Sore baru saja datang menghampar saat langkah sepasang muda mudi ini memasuki pintu gerbang sebuah kademangan yang terlihat cukup ramai aktifitas para penghuninya. Sejenak langkah sang pemuda itu berhenti. Pemuda bermata tajam ini terlihat menatap keadaan didepannya. Sementara itu sosok gadis jelita yang berada disebelahnya ikut berhenti, tapi yang paling mencolok dari sosok gadis jelita ini adalah sekuntum bunga mawar merah yang menghias diujung rambutnya. Kedua muda mudi ini memang tak lain adalah Bintang dan Mawar adanya.Hari ini Bintang dan Mawar akan pergi untuk menuju ke Bukit Bayangan dan karena perjalanan untuk menuju ke Bukit Bayangan harus melewati Kademangan Sambodas, mau tak mau Bintang dan Mawarpun harus melewati tempat itu, Bintang hanya berharap kalau kejadian beberapa waktu yang lalu sudah terlupakan.“Jangan khawatir kakang, aku tidak lagi memikirkan dendamku lagi.”. ucap Mawar tiba-tiba seraya tersenyum, rupanya Mawar cukup mengerti kekha
Untung saja Bintang masih memiliki aji Tatar Netra dan Aji Mambang Bayu yang sudah beberapa kali menyelamatkan nyawa Bintang dari serangan Sepasang Pendekar Tombak Sakti ini. Tapi Bintang menyadari tak mungkin selamanya Bintang membiarkan dirinya menjadi incaran Sepasang Pendekar Tombak Sakti dengan tombak ditangan mereka. Sementara itu ditempatnya, Mawar terlihat begitu cemas melihat keadaan Bintang yang terdesak hebat, bahkan ; “Kakang.....bretttt...”. Mawar berteriak histeris saat salah satu tombak Sepasang Pendekar Tombak Sakti berhasil mengenai tubuh Bintang, tapi kemudian Mawar dapat menarik napas lega saat melihat hanya jubah Bintang yang sobek saat terkena sambaran ujung tombak tersebut, tapi kelegaan Mawar hanya berlangsung sesaat, karena disaat yang bersamaan satu tendangan keras dengan telak menghantam tubuh Bintang hingga kontan membuat tubuh Bintang terlempar deras kebelakang, titian gantung itu bergoyang dengan keras saat dihantam tubuh Bintang yan
“Kubunuh kau manusia bejat....hiyattt.”. sosok Mawar berkelebat kedepan. “Mawar jangan!!”. Bintang berteriak keras untuk mengingatkan Mawar, tapi terlambat sosok Mawar sudah melesat cepat kedepan, tapi sebelum serangan Mawar sampai, beberapa orang pendekar bayaran ki Demang Wagata telah menghadang didepannya. Pendekar-pendekar bayaran ki Demang Wagata berjumlah 6 orang, dan 2 diantaranya adalah adalah si Jarum Iblis dan si Tapak Beracun. Kedua pendekar bayaran ini sudah pernah berhadapan langsung dengan Dewi Mawar Merah dan saat itu kalau saja Bintang tidak menolongnya, mungkin Dewi Mawar Merah sudah tewas ditangan kedua pendekar bayaran ini. Untuk mengetahuinya baca (Asmara Sang Pendekar).“Serahkan dia pada kami ki demang.”. ucap si Tapak Beracun lagi.“Baik, tapi jangan sampai kalian menyentuh apalagi sampai melukai kulit tubuhnya yang indah itu, karena aku ingin menikmati tubuhnya terlebih dahulu sebelum di
Matahari belum menampakkan dirinya diufuk timur, tapi sinar kuning keemasannya sudah menghampar menerangi jagat yang maha luas ini, sinarnya yang begitu hangat terasa begitu menghangatkan kulit.Sementara itu disebuah lembah bebatuan terdapat sebuah goa kecil, dimana didalamnya cukup luas. Goa batu itu terlihat cukup terawat keadaannya, sementara itu disalah satu pembaringan batu, terlihat sesosok tubuh yang terbaring diatasnya.Pancaran bias sinar matahari cukup untuk membuat keadaan didalam goa tersebut cukup terang untuk dilihat, dan ; “Uhhh.”. sebuah erangan terdengar keluar dari bibir pemuda yang terbaring tersebut. Sejenak terlihat sosok pemuda itu seperti baru tersadar dari keadaannya. Melihat sosok dan penampilannya pemuda berparas tampan itu tak lain adalah Bintang adanya.Sesaat Bintang terlihat mencoba mengingat apa yang telah dialaminya dan saat baru menyadarinya, Bintang dengan cepat kembali membuka kedua matanya dan mengamati keadaan di
