Untung saja Bintang masih memiliki aji Tatar Netra dan Aji Mambang Bayu yang sudah beberapa kali menyelamatkan nyawa Bintang dari serangan Sepasang Pendekar Tombak Sakti ini. Tapi Bintang menyadari tak mungkin selamanya Bintang membiarkan dirinya menjadi incaran Sepasang Pendekar Tombak Sakti dengan tombak ditangan mereka. Sementara itu ditempatnya, Mawar terlihat begitu cemas melihat keadaan Bintang yang terdesak hebat, bahkan ; “Kakang.....bretttt...”. Mawar berteriak histeris saat salah satu tombak Sepasang Pendekar Tombak Sakti berhasil mengenai tubuh Bintang, tapi kemudian Mawar dapat menarik napas lega saat melihat hanya jubah Bintang yang sobek saat terkena sambaran ujung tombak tersebut, tapi kelegaan Mawar hanya berlangsung sesaat, karena disaat yang bersamaan satu tendangan keras dengan telak menghantam tubuh Bintang hingga kontan membuat tubuh Bintang terlempar deras kebelakang, titian gantung itu bergoyang dengan keras saat dihantam tubuh Bintang yan
“Kubunuh kau manusia bejat....hiyattt.”. sosok Mawar berkelebat kedepan. “Mawar jangan!!”. Bintang berteriak keras untuk mengingatkan Mawar, tapi terlambat sosok Mawar sudah melesat cepat kedepan, tapi sebelum serangan Mawar sampai, beberapa orang pendekar bayaran ki Demang Wagata telah menghadang didepannya. Pendekar-pendekar bayaran ki Demang Wagata berjumlah 6 orang, dan 2 diantaranya adalah adalah si Jarum Iblis dan si Tapak Beracun. Kedua pendekar bayaran ini sudah pernah berhadapan langsung dengan Dewi Mawar Merah dan saat itu kalau saja Bintang tidak menolongnya, mungkin Dewi Mawar Merah sudah tewas ditangan kedua pendekar bayaran ini. Untuk mengetahuinya baca (Asmara Sang Pendekar).“Serahkan dia pada kami ki demang.”. ucap si Tapak Beracun lagi.“Baik, tapi jangan sampai kalian menyentuh apalagi sampai melukai kulit tubuhnya yang indah itu, karena aku ingin menikmati tubuhnya terlebih dahulu sebelum di
Matahari belum menampakkan dirinya diufuk timur, tapi sinar kuning keemasannya sudah menghampar menerangi jagat yang maha luas ini, sinarnya yang begitu hangat terasa begitu menghangatkan kulit.Sementara itu disebuah lembah bebatuan terdapat sebuah goa kecil, dimana didalamnya cukup luas. Goa batu itu terlihat cukup terawat keadaannya, sementara itu disalah satu pembaringan batu, terlihat sesosok tubuh yang terbaring diatasnya.Pancaran bias sinar matahari cukup untuk membuat keadaan didalam goa tersebut cukup terang untuk dilihat, dan ; “Uhhh.”. sebuah erangan terdengar keluar dari bibir pemuda yang terbaring tersebut. Sejenak terlihat sosok pemuda itu seperti baru tersadar dari keadaannya. Melihat sosok dan penampilannya pemuda berparas tampan itu tak lain adalah Bintang adanya.Sesaat Bintang terlihat mencoba mengingat apa yang telah dialaminya dan saat baru menyadarinya, Bintang dengan cepat kembali membuka kedua matanya dan mengamati keadaan di
“Sebelum kematiannya, guruku menceritakan sebuah rahasia yang amat mengejutkanku Bintang. Sebuah rahasia tentang cerita sosok Pangeran Iblis yang menjadi musuh bebuyutan eyang gurumu Panembahan Agung.”. Mbah Suro berhenti sejenak seraya menarik napas panjang. Sementara Bintang terlihat sudah tidak sabar untuk mendengar kelanjutan cerita Mbah Suro.“Tapi selain Pangeran Iblis, ternyata masih ada seorang lagi yang keberadaannya akan sangat mengancam kedamaian dan ketentraman umat manusia. Khususnya ditanah jawa ini. Guruku menyebutnya sebagai RATU KEGELAPAN.”.“Ra... Ratu Kegelapan.”. ulang Bintang terkejut, memang baru kali ini Bintang mendengar nama itu.“Ya Ratu Kegelapan, bila kemunculan Pangeran Iblis amat mengancam kedamaian seluruh umat manusia, tapi kemunculan Ratu Kegelapan bisa sangat mengancam kedamaian ditanah jawa ini. Selama beberapa generasi kemunculannya, eyang guru dan guruku selalu berhasil mencegahnya.&r
