Pendekar Ulat Sutra sudah berhadapan kini dengan pendekar tanpa tanding kita, Ksatria Pengembara disebuah tempat lapang, dimana dari kejauhan terlihat Rahib Gye yang tengah memperhatikan keduanya akan bertarung. Ini kesempatan yang sangat langka bagi Rahib Gye untuk melihat secara langsung pertarungan antara Pendekar Ulat Sutra yang legendaris berhadapan langsung dengan sosok Ksatria Pengembara yang namanya begitu menggemparkan beberapa tahun yang lalu karena telah mengalahkan sosok Budha Hidup Jin Rulai Shan.
Wuuussshhh!
Dari tubuh Pendekar Ulat Sutra memancar gelombang tenaga dahsyat yang berasal dari hawa sakti ulat sutra.
Wuuussshhh!
Dari tubuh Bintangpun terjadi hal yang sama, hanya saja disekujur tubuh Bintang keluar aura putih yang berasal dari Energi Putih Jurus leluhur.
“Jurus leluhur” ucap Pendekar Ulat Sutra mengenali aura putih yang keluar dari
MALAM datang, di goa tempat kediaman Pendekar Ulat Sutra terlihat semua penghuninya sudah tertidur lelap, demikian pula halnya dengan Pendekar Ulat Sutra yang sudah tidur dengan masuk kembali kedalam kepompong besar yang menjadi tempat tinggalnya. Sementara Bintang dan Rahib Gye terlihat masih belum tidur, karena keduanya terlibat dalam suatu percakapan serius.“Bagaimana menurut kakak?” tanya Rahib Gye kepada Bintang, sekarang Rahib Gye sudah memanggil kakak kepada Bintang. Bintang sendiri juga memanggil adik kepada Rahib Gye, tidak lagi menyebut Rahib Gye dengan sebutan nona. Rahib Gye saat ini tengah meminta pendapat Bintang tentang tawaran Pendekar Ulat Sutra untuk mempelajari ilmu ulat sutra agar kedua kakinya bisa kembali, tapi untuk mempelajari ilmu ulat sutra, Rahib Gye harus mengorbankan Hawa sakti nirwana dan ilmu jalan menuju nirwananya yang selama ini dipelajarinya.“Jangan ter
“Apa adik Gye mengantuk?” justru terdengar Bintang yang menggodanya hingga Rahib Gye langsung menarik wajahnya karena rasa malunya. Ingin rasa Rahib Gye berlari menjauh dari Bintang karena rasa malunya, tapi hal itu mungkin dilakukannya karena saat ini dia tak memiliki kaki untuk melakukan hal itu. Bintang sendiri hanya tersenyum melihat Rahib Gye yang menjadi malu sendiri, Bintang memang sengaja menggoda Rahib Gye agar tidak terjebak dalam perasaannya sendiri, karena Bintang sangat menghormati Rahib Gye sebagai seorang biksuni, Bintang tak ingin merusak hal itu, tapi sekarang melihat sikap dan tingkah Rahib Gye yang terlihat begitu serba salah karena rasa malunya, membuat Bintang menjadi kasian dan merasa bersalah.“Gye” terdengar suara lembut Bintang dari belakangnya, tapi Rahib Gye yang sudah terlanjur malu, sungkan untuk menanggapi panggilan Bintang, bahkan untuk berbalik saja rasa Rahib Gye sudah tidak memiliki muka lagi karena malunya.&ld
Keesokan harinya.“Bagaimana Gye.. apa kau mau menjadi muridku dan menerima ilmu ulat sutra?” tanya Pendekar Ulat Sutra lagi kepada Rahib Gye dan Bintang yang sudah berada dihadapannya.“Hamba bersedia. Guru..!” ucap Rahib Gye seraya menjura hormat dihadapan Pendekar Ulat Sutra.“Apa kau siap untuk melenyapkan ilmu yang kau miliki Gye..?”“Hamba siap guru” ucap Rahib Gye lagi mantap tanpa keraguan.“Bagus..” ucap Pendekar Ulat Sutra tersenyum puas.“Untuk mempelajari ilmu ulat sutra, terlebih dahulu kau harus menguasai hawa sakti ulat sutra yang akan kau dapat dengan melakukan meditasi kepompong ulat sutra” ucap Pendekar Ulat Sutra lagi menjelaskan tentang hawa sakti ulat sutra yang akan dipelajari oleh Rahib Gye.“Meditasi kepompong ulat sutra” ulang Rahib Gye lagi.“
