“PENITISAN BUDDHA ... Heeeaaa..!”
Wuusshhhh....!
Sosok Dalai Lama melesat kebawah dengan jurus mautnya, seketika belasan sosok Buddha yang ada diatas kepala Dalai Lama langsung ikut melesat kebawah dengan sangat dahsyatnya.
“Kesadaran tak terhingga”
“Hheaa..!”
Wuusshhh....!
Dengan jurus terakhir dari jurus leluhurnya, Bintang ikut melesat keatas, cahaya putih yang tadi ada ditelapak tangan kanan Bintang terlihat langsung menyelimuti sekujur tubuh Bintang. Keduanya saling melesat satu sama lain hingga akhirnya bertemu ditengah-tengah, dan ;
Plassshhhh......!
Bbbblllarrrrr......!
Satu cahaya bersinar terang begitu jurus keduanya bertemu, disusul dengan satu ledakan maha dahsyat terjadi. Ledakan yang bukan saja menggetarkan tanah yang ada dibawah mereka. Dari ledakan dahsyat tersebut, sosok Bintang meluncur dengan deras kebawah hin
Clebb....! Clleebbb....!! Cllleeebbb....!.Tiba-tiba saja dihadapan Dalai Lama muncul 9 buah senjata dengan bentuk yang berbeda. Itulah 9 senjata prajurit Buddha yang terkenal. Bintang sendiri cukup tertegun melihat pamor yang keluar dari ke-9 senjata prajurit Buddha tersebut. Sosok Dalai Lama sudah siap dengan 9 senjata prajurit Buddhanya dan jurus pamungkas dari Tapak Buddha saktinya. Para Buddha Menghadap yang Maha Suci.Cringgg.....!Bintang mencabut lepas Pedang Bintang Angkasa dari warangkanya.Plasshhh !!!Bintang mengerahkan aura pedangnya hingga cahaya hitam dengan kilauan yang gemelap putih keperakan memancarkan keluar dari Pedang Bintang Angkasa di tangan Bintang, bila dilihat lebih teliti, terlihat gambar ruang angkasa dan taburan Bintang-bintang diangkasa dipedang yang ada ditangan Bintang. Bintang telah menyalurkan aura pedang kedalam Pedang Bintang Angkasanya, dan hasilnya Ped
Bintang tampak memperhatikan kearah sosok Dalai Lama yang masih terkapar ditempatnya. Walau sosok Dalai Lama tidak bergerak sama sekali, tapi Bintang dapat merasakan tanda-tanda kehidupan ditubuh Dalai Lama, walaupun terasa begitu sangat lemah sekali.“TETAP HIDUP...” tiba-tiba saja terdengar ucapan pelan dari sosok Dalai Lama yang terkapar, tak lama terdengar lantunan sutra suci yang dibaca oleh Dalai Lama, secara perlahan terlihat sosok Dalai Lama yang terluka mulai pulih kembali, Dalai Lama telah menggunakan ilmu jalan menuju nirwananya untuk menyembuhkan dirinya. Lalu perlahan terlihat sosok Dalai Lama mulai bangkit dari kondisi terkaparnya.“Hebat...” ucap Bintang kagum melihat pemulihan yang begitu cepat Dalai Lama.Dan kini baik sosok Dalai Lama maupun Bintang kini sama-sama terdiam ditempatnya, terlihat jelas kebingungan diw
“Akkhhhhh....! Akkhhhhh....! Akkhhhhh..!” kembali Bintang berteriak keras menahan sakit dengan mencengkram kepalanya dengan kedua tangannya, bahkan kini terlihat sosok Bintang berguling-guling ditanah seperti menahan sakit yang amat sangat. Bintang memang merasakan sakit yang tak tertahankan dikepalanya, sementara tawa Iblis Mimpi terus terngiang-ngiang dipikirannya.Di saat-saat kritis ;“Baca ayat-ayat suci al-qur’an untuk melawan musuh yang kasat mata Bintang” tiba-tiba saja sebuah suara lembut terdengar ditelinga Bintang, suara yang Bintang sangat kenali.“Guru Syekh.” ucap Bintang diantara rasa sakit yang menderanya, Bintang mengenali suara itu adalah suara Syekh Muhammad Karim Al Qusyairi. Tak mau berfikir panjang, Bintangpun segera melafadzkan ayat-ayat suci al-qur’an melalui bacaan hatinya, aneh.. rasa sakit yang mendera dikepalanya langsung sirna tanpa bekas sehingga kini Bintang bisa bangkit dari ja
“Lebih baik kutinggalkan tempat ini, mumpung dia tidak melihat kepergianku!” batin Iblis Mimpi lagi tak menyia-nyiakan kesempatan itu.Iblis Mimpi segera berbalik, dan ;Weeesshhhh !!!Iblis Mimpi berkelebat pergi, tapi ;“Kau takkan bisa pergi dari tempat ini tanpa izinku Iblis Mimpi!” wajah Iblis Mimpi berubah saat mendengar sebuah suara lembut ditempat itu. Saat Iblis Mimpi menoleh kearah asal suara, wajah Iblis Mimpi berubah, rupanya suara itu berasal dari sosok bijak berwarna kharismatik yang tak lain adalah Dalai Lama. Hal ini semakin membuat wajah Iblis Mimpi berubah pucat.Iblis Mimpi terus berkelebat cepat untuk pergi meninggalkan tempat itu, Iblis Mimpi berusaha secepat-cepatnya berkelebat pergi meninggalkan tempat itu, tapi ada perasaan aneh dihati Iblis Mimpi yang Iblis Mimpi sendiri heran dan bingung dibuatnya.“Kau takkan bisa pergi dari tempat ini tanpa izinku Iblis Mimpi!” kembali
