"Uhhh ... dimana aku ini?" desis seorang gadis saat terbangun dari pingsannya.
Tiba-tiba saja ...
“Aaaahhh.. tanganku! tanganku..!"
Tanpa sebab yang jelas, gadis itu berteriak-teriak seperti orang gila. Atau dia memang benar-benar gila"
Namun, saat melihat tangannya masih utuh, dia justru menghela napas lega.Tiba-tiba ia meraba dada kirinya.
“Heran, tidak sakit," gumamnya.
Disibaknya baju di bagian dada kiri.
Srett!
Yang terlihat hanya dada putih kencang membusung tanpa luka alias mulus total. Sesaat terlihat rona kebingungan di wajah cantik itu.
“Aku masih ingat, dada kiriku robek besar tersambar sirip ikan gajah dan.. lengan kananku juga hampir putus," gumamnya. “Tapi kenapa sekarang pulih seperti sedia kala" Seperti tidak pernah terjadi apa-apa padaku! Aneh!"
Saat memandang berkeliling, ia mendapati dirinya berada di atas kasur kapas empuk. Di kiri kanannya hanya ada papan panjang
Sebuah kuburan yang masih terlihat baru, didekatnya duduk bersimpuh seorang gadis jelita berparas cantik yang berurai air matanya, tapi walaupun bersimbah air mata, isak tanginya terdengar.“Adriana bersumpah akan membalaskan dendam ini kak. Akan kubunuh Ksatria Pengembara itu dengan tanganku sendiri” ucap sumpah gadis berurai air mata yang rupanya adalah Adriana. Lalu kuburan siapa yang saat ini ditangisi Adriana, tak lain dan tak bukan itu adalah kuburan Tuan Muda Hararaya, putra tuan Bukka Raya, kakak angkatnya. Kematian kakak angkatnya, Tuan Muda Hararaya dalam pertarungan menghadapi Ksatria Pengembara, semuanya disaksikan langsung oleh Adriana, untuk mengetahui peristiwa itu, baca chapter 31 (Tapak Sakti Budha Vs Ksatria Pengembara).Itulah sekilas bayangan masa lalunya yang terlintas dipikiran Adriana saat ini. Rupanya hal inilah yang membuat sikap Adriana berubah dingin saat mengetahui siapa orang yang tela
Tiba-tiba saja kedua mata Bintang terbuka dan ini membuat Adriana dengan cepat memejamkan kedua matanya, walaupun Adriana tidak sepenuhnya menutup kedua matanya, karena ingin melihat apa yang akan Bintang lakukan. Adriana dapat melihat Bintang yang juga menolehkan pandangannya kearah barat, terlihat Bintang menarik nafas panjangnya.“Mudah-mudahan tidak terjadi hujan badai malam ini” ucap Bintang perlahan dan ini sempat didengar oleh Adriana.Sejenak Bintang terlihat mengalihkan pandangannya kembali kearah Adriana. Dan terlihat Bintang tersenyum dikegelapan malam.“Kenapa dia tersenyum ? apa dia tau kalau saat ini aku sedang memperhatikannya” batin Adriana heran.“Kenapa tidak kau lakukan?” tiba-tiba Bintang berucap hingga sontak mengejutkan Adriana. ”Tadi, kau bisa saja membunuhku jika kau mau” sambung Bintang lagi hingga kembali membuat paras jelita Adriana berubah diantara keremangan malam. Jantungnya ber
BENAR seperti apa yang dikatakan Bintang, jika malam hari terjadi badai, angin laut terasa dingin menusuk tulang. Yang jelas, angin berhembus keras sekali malam itu. Dinginnya terasa sekali menusuk tulang dan sumsum. Belum lagi dengan bunga-bunga es beterbangan seperti pasir putih di sekitar gubuk aneh tempat mereka berdua bermalam. Bintang yang masih dalam pemulihan dirinya juga dapat merasakan betapa dingin menusuk tulangnya keadaan malam itu, tapi Bintang masih mampu bertahan. Adriana sendiri yang masih pura-pura tidur didekat Bintang, sebenarnya agak ngeri melihat cuaca malam ini. Di tengah laut, apalagi cuma berdua dengan seorang pemuda, cuaca seperti ini memang menambah suasana semakin mencekam. Suara angin seperti raungan raksasa yang sedang marah.Gelap-gulita di sekeliling gubuk, tak terdengar suara apa-apa selain badai angin yang mengamuk!Beruntung Bintang sudah memberi pemberat di tiap sudut gubuk hingga tidak begitu terguncang-guncang terkena tiupan angin. Bintang mendeng
