa?”“Siapkan saja yang paling enak diwarung ini ki” ucap siwanita tua.“Baik..baik”Tak lama, si empunya warung sudah kembali dengan du
Siang itu, disebuah jalan setapak disebuah kaki lembah, tampak sepasang mudi mudi yang tengah berjalan beriringan, tapi tak ada yang berbicara diantara keduanya yang lebih banyak diam, sementara sosok yang wanita tampak terus memperhatikan sosok lelaki muda tampan yang berjalan disebelahnya."Boleh aku memanggilmu.. Kakang?"“Silahkan saja." sahut seorang pemuda berjubah biru, “Mau disebut kakang, mau kakek, mau paman aku juga tidak bakalan protes. Asal jangan nenek saja!""Hi-hi-hik," gadis cantik berbaju hijau tertawa sambil menutup mulut,“Kakang ternyata lucu juga." Ucap si gadis tertawa ringan, lelaki muda tampan yang ada disebelahnya hanya mengeluarkan senyum datar.Kedua orang berbeda jenis itu adalah Bintang dan gadis yang ada disebelahnya tak lain tak bukan adalah Dewi Mawar Hitam adanya. Sudah tiga hari lamanya mereka menempuh perjalanan bersama dan dengan tujuan yang sama pula, Yaitu .. ke Desa Jati Wangi.