“Mungkin shang hyang whidi masih belum menginginkan kematianku ki demang, tapi sebentar lagi kaulah yang akan segera menghadapnya..”. ucap pemuda itu lagi dengan tajam.Melihat tidak ada gunanya dia berniat untuk melarikan diri dari tempat itu, maka ; “Cringgg..”. ki Demang Wagata langsung mencabut keris yang sejak tadi ada dipinggangnya dan ;“Huh! jangan kau kira bisa membunuhku semudah itu bocah, kaulah yang akan mati dengan keris ditanganku ini.”. ucap ki Demang Wagata lagi seraya menyilangkan keris ditangannya, sosok pemuda berjubah biru itu terlihat maju kedepan beberapa tindak, tidak ada sedikitpun terlihat kegentaran diwajahnya menghadapi sosok ki Demang Wagata yang tengah memegang keris ditangannya.“Ayo serang aku ki demang!”. ucap sang pemuda lagi dengan sinisnya.“Kubunuh kau bocah, hiyaa! wut...wuutttt.”. sosok ki Demang Wagata menyerang kedepan dengan keris ditangannya. Tapi dengan
“Ayo den, mari mampir dulu kerumah”. ajak ki Tayub lagi dan Bintangpun tak menolaknya, lalu keduanyapun segera meninggalkan tempat itu.Malam kembali datang seperti biasanya, rembulan tampak bersinar redup malam itu, tapi masih begitu banyak bintang-bintang yang tertebaran menemaninya. Seperti itu ditempat kediaman Nyai Kembangsari sendiri.“Begitulah ceritanya den.”. ucap ki Tayub“Jadi Nyai Kembangsari masih memiliki seorang adik”. batin Bintang lagi setelah mendengar semua cerita ki Tayub.“Maaf ki, kalau boleh saya tahu, dimana adik Nyai Kembangsari berada sekarang. ?” ucap Bintang akhirnya.“Oh nyai sedang mengadakan pertunjukan dikadipaten sebelah den. Mungkin besok baru kembali”. ucap ki Tayub lagi.“Pe... Pertunjukan, maksud aki ?” tanya Bintang tak mengerti.“Nyai Purbasari adalah seorang sinden raden.”. ucap ki Tayub tersenyum.“
Malam kembali datang menjelang, seperti biasanya malam itupun rembulan tampak bersinar dengan redup, tapi disana sini masih cukup banyak bintang-bintang yang menemaninya dengan setia.Malam itu ditempat kediamannya, Nyai Purbasari tengah menceritakan sebuah rahasia tentang dirinya dan kakaknya Nyai Kembangsari, rahasia besar yang sangat membuat Bintang terkejut.“Tidak mungkin!”. ucap Bintang tanpa sadar.“Hal ini mungkin memang sangat sulit untuk dipercaya kangmas, tapi itulah kenyataan, kangmas mungkin tahu kalau nyimas Kembangsari memiliki sebuah tanda lahir dilengan kanannya seperti ini.”. ucap Nyai Purbasari lagi seraya menyingkapkan pakaian dilengannya dan kini terlihatlah sebuah tangan indah nan putih milik Nyai Purbasari, tapi bukan hal itu yang memancing perhatian Bintang, melainkan sebuah tanda merah berbentuk segitiga dilengan Nyai Purbasari, tanda yang sama seperti yang dimiliki oleh Nyai Kembangsari.“Tapi tetap