“Mungkin perlu juga berciuman di tengah badai di tengah laut, untuk menghilang rasa dingin ini" batin Bintang.Perlahan Bintang menyentuh bibir Adriana dengan bibirnya. Nafas Adriana menyerbu wajahnya, terasa semakin panas. Lalu, bibir Adriana terbuka sedikit.Bintang mengecupnya ringan, membiarkan masih ada jarak di antara kedua mulut mereka.Adriana terdengar mendesah. Gelisah. Terasa Adriana menggeser tubuh sintalnya semakin rapat ke tubuh Bintang. Jantung Bintang bergetar juga merasakan lengannya menekan dada Adriana yang turun naik dengan cepat.Adriana kini merangkul leher Bintang, dan seperti tak sabar, ia menarik sosok Bintang sehingga bisa sepenuhnya berciuman. Bintang membiarkan Adriana yang mengulum bibirnya dengan desah yang semakin gelisah. Diam-diam Bintang khawatir juga, kemana arah percumbuan ini.Lidah keduanya secara otomatis saling memagut, seperti dua ekor ular yang sedang bercengkrama. Bintang sebenarnya hanya ingin bercium
Di usianya yang matang, Adriana sebenarnya bukanlah gadis yang lugu-lugu amat dalam hal bercumbu, Adriana memiliki seorang kekasih yang juga seorang mata-mata, tapi selama memadu kasih, Adriana dan kekasihnya hanya berani melakukannya tanpa berani melewati batas. Baru kali ini Adriana merasakan mencapai puncak kenikmatannya, bersama Bintang, orang yang semula sangat dibencinya. Adriana sungguh tak menyangka mencapai puncak kenikmatan sungguh senikmat itu. Jauh di lubuk hatinya, ia merasa jengah. Membayangkan dirinya, seorang gadis, yang notabene masih benar-benar gadis, main peluk-cium dengan seorang laki-laki yang memang ia kagumi sejak awal meski belum kenal begitu lama.“Maaf atas yang terjadi tadi Adriana” ucap Bintang akhirnya.“Tidak apa-apa tuan, bukan tuan yang salah”Sesaat keduanya terdiam dan saling pandang satu sama lain, entah apa yang ada dibenak keduanya, tapi tatapan keduanya terlihat penuh arti.“Apakah kau b
“Oooohhh.. Apakah begini rasanya dipeluk dan dicium laki-laki?" keluhnya dalam hati, "caranya memperlakukan diriku begitu lembut dan penuh perasaan. Ada rasa getar-getar aneh-nikmat yang menelusuri seluruh aliran darahku..”Kembali Adriana tenggelam dalam desah napas kenikmatan. Bintang berbisik lirih di samping telinga Adriana, “Bajunya ... "Tanpa membuka mata, Adriana menarik lepas pakaian tanpa celana yang dikenakannya dalam satu tarikan.Tarik begitu saja. Srett!Bintang menatap sepasang bukit surga yang kini terbuka lepas, lalu dengan pelan ia menggeserkan hidungnya bergantian pada sepasang buah dada yang tertata dengan sempurna. Menghembuskan nafasnya yang hangat.“Ahhh .... Tu... an... "Adriana semakin tak tahan. Di dekapnya erat kepala Bintang, lalu menekannya kuat-kuat dalam pelukannya. Sesaat kemudian, ia menggelinjang berkepanjangan disertai desahan tertahan.“Aaa ... uughhh ... hmmph ... "
