Malam itu hujan turun dengan lebatnya, guntur dan kilat saling silih berganti menggema, angin menderu kencang. Dikamarnya Mawar sediktipun tak kuasa untuk memejamkan kedua matanya, sesekali terlihat tubuh indahnya berguling-guling diperaduannya, dan sesaat terlihat kedua matanya terbuka.
Sudah dicobanya untuk tidur, tapi Mawar benar-benar tak bisa melakukan hal itu, malam itu perasaan hatinya begitu gembira dan sangat bahagia sekali mengetahui kalau cintanya disambut oleh Bintang dan perasaan itu pula yang malam ini yang membuatnya tak bisa tidur. Masih terbayang jelas dibenak Mawar saat tadi Bintang mencium bibirnya, pengalaman pertama yang pernah dialaminya, pengalaman yang takkan pernah dilupakan seumur hidupnya, pengalaman yang begitu indah.
Perlahan terlihat Mawar memejamkan matanya Mawar terlihat begitu menikmati lamunannya, entah kenapa lamunannya mulai berkembang jauh, dalam lamunannya, Mawar membayangkan tubuh Bintang yang pernah dilihatnya beberapa waktu yang
Sebuah lembah tampak begitu indah terpampang dikejauhan, disejauh mata memandang, disini sini terlihat bunga - bunga mawar tumbuh dimana-mana sehingga semakin menambah indahnya panorama lembah tersebut.Lembah Bunga, demikian nama lembah yang saat ini tengah bicarakan, sebuah lembah yang tidak pernah diperhitungkan keberadaannya oleh banyak orang, karena dulu lembah itu memang merupakan lembah mati, hingga setelah seorang tokoh wanita yang berasal dari kalangan dunia persilatan datang dan mendiami tempat itu, dengan ketelatenan dan kesabarannya, dia mampu mengubah lembah mati itu menjadi sebuah lembah yang sangat indah dan sedap dipandang mata.Setelah Dewi Mawar Merah tiada, kini muridnya yang bernama Mawar yang menjaga lembah itu, dan sebagaimana kita ketahui pada kisah sebelumnya (Asmara Sang Pendekar), Bintang rela harus menunda perjalanannya untuk kembali ke Bukit Bayangan demi menolong Mawar dan menemani Mawar untuk tinggal sementara di Lembah Bu
“Aku bahagia sekali malam ini kang.”. “Aku juga bahagia Mawar”. Sesaat keduanya saling terdiam dan setelah sekian lama tidak ada yang membuka suara diantara mereka, Mawar mengangkat wajahnya dan kini dapat dilihatnya wajah Bintang yang sedang melamun. “Kang... Kang!”. ucapan Mawar membuat Bintang tersadar dari lamunannya. “Oh...iya ada apa ?” “Kakang melamun ya ?” “Ah, tidak”. “Jangan bohong kang, apa kakang sedang melamunkan seseorang ?” “Yah, aku memang tengah memikirkan seseorang Mawar. Dan dia seorang wanita ?” ucap Bintang lagi hingga kontan membuat wajah Mawar langsung berubah seketika. “Dia adalah bundaku Mawar.”. ucap Bintang cepat seraya tersenyum, Mawar terlihat tersenyum lega mendengar hal itu. “Kenapa, apakah Mawar pikir...”. “Ah tidak kang.”. ucap Mawar cepat, lagi-lagi Bintang tersenyum dan mengangkat tangannya, dibelainya wajah nan cantik jelita yang ada dihadapannya, Mawar meraih tangan Bintang dan menciumnya dengan hangat. “Tidak mungkin aku akan memikirkan
Sore baru saja datang menghampar saat langkah sepasang muda mudi ini memasuki pintu gerbang sebuah kademangan yang terlihat cukup ramai aktifitas para penghuninya. Sejenak langkah sang pemuda itu berhenti. Pemuda bermata tajam ini terlihat menatap keadaan didepannya. Sementara itu sosok gadis jelita yang berada disebelahnya ikut berhenti, tapi yang paling mencolok dari sosok gadis jelita ini adalah sekuntum bunga mawar merah yang menghias diujung rambutnya. Kedua muda mudi ini memang tak lain adalah Bintang dan Mawar adanya.Hari ini Bintang dan Mawar akan pergi untuk menuju ke Bukit Bayangan dan karena perjalanan untuk menuju ke Bukit Bayangan harus melewati Kademangan Sambodas, mau tak mau Bintang dan Mawarpun harus melewati tempat itu, Bintang hanya berharap kalau kejadian beberapa waktu yang lalu sudah terlupakan.“Jangan khawatir kakang, aku tidak lagi memikirkan dendamku lagi.”. ucap Mawar tiba-tiba seraya tersenyum, rupanya Mawar cukup mengerti kekha