“Sebelum kematiannya, guruku menceritakan sebuah rahasia yang amat mengejutkanku Bintang. Sebuah rahasia tentang cerita sosok Pangeran Iblis yang menjadi musuh bebuyutan eyang gurumu Panembahan Agung.”. Mbah Suro berhenti sejenak seraya menarik napas panjang. Sementara Bintang terlihat sudah tidak sabar untuk mendengar kelanjutan cerita Mbah Suro.“Tapi selain Pangeran Iblis, ternyata masih ada seorang lagi yang keberadaannya akan sangat mengancam kedamaian dan ketentraman umat manusia. Khususnya ditanah jawa ini. Guruku menyebutnya sebagai RATU KEGELAPAN.”.“Ra... Ratu Kegelapan.”. ulang Bintang terkejut, memang baru kali ini Bintang mendengar nama itu.“Ya Ratu Kegelapan, bila kemunculan Pangeran Iblis amat mengancam kedamaian seluruh umat manusia, tapi kemunculan Ratu Kegelapan bisa sangat mengancam kedamaian ditanah jawa ini. Selama beberapa generasi kemunculannya, eyang guru dan guruku selalu berhasil mencegahnya.&r
“Mungkin shang hyang whidi masih belum menginginkan kematianku ki demang, tapi sebentar lagi kaulah yang akan segera menghadapnya..”. ucap pemuda itu lagi dengan tajam.Melihat tidak ada gunanya dia berniat untuk melarikan diri dari tempat itu, maka ; “Cringgg..”. ki Demang Wagata langsung mencabut keris yang sejak tadi ada dipinggangnya dan ;“Huh! jangan kau kira bisa membunuhku semudah itu bocah, kaulah yang akan mati dengan keris ditanganku ini.”. ucap ki Demang Wagata lagi seraya menyilangkan keris ditangannya, sosok pemuda berjubah biru itu terlihat maju kedepan beberapa tindak, tidak ada sedikitpun terlihat kegentaran diwajahnya menghadapi sosok ki Demang Wagata yang tengah memegang keris ditangannya.“Ayo serang aku ki demang!”. ucap sang pemuda lagi dengan sinisnya.“Kubunuh kau bocah, hiyaa! wut...wuutttt.”. sosok ki Demang Wagata menyerang kedepan dengan keris ditangannya. Tapi dengan
“Ayo den, mari mampir dulu kerumah”. ajak ki Tayub lagi dan Bintangpun tak menolaknya, lalu keduanyapun segera meninggalkan tempat itu.Malam kembali datang seperti biasanya, rembulan tampak bersinar redup malam itu, tapi masih begitu banyak bintang-bintang yang tertebaran menemaninya. Seperti itu ditempat kediaman Nyai Kembangsari sendiri.“Begitulah ceritanya den.”. ucap ki Tayub“Jadi Nyai Kembangsari masih memiliki seorang adik”. batin Bintang lagi setelah mendengar semua cerita ki Tayub.“Maaf ki, kalau boleh saya tahu, dimana adik Nyai Kembangsari berada sekarang. ?” ucap Bintang akhirnya.“Oh nyai sedang mengadakan pertunjukan dikadipaten sebelah den. Mungkin besok baru kembali”. ucap ki Tayub lagi.“Pe... Pertunjukan, maksud aki ?” tanya Bintang tak mengerti.“Nyai Purbasari adalah seorang sinden raden.”. ucap ki Tayub tersenyum.“
Malam kembali datang menjelang, seperti biasanya malam itupun rembulan tampak bersinar dengan redup, tapi disana sini masih cukup banyak bintang-bintang yang menemaninya dengan setia.Malam itu ditempat kediamannya, Nyai Purbasari tengah menceritakan sebuah rahasia tentang dirinya dan kakaknya Nyai Kembangsari, rahasia besar yang sangat membuat Bintang terkejut.“Tidak mungkin!”. ucap Bintang tanpa sadar.“Hal ini mungkin memang sangat sulit untuk dipercaya kangmas, tapi itulah kenyataan, kangmas mungkin tahu kalau nyimas Kembangsari memiliki sebuah tanda lahir dilengan kanannya seperti ini.”. ucap Nyai Purbasari lagi seraya menyingkapkan pakaian dilengannya dan kini terlihatlah sebuah tangan indah nan putih milik Nyai Purbasari, tapi bukan hal itu yang memancing perhatian Bintang, melainkan sebuah tanda merah berbentuk segitiga dilengan Nyai Purbasari, tanda yang sama seperti yang dimiliki oleh Nyai Kembangsari.“Tapi tetap