Bintang kembali menelusuri tubuh Adriana dengan bibirnya, lalu tangan yang satu lagi mulai bergerilya menyusuri paha kenyal, sedikit meremas-remas merasakan lembut dan halusnya daerah itu. Terus bergerak lambat-lambat hingga pada akhirnya sang tangan menemukan gundukan lunak dekat pintu area terlarang dengan belahan tepat ditengah-tengahnya.Kembali, tangan Bintang meremas-gemas disana.“Apa.. yang tuan... oughh.. lakukan” tanya Adriana dengan dengus napas memburu karena merasakan nikmat di bawah sana."Nikmati saja...” ucap Bintang pelan.Adriana memejamkan matanya rapat-rapat dan menggigit bibir bawahnya. Tangan kekar itu terus menyusuri belahan tersebut dari luar, naik-turun dengan perlahan."Hsss ... oooh!"Tanpa sadar, erangan haluspun keluar dari bibir indah Adriana sambil semakin melebarkan pahanya, seakan mempersilahkan tangan Bintang untuk menjelajahi daerah itu sepuasnya. Dan disana, Bintang melakukan gesekan-geseka
Sementara bersama Bintang, Adriana merasakan kehangatan kasih di sana, di antara gairahnya mengulum bibir. Ada semburat cinta di sana, di antara gigitan-gigitannya yang nakal. Ada penegasan pula di sana, di antara keliaran permainan lidah yang menerlenakan !Maka itu Adriana mengerang manja, mempererat pelukannya, merapatkan tubuhnya ke tubuh kokoh Bintang.“Aduh!" tiba-tiba Adriana mengeluh lirih, dan Bintang tersentak kaget, terburu-buru melepaskan ciumannya.“Ada apa?" sergah Bintang penuh kekuatiran sambil merenggangkan jarak di antara mereka.“Bagian bawah” desis Adriana dengan muka merah padam."Kenapa?" tanya Bintang, bahkan ia hendak melihat ke bawah. Tapi dua tangan Adriana semakin erat memeluknya sambil berbisik lirih,“Tadi sedikit kena... ""Sakit?"“Tidak! cuma.. sedikit aneh dan ngilu-ngilu nikmat," desis Adriana sambil kian merapatkan diri ke tubuh Bintang.“Ta ... "
Setelah melihat Jejaka Emas memahami maksud perkataannya, Bintang segera melangkah ke arah Maharaja Jin Thathamghi Yam Yal.Berjarak 3 tombak dari Maharaja Jin Thathamghi Yam Yal, Bintang menghentikan langkahnya.“Tidak ada yang kalah juga tidak ada yang menang dalam sebuah peperangan. Lebih baik kita berdamai dan hidup berdampingan Ayah Mertua” ucap Bintang dengan menyebut Maharaja Jin Thathamghi Yam Yal sebagai ayah mertuanya. Tentu saja kenyataan itu tak bisa Bintang pungkiri. Walau bagaimana, Maharaja Jin Thathamghi Yam Yal adalah ayah mertua baginya.Tatapan Maharaja Jin Thathamghi Yam Yal masih terlihat dingin kearahnya, dan terdengar suara beratnya. “Kenapa kau menolak untuk menjadi penguasa dunia, Bintang? Bukankah itu keinginan semua laki-laki didunia ini! Tahta dan Kekuasaan?!”Bintang menggeleng, lalu berkata, “Aku lebih suka kedamaian. Buat apa meraih kekuasaan, kalau hidup selalu tidak tenang” Maharaja Jin Thathamghi Yam Yal terdiam saat mendengar kata-kata Bintang.Binta
Semua terdiam!Sunyi!Tak ada satu suarapun yang terdengar, kecuali desau angin!Sementara itu, keadaan semua orang yang tadinya terpaku, kini sudah bisa bergerak, masing-masing saling menatap satu sama lain, lalu mengedarkan pandangan mereka ke arah sekitar. Apa yang baru saja terjadi, berasa seperti mimpi.Sementara itu, Maharaja Jin Thathamghi Yam Yal pun masih terpaku berdiri ditempatnya, memandangi jari manis tangan kanannya yang sudah kosong, tidak ada lagi Cincin Sulaiman yang biasa terpatri.Di pihak Jejaka Emas, Bintang lebih dulu tersadar dengan keadaan yang terjadi. Masih terlihat keringat dingin di sekujur tubuh Bintang. Rasa sakit yang baru saja dialami oleh Bintang bukan sekedar dalam angan-angan, tapi Bintang benar-benar dapat merasakan bagaimana tubuhnya terhempas dengan keras ke sebuah alam, dimana di alam itu, berbagai macam orang dengan segala macam siksaannya. Bintang benar-benar merasakan kesakitan yang amat sangat yang membuat tubuhnya seperti ditusuk oleh ribuan