HARI yang ditunggu pun akhirnya tiba, kepompong ulat sutra yang menjadi tempat meditasi sosok Gye didalamnya perlahan mulai mengecil, mengecil dan terus mengecil hingga akhirnya hilang meresap masuk kedalam tubuh Gye yang terlihat masih duduk tenggelam dialam mediatasinya. Semua kejadian menakjubkan itu tidak terlepas dari pandangan Bintang yang takjub melihatnya, sosok Gye yang tadinya dipenuhi oleh serat-serat sutra akhirnya bersih sama sekali saat serat-serat sutra itu menyatu masuk kedalam tubuh Gye. Dan pandangan Bintang terlihat tersenyum saat melihat kearah bagian bawah, tepat disaat kedua mata indah Gye terbuka.Senyum indah mengulum madu terlihat dipancaran wajah Gye saat melihat sosok Bintang yang sudah ada dihadapannya.“Kak Bintang” ucap Gye pelan.“Kakimu Gye” ucap Bintang seraya menatap kearah bawah, Gye mengikuti pandangan Bintang kearah kedua kakinya dan kedua mata indah Gye terlihat langsung membesar saat melihat kini ked
Hari itu, seperti biasa, Bintang tampak duduk cukup jauh seraya terus mengawasi Gye yang tengah berlatih ilmu ulat sutra, kini kemampuan Gye sudah jauh lebih maju dari hari-hari sebelumnya, selain sudah dapat mengeluarkan serat-serat sutra dari telapak tangan dan mulutnya, gerakan yang diperlihatkan oleh Gye juga sudah semakin mantap.Bintang pernah bertanya saat Gye menyelesaikan latihannya. “Apa yang kau rasakan sekarang Gye?” tanya Bintang.“Gye merasakan kekuatan yang sangat luar biasa didalam tubuh Gye kak.. kekuatan dahsyat yang seakan tak terbendung” ucap Gye.Bintang menyadari kelebihan ilmu ulat sutra memang terdapat pada kekuatannya yang dahsyat, karena ilmu ulat sutra juga mengambil kekuatan dari alam. Saat ini Gye sedang mencoba untuk mencapai tahap terakhir dari ilmu ulat sutra yang dipelajarinya, yaitu menyatu dengan alam, sosok Gye sudah berada didalam kepompong ulat sutra. Dengan berada
Bintang duduki dan ternyata memang sangat lembut, Bintang seperti merasa duduk diatas awan.“Adik Gye.. Apa ini Gye yang membuatnya..?” tanya Bintang.“Benar kak” jawab Gye tersenyum dengan penuh kebanggaan.“Hebat!” ucap Bintang mengacungkan dua jempol tangannya kepada Gye. Gye menyambutnya dengan tersenyum manis madu. Kini Bintang hanya duduk memperhatikan Gye yang sedang mempersiapkan makan malam mereka.Bintang yang memang mengagumi sosok jelita Gye, semakin bertambah kagum melihat betapa cekatannya Gye dalam memasak, sesekali Gye menatap kearah Bintang yang saat itu juga tengah memperhatikannya, keduanya saling melempar senyum.“Selesai!” ucap Gye.“Pasti masakannya enak sekali” ucap Bintang tersenyum. Lalu keduanyapun segera makan bersama-sama.Selepas makan malam, keduanyapun bercengkrama. Suasana begitu hangat dan sedikit romantis diantara keduanya, karena memang hany
Matahari baru saja terbit diufuk timur, sinar keemasannya tampak masuk melalui pintu goa dan menerpa dua sosok tubuh yang terlihat masih tertidur lelap, sosok Bintang dan Gye yang tampak masih lelap dalam tidurnya, Gye tampak tertidur telungkup dengan satu tangannya memeluk dada Bintang.“Ugghhh!”Gye terbangun dari tidurnya saat sinar mentari menerpa wajahnya. Untuk sesaat Gye kembali memejamkan matanya karena silau akan sinar mentari, Gye dapat merasakan sekujur tubuhnya pegal-pegal semua, sejenak Gye mencoba mengingat apa yang telah dialaminya. Bibir Gye terlihat tersenyum.“Indah sekali mimpi yang kualami malam tadi” batin Gye yang rupanya masih mengira kalau apa yang telah terjadi antara dirinya dan Bintang hanyalah mimpi belaka.Senyum diwajah Gye tiba-tiba saja menghilang, tangannya yang melintang terasa seperti diatas sesuatu yang hangat, dicoba dirabanya, terasa seperti kulit manusia, Gye membuka kedua matanya dan menatap
