Melihat hal yang tidak menguntungkan tersebut, komandan kiri langsung melompat menjauh dan kembali menghadap kearah sosok Bintang dan kedua mata komandan kiri langsung membesar saat melihat lima sosok Bintang yang kini sudah memegang kunainya. Rupanya Bintang sudah menggunakan Seribu bayangan silumannya untuk menghadang setiap langkah komandan kiri yang hanya bisa muncul dimana letak kunainya berada dan kelemahan ini Bintang ketahui setelah mengamati jurus yang digunakan oleh komandan kiri.
Lima sosok Bintang terlihat mendekat dengan tersenyum, lalu kemudian menyatu menjadi satu orang dengan memegang lima buah kunai ditangannya. Hal ini semakin mengejutkan komandan kiri yang menatap takjub dan tak percaya kearah Bintang.
“Siapa sebenarnya dia?” batin komandan kiri lagi heran menatap kearah Bintang yang selalu bisa mematahkan jurusnya.
“Sebaiknya pergilah dan katakan pada ketua kalian untuk segera meninggalkan negeri ini” ucap Bin
Hyatttt !!!Bintang ikut berkelebat kedepan menyongsong serangan Susanoo.Dhhuarrr !!! Dhhuarrr !!! Dhhuarrr !!! Dhhuarrr !!!Ledakan yang terjadi berkali-kali dahsyatnya dari yang sebelum-sebelumnya, kini Bintang dengan cakra petirnya mampu mengimbangi serangan-serangan Susanoo yang dahsyat.Pertarungan dahsyat itu terjadi hingga subuh datang menjelang, sungguh luar biasa stamina keduanya yang sampai saat ini masih saling menyerang, saling bertahan satu sama lain. Hingga saat pancaran sinar keemasan matahari muncul diufuk timur, sosok Susanoo tiba-tiba saja melompat mundur kebelakang, Bintang sendiripun ikut melompat mundur.Pedang Amaterasu milik Susanoo yang ada ditangan kanan terlihat dibentangkan kedepan dan tiba-tiba saja pedang Amaterasu berubah bentuk menjadi busur panah, sedangkan pedang Amaterasu yang berada ditangan kiri tampak dipasang dibusur panah tersebut seperti
BLLLEEEGGAAARRRR !!!Ledakan yang maha keras terjadi, baik sosok Bintang maupun sosok Susanoo sama-sama terlempar hebat kebelakang, hanya saja kali ini Bintang tak terlalu jauh terlempar, dengan bersalto beberapa kali, Bintang berhasil menjejakkan kedua kakinya ketanah. Sementara sosok Susanoo terlempar cukup jauh dan berguling-guling hingga akhirnya terhenti dan terkapar. Ledakan maha dahsyat itu membuat tempat itu semakin porak poranda dilanda kehancuran karena kedahsyatan jurus keduanya. Terlihat sosok Susanoo telah kembali berubah menjadi sosok komandan kiri yang tampak terkapar ditanah, bergerak sebentar lalu kemudian diam. Komandan kiri tewas dengan tubuh hancur.Bintang sendiri tampak menarik nafas panjangnya melihat hal itu. “Hugghhh!” Bintang terlihat meringis menahan sakit seraya memegangi luka didada atas sebelah kanan beas tusukan belati. Bintang segera menyalurkan hawa murninya untuk mengurangi rasa sakitnya. Setelah
DI SEBUAH goa yang terdapat diantara tebing-tebing bebatuan yang curam, tampak didalamnya tengah duduk termangu, gelisah seorang gadis berwajah cantik, alis matanya melengkung, dan mata indah serta jernih, dilindungi oleh bulu mata lentik, hidung mancung serasi melengkapi kecantikannya, ditambah dengan bibir mungil merah alami yang serasi pula dengan wajahnya. Rambutnya yang hitam dan dipotong sebahu menjadikannya lebih menarik, kulitnya putih mulus dan terawat. Sosok jelita ini tak lain adalah Putri Sheeva. Sebagaimana dikisahkan dalam chapter sebelumnya (Perburuan Maut) Bintang meminta Sheeva untuk menunggunya didalam goa ini karena Bintang ingin menghadapi gerombolan para ninja yang memburu mereka.Sesekali wajahnya yang cantik jelita terlihat menatap kearah pintu goa, seperti tengah menunggu sesuatu. Wajahnya terlihat cemas gelisah.Bruukk!!Sebuah suara terdengar dari arah depan pintu goa, Sheeva sempat terkejut untuk sesaat tapi ;&