“Bangunlah kalian berdua!” kembali suara lembut tapi tegas itu terdengar menyapa keduanya, hampir bersamaan Bintang dan Jejaka Emas memalingkan wajah mereka kearah depan. Wajah keduanya berubah. Berjarak hanya beberapa tombak dihadapan mereka, terlihat sosok seorang laki-laki tua berwajah agung dan teduh. Mengenakan pakaian putih disekujur tubuhnya. Senyumnya terlihat begitu agung dan teduh. Bintang dan Jejaka Emas terkejut, karena tadi, tidak ada seorangpun yang ada ditempat itu selain mereka berdua.Lelaki tua berparas agung itu terlihat duduk diatas sebuah batu putih yang bila diperhatikan dengan seksama. Batu itu tidaklah menyentuh tanah, alias mengapung diudara.“Kemari!” Terdengar suara lembut dan tegas kembali menyapa Bintang dan Jejaka Emas. Walau keduanya tak melihat bibir lelaki tua itu bergerak, tapi Bintang dan Jejaka Emas yakin, kalau lelaki tua itulah yang menyuruh mereka.Lagi-lagi Bintang dan Jejaka Emas diliputi keheranan, karena tubuh mereka tiba-tiba saja bangkit be
Maharaja Jin Thathamghi Yam Yal terlihat geram saat melihat tak satupun dari pihak lawan yang mau bersikap setia kepadanya. “Kalian semua rupanya benar-benar ingin mati, jangan katakan kalau aku tidak memberikan kalian kesempatan...” ucap Maharaja Jin Thathamghi Yam Yal. Lalu Maharaja Jin Thathamghi Yam Yal berpaling kearah seluruh pasukannya yang ada dibelakangnya.“Bunuh mereka semua!”Satu perintah Maharaja Jin Thathamghi Yam Yal sudah cukup untuk membuat pasukannya bergerak kedepan dengan senjata terhunus. Siap untuk membunuh lawan-lawan mereka yang sudah tak berdaya ditempatnya.Mendengar perintah Maharaja Jin Thathamghi Yam Yal, membuat pucat wajah-wajah dari pihak lawannya. Sebagian mengeluarkan keringat dingin membayangkan kematian yang akan segera mendatangi mereka, sementara sebagian lagi tampak mampu bersikap tenang dan sudah siap menerima nasib, karena memang sejak awal pertempuran, mereka sudah siap untuk mati. Ada satu hal yang setidaknya membuat mereka mati dengan tenan
Sementara itu dipihak Maharaja Jin Thathamghi Yam Yal juga ikut bingung melihat kejadian itu, Bintang yang kini tampak tengah diperebutkan oleh ke-4 wanita cantik. Di benak mereka terbersit pikiran, ‘Apa mereka tidak menyadari kalau saat ini tengah berperang’. Hal ini membuat semua orang geleng-geleng kepala melihatnya.Sementara itu, Maharaja Jin Thathamghi Yam Yal terlihat menatap ke arah Bintang dengan tatapan dingin. Lalu Maharaja Jin Thathamghi Yam Yal maju beberapa langkah kedepan. Seketika keadaan riuh ditempat itu langsung berhenti. Hening. Bahkan keributan kecil diantara Bintang dengan ke-4 gadisnya juga ikut terhenti dan kini mereka ikut menatap kearah Maharaja Jin Thathamghi Yam Yal.Tak ada yang bersuara, semua perhatian tertuju langsung ke arah Maharaja Jin Thathamghi Yam Yal.Tiba-tiba saja dari pihak seberang, sesosok tubuh melangkah kehadapan Maharaja Jin Thathamghi Yam Yal. Dia adalah Jejaka Emas. Jejaka Emas memang sangat kesal melihat keberuntungan Bintang yang dike
“Hai! Utusan Dewa. Kami akan menghentikan peperangan ini bila Maharaja Jin Thathamghi Yam Yal sudah terkalahkan, tapi bila tidak. Bahkan Sang Hyang Guru Dewa sendiripun tak akan bisa berbuat apa-apa!” Raja Munaliq Dari Timur memberikan jawaban diiringi anggukan oleh kedua raja jin lainnya, juga para prajurit yang berada dibawah kendali mereka.Apa yang dikatakan oleh Raja Munaliq Dari Timur memang tidak salah. Selama Maharaja Jin Thathamghi Yam Yal tidak bisa dikalahkan, maka kemenangan akan selalu menjadi milik mereka. Bahkan Sang Hyang Guru Dewa sendiripun tak akan bisa berbuat apa-apa.Kini balik Una Lyn yang terlihat terdiam ditempatnya. Jejaka Emas yang melihat hal itu, segera beranjak maju untuk memberikan tanggapannya.Bleegaarrr!Sebuah suara keras ledakan terdengar keras membahana di tempat itu, begitu kerasnya sampai membuat tempat itu bergetar laksana digoncang gempa skala sedang. Ada yang jatuh terduduk karena tak kuat menahan getaran yang terjadi, tapi masih banyak pula y