“Hari ini juga kita berangkat kak” ucap Gye yang justru tak sabar ingin cepat-cepat kembali ke Aliran Jalan Menuju Nirwana.“Tapi ilmu ulat sutramu belum sempurna Gye.. kita sempurnakan dulu. Baru kita pergi dari sini” ucap Bintang. Gye tiba-tiba saja kembali tersenyum.“Maaf kak.. Gye sudah berbohong sama kakak”“Berbohong.. berbohong apa?” tanya Bintang bingung.“Sebenarnya ilmu ulat sutra Gye sudah sempurna kak” ucap Gye tersenyum. “Gye berbohong hanya karena Gye ingin lebih berlama-lama disini bersama kakak” sambung Gye lagi sambil tersenyum sumringah.Lalu dengan lembut Bintang mencubit hidung bangir Gye. “Tak perlu berbohong Gye.. katakan saja, akan kakak temani Gye sampai kapanpun Gye mau” ucap Bintang tertawa ringan.“Jadi hari ini kita akan berangkat ke Aliran Jalan Menuju Nirwana kak?” tanya Gye cepat.
Setelah melihat Jejaka Emas memahami maksud perkataannya, Bintang segera melangkah ke arah Maharaja Jin Thathamghi Yam Yal.Berjarak 3 tombak dari Maharaja Jin Thathamghi Yam Yal, Bintang menghentikan langkahnya.“Tidak ada yang kalah juga tidak ada yang menang dalam sebuah peperangan. Lebih baik kita berdamai dan hidup berdampingan Ayah Mertua” ucap Bintang dengan menyebut Maharaja Jin Thathamghi Yam Yal sebagai ayah mertuanya. Tentu saja kenyataan itu tak bisa Bintang pungkiri. Walau bagaimana, Maharaja Jin Thathamghi Yam Yal adalah ayah mertua baginya.Tatapan Maharaja Jin Thathamghi Yam Yal masih terlihat dingin kearahnya, dan terdengar suara beratnya. “Kenapa kau menolak untuk menjadi penguasa dunia, Bintang? Bukankah itu keinginan semua laki-laki didunia ini! Tahta dan Kekuasaan?!”Bintang menggeleng, lalu berkata, “Aku lebih suka kedamaian. Buat apa meraih kekuasaan, kalau hidup selalu tidak tenang” Maharaja Jin Thathamghi Yam Yal terdiam saat mendengar kata-kata Bintang.Binta
Semua terdiam!Sunyi!Tak ada satu suarapun yang terdengar, kecuali desau angin!Sementara itu, keadaan semua orang yang tadinya terpaku, kini sudah bisa bergerak, masing-masing saling menatap satu sama lain, lalu mengedarkan pandangan mereka ke arah sekitar. Apa yang baru saja terjadi, berasa seperti mimpi.Sementara itu, Maharaja Jin Thathamghi Yam Yal pun masih terpaku berdiri ditempatnya, memandangi jari manis tangan kanannya yang sudah kosong, tidak ada lagi Cincin Sulaiman yang biasa terpatri.Di pihak Jejaka Emas, Bintang lebih dulu tersadar dengan keadaan yang terjadi. Masih terlihat keringat dingin di sekujur tubuh Bintang. Rasa sakit yang baru saja dialami oleh Bintang bukan sekedar dalam angan-angan, tapi Bintang benar-benar dapat merasakan bagaimana tubuhnya terhempas dengan keras ke sebuah alam, dimana di alam itu, berbagai macam orang dengan segala macam siksaannya. Bintang benar-benar merasakan kesakitan yang amat sangat yang membuat tubuhnya seperti ditusuk oleh ribuan