“Weerrrr......werrr”. tapi tiba-tiba saja dari arah luar, sebuah cahaya hitam berkiblat masuk kedalam kamar Bintang melalui jendela kamar yang terbuka itu, sesaat terlihat semburat cahaya hitam itu tampak mengitari tempat peraduan Bintang sampai kemudian cahaya itu terlihat mulai turun kelantai dan astaga, secara mengejutkan dari cahaya hitam yang berpedar itu mulai menjelma menjadi sesosok tubuh. Semakin lama cahaya hitam itu semakin memudar, tapi kali ini sebagai gantinya, cahaya hitam itu telah menjelma menjadi sosok seorang wanita anggun berparas cantik, wanita anggun ini tampak mengenakan pakaian serba hitam dengan garis-garis merah, tapi pakaian hitam yang dikenakannya cukup tipis hingga cukup memperlihatkan bentuk lekuk tubuhnya yang indah dibalik pakaiannya itu. Bahkan bukan itu saja yang sangat menarik dari sosok wanita cantik ini, pakaian transparan yang digunakannya tampak begitu rendah dibagian dadanya hingga belahan kedua gunung kembarnya yang membusung indah terlihat jel
Malam kembali datang, tapi malam ini hujan tidak turun seperti malam sebelumnya, walau bersinar redup, tapi sang rembulan masih menampakkan dirinya dipuncaknya, ditemani beberapa bintang yang masih setia bersamanya.Malam telah semakin larut, saat Nyai Purbasari terlihat keluar dari kamarnya, dengan sangat hati-hati Nyai Purbasari terlihat melangkah seakan-akan dia tak ingin keberadaannya diketahui oleh orang lain. Suasana malam itu benar-benar sunyi senyap, hampir semua mahluk sudah tenggelam dibuaian mimpinya. Nyai Purbasari terus melangkah menuju kepintu sebuah kamar, dan saat dia tiba didepan pintu kamar itu, dia berhenti sejenak, lalu dengan sangat hati-hati Nyai Purbasari terlihat menempelkan pendengarannya kearah pintu kamar tersebut.Secara perlahan tapi pasti, raut wajah jelita milik Nyai Purbasari terlihat berubah, nafasnya terdengar memburu, keringat dingin terlihat mengucur diwajahnya, dengan wajah memerah Nyai Purbasari terlihat cepat menarik wajahnya dari
Bintang yang melihat kekuatan puncak yang telah dikerahkan oleh Datuk Malenggang Dilangit, segera ikut menghimpun tenaganya. Uap tipis putih terlhat keluar dari tubuh Bintang, uap putih yang mengeluarkan hawa dingin yang sangat menyengat.Dari uap tipis itu, terlihat membentuk sebuah bayangan diatas kepala Bintang, bayangan seekor naga berwarna putih tercipta.“Ledakan besar, khhaaaa!”Tiba-tiba saja sosok Datuk Malenggang Dilangit yang sudah diselimuti magma lahar panas langsung berlari kearah Bintang.Buumm! Buumm! Buumm! Buumm!Di setiap langkah Datuk Malenggang Dilangit terdengar suara ledakan-ledakan akibat tapak magma panas Datuk Malenggang Dilangit yang menjejak tanah, bagaikan seekor banteng ganas, sosok Datuk Malenggang Dilangit yang sudah berubah menjadi monster magma lahar terus berlari kearah Bintang. Beberapa tombak dihadapan Bintang, monster magma Datuk Malenggang Dilangit melompat dan ;Wuussshhh!M
Dhuarr! Dhuarr! Dhuarr! Dhuarr!Ledakan-ledakan dahsyat dan beruntun terjadi diudara hingga terasa menggetarkan alam. Tinju-tinju magma bertemu dengan taburan Bintang-bintang putih kecil yang terang milik Bintang.Dhuarr! Dhuarr! Dhuarr! Dhuarr!Baik Bintang maupun Datuk Malenggang Dilangit terus melepaskan serangan dahsyatnya, hingga ledakan demi ledakan terus terjadi membahana ditempat itu, dalam sekejap saja, pohon-pohon yang ada dipulau itu langsung berterbangan dan bertumbangan entah kemana, tempat itu langsung luluh lantah dibuat oleh ledakan dahsyat oleh serangan Bintang dan Datuk Malenggang Dilangit.Saat Bintang berhasil turun kebawah, pulau itu sudah terbakar setengahnya akibat ledakan yang tadi terjadi, wajah Bintang kembali berubah saat melihat Datuk Malenggang Dilangit terlihat menghimpun tenaganya, magma lahar panas terlihat berkumpul ditelapak tangan Datuk Malenggang Dilangit.Bintang yang melihat hal itu segera ikut mengumpulkan haw