Untung saja Bintang masih memiliki aji Tatar Netra dan Aji Mambang Bayu yang sudah beberapa kali menyelamatkan nyawa Bintang dari serangan Sepasang Pendekar Tombak Sakti ini. Tapi Bintang menyadari tak mungkin selamanya Bintang membiarkan dirinya menjadi incaran Sepasang Pendekar Tombak Sakti dengan tombak ditangan mereka. Sementara itu ditempatnya, Mawar terlihat begitu cemas melihat keadaan Bintang yang terdesak hebat, bahkan ; “Kakang.....bretttt...”. Mawar berteriak histeris saat salah satu tombak Sepasang Pendekar Tombak Sakti berhasil mengenai tubuh Bintang, tapi kemudian Mawar dapat menarik napas lega saat melihat hanya jubah Bintang yang sobek saat terkena sambaran ujung tombak tersebut, tapi kelegaan Mawar hanya berlangsung sesaat, karena disaat yang bersamaan satu tendangan keras dengan telak menghantam tubuh Bintang hingga kontan membuat tubuh Bintang terlempar deras kebelakang, titian gantung itu bergoyang dengan keras saat dihantam tubuh Bintang yan
“Kubunuh kau manusia bejat....hiyattt.”. sosok Mawar berkelebat kedepan. “Mawar jangan!!”. Bintang berteriak keras untuk mengingatkan Mawar, tapi terlambat sosok Mawar sudah melesat cepat kedepan, tapi sebelum serangan Mawar sampai, beberapa orang pendekar bayaran ki Demang Wagata telah menghadang didepannya. Pendekar-pendekar bayaran ki Demang Wagata berjumlah 6 orang, dan 2 diantaranya adalah adalah si Jarum Iblis dan si Tapak Beracun. Kedua pendekar bayaran ini sudah pernah berhadapan langsung dengan Dewi Mawar Merah dan saat itu kalau saja Bintang tidak menolongnya, mungkin Dewi Mawar Merah sudah tewas ditangan kedua pendekar bayaran ini. Untuk mengetahuinya baca (Asmara Sang Pendekar).“Serahkan dia pada kami ki demang.”. ucap si Tapak Beracun lagi.“Baik, tapi jangan sampai kalian menyentuh apalagi sampai melukai kulit tubuhnya yang indah itu, karena aku ingin menikmati tubuhnya terlebih dahulu sebelum di
Matahari belum menampakkan dirinya diufuk timur, tapi sinar kuning keemasannya sudah menghampar menerangi jagat yang maha luas ini, sinarnya yang begitu hangat terasa begitu menghangatkan kulit.Sementara itu disebuah lembah bebatuan terdapat sebuah goa kecil, dimana didalamnya cukup luas. Goa batu itu terlihat cukup terawat keadaannya, sementara itu disalah satu pembaringan batu, terlihat sesosok tubuh yang terbaring diatasnya.Pancaran bias sinar matahari cukup untuk membuat keadaan didalam goa tersebut cukup terang untuk dilihat, dan ; “Uhhh.”. sebuah erangan terdengar keluar dari bibir pemuda yang terbaring tersebut. Sejenak terlihat sosok pemuda itu seperti baru tersadar dari keadaannya. Melihat sosok dan penampilannya pemuda berparas tampan itu tak lain adalah Bintang adanya.Sesaat Bintang terlihat mencoba mengingat apa yang telah dialaminya dan saat baru menyadarinya, Bintang dengan cepat kembali membuka kedua matanya dan mengamati keadaan di
“Sebelum kematiannya, guruku menceritakan sebuah rahasia yang amat mengejutkanku Bintang. Sebuah rahasia tentang cerita sosok Pangeran Iblis yang menjadi musuh bebuyutan eyang gurumu Panembahan Agung.”. Mbah Suro berhenti sejenak seraya menarik napas panjang. Sementara Bintang terlihat sudah tidak sabar untuk mendengar kelanjutan cerita Mbah Suro.“Tapi selain Pangeran Iblis, ternyata masih ada seorang lagi yang keberadaannya akan sangat mengancam kedamaian dan ketentraman umat manusia. Khususnya ditanah jawa ini. Guruku menyebutnya sebagai RATU KEGELAPAN.”.“Ra... Ratu Kegelapan.”. ulang Bintang terkejut, memang baru kali ini Bintang mendengar nama itu.“Ya Ratu Kegelapan, bila kemunculan Pangeran Iblis amat mengancam kedamaian seluruh umat manusia, tapi kemunculan Ratu Kegelapan bisa sangat mengancam kedamaian ditanah jawa ini. Selama beberapa generasi kemunculannya, eyang guru dan guruku selalu berhasil mencegahnya.&r
“Mungkin shang hyang whidi masih belum menginginkan kematianku ki demang, tapi sebentar lagi kaulah yang akan segera menghadapnya..”. ucap pemuda itu lagi dengan tajam.Melihat tidak ada gunanya dia berniat untuk melarikan diri dari tempat itu, maka ; “Cringgg..”. ki Demang Wagata langsung mencabut keris yang sejak tadi ada dipinggangnya dan ;“Huh! jangan kau kira bisa membunuhku semudah itu bocah, kaulah yang akan mati dengan keris ditanganku ini.”. ucap ki Demang Wagata lagi seraya menyilangkan keris ditangannya, sosok pemuda berjubah biru itu terlihat maju kedepan beberapa tindak, tidak ada sedikitpun terlihat kegentaran diwajahnya menghadapi sosok ki Demang Wagata yang tengah memegang keris ditangannya.“Ayo serang aku ki demang!”. ucap sang pemuda lagi dengan sinisnya.“Kubunuh kau bocah, hiyaa! wut...wuutttt.”. sosok ki Demang Wagata menyerang kedepan dengan keris ditangannya. Tapi dengan