“Bangunlah kalian berdua!” kembali suara lembut tapi tegas itu terdengar menyapa keduanya, hampir bersamaan Bintang dan Jejaka Emas memalingkan wajah mereka kearah depan. Wajah keduanya berubah. Berjarak hanya beberapa tombak dihadapan mereka, terlihat sosok seorang laki-laki tua berwajah agung dan teduh. Mengenakan pakaian putih disekujur tubuhnya. Senyumnya terlihat begitu agung dan teduh. Bintang dan Jejaka Emas terkejut, karena tadi, tidak ada seorangpun yang ada ditempat itu selain mereka berdua.Lelaki tua berparas agung itu terlihat duduk diatas sebuah batu putih yang bila diperhatikan dengan seksama. Batu itu tidaklah menyentuh tanah, alias mengapung diudara.“Kemari!” Terdengar suara lembut dan tegas kembali menyapa Bintang dan Jejaka Emas. Walau keduanya tak melihat bibir lelaki tua itu bergerak, tapi Bintang dan Jejaka Emas yakin, kalau lelaki tua itulah yang menyuruh mereka.Lagi-lagi Bintang dan Jejaka Emas diliputi keheranan, karena tubuh mereka tiba-tiba saja bangkit be
Maharaja Jin Thathamghi Yam Yal terlihat geram saat melihat tak satupun dari pihak lawan yang mau bersikap setia kepadanya. “Kalian semua rupanya benar-benar ingin mati, jangan katakan kalau aku tidak memberikan kalian kesempatan...” ucap Maharaja Jin Thathamghi Yam Yal. Lalu Maharaja Jin Thathamghi Yam Yal berpaling kearah seluruh pasukannya yang ada dibelakangnya.“Bunuh mereka semua!”Satu perintah Maharaja Jin Thathamghi Yam Yal sudah cukup untuk membuat pasukannya bergerak kedepan dengan senjata terhunus. Siap untuk membunuh lawan-lawan mereka yang sudah tak berdaya ditempatnya.Mendengar perintah Maharaja Jin Thathamghi Yam Yal, membuat pucat wajah-wajah dari pihak lawannya. Sebagian mengeluarkan keringat dingin membayangkan kematian yang akan segera mendatangi mereka, sementara sebagian lagi tampak mampu bersikap tenang dan sudah siap menerima nasib, karena memang sejak awal pertempuran, mereka sudah siap untuk mati. Ada satu hal yang setidaknya membuat mereka mati dengan tenan
Sementara itu dipihak Maharaja Jin Thathamghi Yam Yal juga ikut bingung melihat kejadian itu, Bintang yang kini tampak tengah diperebutkan oleh ke-4 wanita cantik. Di benak mereka terbersit pikiran, ‘Apa mereka tidak menyadari kalau saat ini tengah berperang’. Hal ini membuat semua orang geleng-geleng kepala melihatnya.Sementara itu, Maharaja Jin Thathamghi Yam Yal terlihat menatap ke arah Bintang dengan tatapan dingin. Lalu Maharaja Jin Thathamghi Yam Yal maju beberapa langkah kedepan. Seketika keadaan riuh ditempat itu langsung berhenti. Hening. Bahkan keributan kecil diantara Bintang dengan ke-4 gadisnya juga ikut terhenti dan kini mereka ikut menatap kearah Maharaja Jin Thathamghi Yam Yal.Tak ada yang bersuara, semua perhatian tertuju langsung ke arah Maharaja Jin Thathamghi Yam Yal.Tiba-tiba saja dari pihak seberang, sesosok tubuh melangkah kehadapan Maharaja Jin Thathamghi Yam Yal. Dia adalah Jejaka Emas. Jejaka Emas memang sangat kesal melihat keberuntungan Bintang yang dike
“Hai! Utusan Dewa. Kami akan menghentikan peperangan ini bila Maharaja Jin Thathamghi Yam Yal sudah terkalahkan, tapi bila tidak. Bahkan Sang Hyang Guru Dewa sendiripun tak akan bisa berbuat apa-apa!” Raja Munaliq Dari Timur memberikan jawaban diiringi anggukan oleh kedua raja jin lainnya, juga para prajurit yang berada dibawah kendali mereka.Apa yang dikatakan oleh Raja Munaliq Dari Timur memang tidak salah. Selama Maharaja Jin Thathamghi Yam Yal tidak bisa dikalahkan, maka kemenangan akan selalu menjadi milik mereka. Bahkan Sang Hyang Guru Dewa sendiripun tak akan bisa berbuat apa-apa.Kini balik Una Lyn yang terlihat terdiam ditempatnya. Jejaka Emas yang melihat hal itu, segera beranjak maju untuk memberikan tanggapannya.Bleegaarrr!Sebuah suara keras ledakan terdengar keras membahana di tempat itu, begitu kerasnya sampai membuat tempat itu bergetar laksana digoncang gempa skala sedang. Ada yang jatuh terduduk karena tak kuat menahan getaran yang terjadi, tapi masih banyak pula y