SEBUAH pulau kosong tak berpenghuni dipilih oleh Bintang untuk menjadi tempat pertarungannya dengan Datuk Malenggang Dilangit. Kini kedua-duanya sudah saling berdiri berhadapan, Bintang kini sudah kembali ke sosoknya semula, demikian pula Datuk Malenggang Dilangit yang kini sudah berdiri diatas tanah tempatnya berpijak. Kedua-duanya saling berhadapan dengan tatapan tajam.Wweerrrr..!Tanpa banyak bicara, sosok Datuk Malenggang Dilangit tiba-tiba saja mengeluarkan magma lahar panas dari sekujur tubuhnya, terutama dibagian kedua tangan, kedua kaki dan kepala. Sedangkan sebagian besar tubuhnya belum berubah menjadi magma lahar panas.Bintang yang melihat hal itupun tak tinggal diam, dan ;Blesshhhh...!Tiba-tiba saja tubuh Bintang telah diliputi energi putih keperakan, rambut Bintangpun telah berubah menjadi berwarna putih keperakan dengan balur-balur keemasan yang mengeluarkan hawa dingin. Rupanya Bintang langsung menggunakan wujud Pangeran Bulan
Wuusshhh!Tombak melesat dengan sangat cepat dan kuat kearah Datuk Malenggang Dilangit.Blepp!Kembali tombak yang dilemparkan oleh Sutan Rajo Alam hangus terbakar begitu menyentuh sosok Datuk Malenggang Dilangit.“Cepat ungsikan paduka rajo” teriak Datuk Rajo Dilangit memperingatkan para pejabat istana yang berdiri bersama Paduka Ananggawarman.“Tidak, aku takkan lari!” ucap Paduka Ananggawarman dengan keras hati hingga membuat Datuk Rajo Dilangit dan Sutan Rajo Alam hanya menarik nafas panjang melihat kekerasan hati Paduka Ananggawarman.Sementara itu magma lahar panas terus semakin banyak menjalar menutupi halaman istana Nagari Batuah.Datuk Rajo Dilangit dan Sutan Rajo Alam terlihat tengah memikirkan rencana untuk mengatasi hal itu, waktu yang sempat dan mendesak membuat keduanya sedikit khawatir dengan keadaan yang terjadi, hingga ;“Datuak Malenggang Di
Istana Nagari Batuah terlihat begitu sibuk dengan segala macam aktivitasnya, karena hari ini adalah janji yang ditetapkan oleh Datuak Malenggang Dilangit terhadap wilayah Nagari Batuah, dengan dipimpin oleh Datuk Rajo Dilangit, Paduka Ananggawarman berniat untuk melawan Datuk Malenggang Dilangit dengan segenap kekuatan istana Nagari Batuah, para hulubalang, panglima dan pejabat istana Nagari Batuahpun memberikan tanda kesiapan mereka berjuang hidup atau mati demi mempertahankan kedaulatan istana Nagari Batuah.Datuk Rajo Dilangit dipercaya oleh Paduka Ananggawarman untuk memimpin seluruh pasukan yang ada di istana Nagari Batuah dan Datuk Rajo Dilangit menerimanya untuk menjalankan taktik yang akan digunakan untuk melawan amukan Datuk Malenggang Dilangit. Seluruh masyarakat kotaraja Nagari Batuah sudah diungsikan demi keselamatan mereka. Paduka Ananggawarman menolak untuk ikut me