DILUAR, sosok Gye, Rahib Attadattha dan Rahib Anathadika terlihat masih menunggu dengan gelisah, terutama Gye yang sejak tadi tak bisa diam, berjalan bolak balik didepan pintu kamar tersebut, sementara Rahib Anathadika terlihat hanya diam memperhatikan (padahal matanya buta ya, hehehe), sesekali menegur Gye yang tak bisa diam.“Adik ke-9, jangan berjalan terus kesana kemari, kakak pusing melihatnya” ucap Rahib Anathadika lagi. (padahal matanya buta ya, hehehe)“Iya Kakak ke-3, maaf” ucap Gye berusaha tenang. Sementara itu Rahib Attadattha masih sedikit tenang dengan duduk bermeditasi, tanpa memperdulikan apa yang dilakukan oleh Gye dan Rahib Anathadika.Walaupun ketiganya baru menunggu belasan menit, tapi ketiganya tau, dimensi waktu didalam ruangan tempat meditasi Dalai Lama sangat berbeda waktunya dengan diluar, bisa saja dalam waktu belasan menit, tapi didalam ruangan meditasi baru berlangsung beberapa detik saja, atau bahkan
“Siapa Iblis Mimpi itu kak ?” tanya Gye membuka pembicaraan.“Dia adalah salah satu pengikut Iblis Langit Gye, sama seperti kakak ke-8 Gye, anoman” jelas Bintang.“Kedepan akan banyak halang rintang kakak menghadapi pengikut-pengikut Iblis Langit Gye. Apa Gye siap dengan semua itu?” tanya Bintang. Gye tampak tersenyum mendengar hal itu.“Asalkan bersama kakak, tidak ada yang Gye takutkan didunia ini” jawab Gye mantap hingga membuat Bintang yang tersenyum kini.“Apa kakak sendiri pernah bertemu dengan Iblis Langit?” tanya Gye tiba-tiba hingga menarik perhatian Bintang.“Pernah” ucap Bintang lalu menceritakan tentang pertarungannya dengan Iblis Langit.“Selain Iblis Langit, masih ada Pangeran Iblis dan gerombolannya yang juga menjadi tugas kakak untuk menumpasnya.” ucap Bintang. Lalu Bintangpun menceritakan
SEROMBONGAN pedati tampak berjalan beriringan dan berbaris-baris. Bila dilihat, barisan rombongan ini cukup panjang, di barisan paling depan, terlihat 3 orang berkuda yang sepertinya merupakan pengawal dari rombongan tersebut, dibelakangnya tampak deretan pedati-pedati yang berisi barang-barang rumah tangga dan bahan-bahan masakan, sepertinya rombongan ini adalah rombongan yang mau pindah atau mengungsi. Dibarisan paling belakang terlihat sebuah kereta kuda yang tampak juga dikawal oleh 3 orang penunggang berkuda. Sepertinya, ketiganya tengah mengawal kereta kuda tersebut. Dua orang laki-laki berkumis tebal tampak berkuda dari barisan depan kebelakang, dari belakang kedepan, sepertinya kedua orang ini merupakan komandan dari para-para pengawal tersebut, diatas-atas pedati tampak duduk para sais dan pelayan-pelayan wanita yang tampak duduk menemani para sais mengendalikan pedati-pedati yang membawa barang-barang tersebut. Rombongan ini terus berjalan dengan rapi dan teratur, sementar
Sore itu, matahari mulai tampak condong ke ufuk barat, mega-mega merah sudah tampak menghiasi dicakrawala barat, seorang lelaki muda tampan tampak duduk santai diatas punggung kuda putihnya seraya menatap kearah matahari yang sudah mulai terbenam, setelah cukup lama menikmati ketenangan dan keindahan alam, sang lelaki muda tampan yang mengenakan baju dalam merah dan jubah berwarna biru ini tampak menatap kearah pemandangan hutan yang ada dihadapannya, sosoknya masih berada diatas bukit hingga dapat memandang luas hamparan pemandangan indah yang ada dihadapannya, lelaki muda tampan ini tampak memiliki rambut yang cukup panjang yang dikuncirnya mirip ekor kuda, sebilah pedang bergagang indah tampak tersampir dipunggungnya, diantara kedua alisnya yang melengkung bagaikan elang terlihat sebuah mutiara merah tertanam dikeningnya, dikedua telinganya tampak sepasang anting berwarna hitam. Melihat sosok dan penampilannya, kita tentu sudah dapat menebak kalau lelaki muda tampan ini tak lain