Una Lyn sendiri terlihat melakukan salto beberapa kali diudara hingga akhirnya berhasil mendarat dengan mulus ditanah, sedangkan Ifrit juga mampu mendaratkan kedua kakinya ditanah, setelah terseret cukup jauh kebelakang. Darah terlihat merembes dimulut keduanya, sebagai tanda luka dalam yang mereka derita.Seakan tak ingin membuat waktu percuma, Una Lyn terlihat langsung mengangkat tangannya yang tengah memegang pedang naga emas keatas.Wusshh..!Bayangan seekor naga emas melesat keluar dari hulu pedang ditangan Una Lyn. Sementara itu di ujung sana, Ifrit pun terlihat tak ingin tinggla diam.Dugghh!Tongkat ditangannya dihentakkan ke tanah.Wusshh..! Wusshh..! Wusshh..!Banyak sosok bayangan hitam yang keluar dari kepala tongkat dan sosok-sosok bayangan hitam itu tampak membentuk wujud-wujud jin yang tak terhitung jumlahnya yang hampir memenuhi langit. Di tempatnya, Una Lyn cukup terkejut melihat pamer kesaktian yang diperlihatkan oleh Ifrit. Ternyata Ifrit mampu mengeluarkan banyak j
Dughh! Seiring dengan itu Ifrit menghentakkan tongkat ditangannya ke bawah.Werrrr...! gelombang energi terpancar keluar dari tubuh Ifrit yang langsung menyapu seluruh tempat itu. Terjadi keanehan! Pemandangan mencengangkan terjadi. Waktu seolah berhenti, bangsa jin yang tengah bertempur satu sama lain, terdiam seperti patung. Semuanya berhenti bergerak, bukan saja yang ada di tanah, tapi juga yang ada diudara ikut berhenti bergerak.Baik bangsa manusia, bangsa jin, maupun para dewa-dewi, bahkan Jejaka Emas pun ikut berdiri mematung ditempatnya berada. Terlihat perubahan diwajah semua orang, termasuk Jejaka Emas yang berusaha sekuat tenaga untuk melepaskan dirinya agar bisa kembali bergerak, tapi sejauh ini hanya gerakan yang sangat lamban yang terlihat. Tak ada yang mampu menggerakan tubuh mereka. Sementara itu, di pihak Ifrit, mereka semua tahu, kalau ini adalah salah satu kemampuan Ifrit yang bisa menghentikan waktu.Di depan sana, terlihat Ifrit tersenyum sinis melihat ke arah Jej
Jejaka Emas tak memberi kesempatan sedikitpun bagi Ifrit untuk menghela nafas. Serangan gelang dewanya terus menghantam sosok Ifrit.Sosok Ifrit yang melayang diatas tanah, terus terdesak mundur. Entah sudah belasan ataupun berpuluh-puluh kali serangan gelang dewa menghantam sosoknya, tapi walaupun terdesak. Ifrit sedikitpun tidak terlihat terluka.Jejaka Emas yang melihat hal itu, harus mengakui kekuatan dan kekebalan tubuh Ifrit, tapi anehnya seraya terus melesatkan serangan gelang-gelang dewanya, Jejaka Emas justru tertawa-tawa. Hal ini dikarenakan sosok Ifrit yang terkena serangan beruntun gelang dewanya dari berbagai arah, membuat tubuh Ifrit yang melayang diudara itu tampak terdorong ke kanan, ke kiri, ke belakang dan kedepan, Ifrit seperti tengah berjoget atau bergoyang dangdut. Hal ini pula yang membuat Jejaka Emas kemudian tertawa tergelak-gelak. Bangsa Jin yang ada ditempat itupun bingung dan heran, kenapa Jejaka Emas bertarung sambil tergelak-gelak sendiri.Ifrit terus dig