Una Lyn sendiri terlihat melakukan salto beberapa kali diudara hingga akhirnya berhasil mendarat dengan mulus ditanah, sedangkan Ifrit juga mampu mendaratkan kedua kakinya ditanah, setelah terseret cukup jauh kebelakang. Darah terlihat merembes dimulut keduanya, sebagai tanda luka dalam yang mereka derita.Seakan tak ingin membuat waktu percuma, Una Lyn terlihat langsung mengangkat tangannya yang tengah memegang pedang naga emas keatas.Wusshh..!Bayangan seekor naga emas melesat keluar dari hulu pedang ditangan Una Lyn. Sementara itu di ujung sana, Ifrit pun terlihat tak ingin tinggla diam.Dugghh!Tongkat ditangannya dihentakkan ke tanah.Wusshh..! Wusshh..! Wusshh..!Banyak sosok bayangan hitam yang keluar dari kepala tongkat dan sosok-sosok bayangan hitam itu tampak membentuk wujud-wujud jin yang tak terhitung jumlahnya yang hampir memenuhi langit. Di tempatnya, Una Lyn cukup terkejut melihat pamer kesaktian yang diperlihatkan oleh Ifrit. Ternyata Ifrit mampu mengeluarkan banyak j
Dughh! Seiring dengan itu Ifrit menghentakkan tongkat ditangannya ke bawah.Werrrr...! gelombang energi terpancar keluar dari tubuh Ifrit yang langsung menyapu seluruh tempat itu. Terjadi keanehan! Pemandangan mencengangkan terjadi. Waktu seolah berhenti, bangsa jin yang tengah bertempur satu sama lain, terdiam seperti patung. Semuanya berhenti bergerak, bukan saja yang ada di tanah, tapi juga yang ada diudara ikut berhenti bergerak.Baik bangsa manusia, bangsa jin, maupun para dewa-dewi, bahkan Jejaka Emas pun ikut berdiri mematung ditempatnya berada. Terlihat perubahan diwajah semua orang, termasuk Jejaka Emas yang berusaha sekuat tenaga untuk melepaskan dirinya agar bisa kembali bergerak, tapi sejauh ini hanya gerakan yang sangat lamban yang terlihat. Tak ada yang mampu menggerakan tubuh mereka. Sementara itu, di pihak Ifrit, mereka semua tahu, kalau ini adalah salah satu kemampuan Ifrit yang bisa menghentikan waktu.Di depan sana, terlihat Ifrit tersenyum sinis melihat ke arah Jej
Jejaka Emas tak memberi kesempatan sedikitpun bagi Ifrit untuk menghela nafas. Serangan gelang dewanya terus menghantam sosok Ifrit.Sosok Ifrit yang melayang diatas tanah, terus terdesak mundur. Entah sudah belasan ataupun berpuluh-puluh kali serangan gelang dewa menghantam sosoknya, tapi walaupun terdesak. Ifrit sedikitpun tidak terlihat terluka.Jejaka Emas yang melihat hal itu, harus mengakui kekuatan dan kekebalan tubuh Ifrit, tapi anehnya seraya terus melesatkan serangan gelang-gelang dewanya, Jejaka Emas justru tertawa-tawa. Hal ini dikarenakan sosok Ifrit yang terkena serangan beruntun gelang dewanya dari berbagai arah, membuat tubuh Ifrit yang melayang diudara itu tampak terdorong ke kanan, ke kiri, ke belakang dan kedepan, Ifrit seperti tengah berjoget atau bergoyang dangdut. Hal ini pula yang membuat Jejaka Emas kemudian tertawa tergelak-gelak. Bangsa Jin yang ada ditempat itupun bingung dan heran, kenapa Jejaka Emas bertarung sambil tergelak-gelak sendiri.Ifrit terus dig