Pagi itu di Istana Bunian, panglima Kitty yang tiba-tiba saja datang menghadap, disaat Bintang dan Ratu Bunian tengah bercengkrama mesra berdua. “Sembah hormat hamba paduka, ratu” ucap panglima Kitty berlutut dihadapan keduanya. Ratu Bunian terlihat mengangkat tangannya sebagai tanda menerima hormat panglima Kitty. “Ada apa Kitty?” “Ampun ratu, Datuak Malenggang Dilangit sudah muncul kembali” ucap Kitty lagi hingga membuat wajah Ratu Bunian berubah pucat. Bintang yang ada didekatnya mulai tertarik mendengarnya. “Untung saja kita cepat memindahkan Negeri Bunian jauh dari gunung marapi. Kalau tidak, Datuak Malenggang Dilangit pasti sudah datang kemari” ucap Ratu Bunian lagi. Panglima Kitty terlihat mengangguk-anggukkan kepalanya. “Dimana Datuak Malenggang Dilangit muncul Kitty?” tanya Bintang cepat hingga membuat Ratu Bunian dan panglima Kitty memandang kearah Bintang. “Ampun paduka, Datuak Malenggang Dilangit mengacau di istana Nagari Batuah” “Istana Nagari Batuah?!” ulang Bintan
“Maafkan kelancangan ambo datuak” ucap Datuk Rajo Dilangit lagi. Entah apa maksud Datuk Rajo Dilangit yang tiba-tiba saja berjongkok. Perlahan sosok Datuk Rajo Dilangit mulai berubah menjadi seekor harimau loreng yang sangat besar, 2x ukuran harimau dewasa, sama besarnya dengan harimau putih jelmaan Datuk Malenggang Dilangit.Grraaauuummm!Grraaauuummm!Dua harimau besar ini saling mengaum dengan dahsyat, begitu dahsyatnya banyak para prajurit yang ada ditempat itu jatuh terduduk karena lemas lututnya.Grraaauuummm!Grraaauuummm!Kembali kedua harimau besar ini saling mengaum, tapi kali ini disertai dengan sama-sama saling menerkam kedepan.Kembali terjadi dua pertarungan raja rimba yang sama-sama berwujud besar. Saling terkam, saling cakar dan saling gigit, dilakukan oleh kedua harimau berbeda warna ini. Kali ini harimau belang jelmaan Datuk Rajo Dilangit mampu memberikan perlawanan sen
Sekarang Datuk Malenggang Dilangit telah dikeroyok oleh dua pengguna harimau dan macan kumbang, tapi bukannya terdesak, Datuk Malenggang Dilangit justru tertawa-tawa senang melayani serangan keduanya.“Hahaha.. sudah lama aku tidak bertarung sesenang ini” ucap Datuk Malenggang Dilangit lagi.Sebenarnya jurus-jurus harimau putih milik Datuk Malenggang Dilangit tidaklah jauh berada diatas jurus harimau singgalang milik Wijaya dan jurus macan kumbang milik Panglima Kumbang, hanya saja perbedaan kekuatan dan pengalaman yang membuat Datuk Malenggang Dilangit lebih unggul.Memasuki jurus ke 88, Wijaya dan Panglima Kumbang terlihat sama-sama melompat mundur kebelakang.Graaauumm!Ggrraaamm!Tiba-tiba saja Wijaya dan Panglima Kumbang terdengar mengaum. Sosok Wijaya sendiri yang sudah berjongkok merangkak tiba-tiba saja berubah wujud menjadi seekor harimau belang kuning dewasa, sedangkan sosok Panglima Kumbang y
Wusshhh!Seperti melempar karung saja, Datuk Malenggang Dilangit dengan ringannya melemparkan sosok Rajo mudo Basa kehadapan Paduka Ananggawarman.Tapp!Sesosok tubuh tampak langsung bergerak didepan Paduka Ananggawarman dan langsung menangkap tubuh Rajo mudo Basa yang dilemparkan oleh Datuk Malenggang Dilangit. Rupanya dia adalah Panglima Kumbang.“Rajo mudo, anakku” ucap Panglima Kumbang dengan wajah berubah yang melihat keadaan Rajo mudo Basa yang babak belur. Panglima Kumbang dengan cepat memeriksa keadaan putranya tersebut. Walaupun babak belur, Panglima Kumbang masih dapat merasakan tanda-tanda kehidupan ditubuh Rajo mudo Basa walaupun sangat lemah sekali. Panglima Kumbang segera memerintahkan beberapa prajurit untuk membawa sosok Rajo mudo Basa.“Apa yang datuak lakukan pada putra hamba?” tanya Panglima Kumbang lagi. Nada suara Panglima Kumbang sedikit meninggi.“Putramu, siapa kau?&rdqu