LAUTAN berombak tenang sore itu, sebuah kapal dagang tampak melaju dengan cepat membelah lautan, di geladak kapal terlihat berdiri sosok Bintang yang tengah mengamati lautan. Di sebelahnya juga tampak berdiri sosok jelita Putri Sheeva. Saat luka dalamnya sembuh, Bintang segera mengajak Sheeva secepatnya kembali ke desa nelayan. Bintang berharap bisa menyusul Wahid, Tatyana dan Bruce, tapi saat Bintang dan Sheeva sampai didesa nelayan tersebut, ternyata Wahid, Tatyana dan Bruce sudah berangkat terlebih dahulu menuju Mesir. Maka Bintang dan Sheevapun segera menyusul dengan menumpang disebuah kapal dagang yang cukup besar.Entah apa yang ada dipikiran keduanya, tatapan mereka tampak menatap kearah rona merah senja matahari terbenam yang ada dihadapan mereka. Beberapa penumpang lain juga ikut menyaksikan peristiwa indah tenggelamnya matahari tersebut dari geladak kapal.“Indah sekali.” ucap Sheeva tanpa sadar.Sejenak Sheeva memalingkan pandangannya, men
“Bagaimana Sheeva?” tanya Bintang hingga menyadarkan Sheeva dari lamunannya.“Eh.. oh iya. Maaf kak, Sheeva kurang memperhatikan. Jurus-jurus yang kakak peragakan tadi sangat indah luar biasa sehingga membuat Sheeva termangu” ucap Sheeva dengan lugunya tersenyum. Lagi-lagi Bintang hanya bisa tersenyum mendengarnya.“Tapi jurus lembut seperti itu bagaimana bisa hasilnya sangat dahsyat kak?” sambung Sheeva lagi bertanya dengan bingung. Bintang terdiam sejenak lalu kemudian tersenyum.“Ayo berdiri” ucap Bintang menyuruh Sheeva untuk berdiri. Tanpa banyak bertanya Sheeva segera bangkit berdiri.“Kemari” ucap Bintang dan lagi-lagi tanpa banyak bertanya Sheeva berjalan mendekati Bintang.“Sekarang coba serang kakak dengan sekuat tenaga yang Sheeva miliki” ucap Bintang lagi hingga mengejutkan Sheeva. Sheeva ragu untuk melakukannya.“Jangan takut, kakak hanya akan memperli
Hari-hari berikutnya, Bintangpun mulai mengajari Sheeva jurus tai chi, bukan hanya jurus tai chi, tapi Bintang juga memberikan ajian mata dewa kepada Sheeva, dan ada yang paling menyenangkan bagi Sheeva dalam mempelajari jurus tai chi, yaitu terkadang Bintang harus merapatkan dirinya dibelakangnya dan memegang kedua tangannya, lalu mengarahkan dirinya untuk memperagakan jurus-jurus tai chinya. Terkadang Bintang harus memeluknya dari belakang untuk mengajarinya, dan Sheeva sangat senang dengan hal ini. Hari demi hari kedekatan diantara mereka berdua terus terjalin, sekarang justru Sheeva yang berharap kalau perjalanan ini takkan pernah sampai ke Mesir, karena Sheeva ingin lebih berlama-lama bersama Bintang.Kali inipun Bintang kembali harus mengajarkan Sheeva dengan cara memeluknya dari belakang, lalu memegang kedua tangan Sheeva dan menggerakkannya dengan sangat perlahan untuk memperagakan jurus tai chi yang diajarka
PAGI ITU.Tong ! Tong ! Tong ! Tong ! Tong !Suara pentungan terdengar bertalu-talu dari atas kapal dagang yang ditumpangi oleh Bintang. Bintang dan Sheeva yang mengenakan cadar tampak baru saja keluar dari kamarnya untuk melihat apa yang terjadi. Terlihat diluar orang sudah sibuk berlari panik kesana kemari.“Ada apa?” tanya Bintang pada salah seorang awak kapal yang tengah berlari.“Bajak laut!” ucap awak kapal itu lagi menjawab sebentar, lalu kemudian kembali berlari kedalam. Wajah Sheeva terlihat berubah mendengar hal itu, hanya Bintang yang tetap tenang mendengarnya.“Bajak laut kak!” ucap Sheeva lagi dengan suara bergetar“Ayo kita kedepan!” ucap Bintang lagi mengajak Sheeva, walaupun sebentarnya takut, tapi Sheeva akhirnya mengikuti langkah Bintang yang kedepan.Di depan terlihat kapten kapal sudah bersiap dengan para awak kapal dengan pedang dan perisai ditangan, sepertinya merek
“Aku Ketua Bajak Laut Tengkorak Hitam. siapa kapten kapal ini?” ucap lelaki bertampang sangar itu lagi, rupanya dia adalah Ketua Bajak Laut Tengkorak Hitam.“Aku kapten kapal ini!” ucap Kapten kapal tanpa gentar tampak maju kedepan.“Tak perlu terjadi pertumpahan darah, asalkan kau mau menyerahkan setengah dari barang bawaanmu ini” ucap Ketua Bajak Laut Tengkorak Hitam lagi.“Langkahi dulu mayatku kalau kau ingin mengambilnya” ucap kapten kapal tak kalah keras.Sepertinya pertempuran diantara kedua belah pihak memang tak bisa dihindari lagi. Kedua belah pihak tampak sudah bersiap siaga dengan apa yang akan terjadi.“Tunggu!” sebuah suara keras membahana terdengar ditempat itu, membuat semua orang yang ada ditempat itu mengalihkan pandangan mereka kearah asal suara. Rupanya suara itu berasal dari sosok Bintang.“Tenanglah semua.. tenang!” ucap Bintang mencoba meredakan su