Malam kembali datang, tapi malam ini hujan tidak turun seperti malam sebelumnya, walau bersinar redup, tapi sang rembulan masih menampakkan dirinya dipuncaknya, ditemani beberapa bintang yang masih setia bersamanya.
Malam telah semakin larut, saat Nyai Purbasari terlihat keluar dari kamarnya, dengan sangat hati-hati Nyai Purbasari terlihat melangkah seakan-akan dia tak ingin keberadaannya diketahui oleh orang lain. Suasana malam itu benar-benar sunyi senyap, hampir semua mahluk sudah tenggelam dibuaian mimpinya. Nyai Purbasari terus melangkah menuju kepintu sebuah kamar, dan saat dia tiba didepan pintu kamar itu, dia berhenti sejenak, lalu dengan sangat hati-hati Nyai Purbasari terlihat menempelkan pendengarannya kearah pintu kamar tersebut.
Secara perlahan tapi pasti, raut wajah jelita milik Nyai Purbasari terlihat berubah, nafasnya terdengar memburu, keringat dingin terlihat mengucur diwajahnya, dengan wajah memerah Nyai Purbasari terlihat cepat menarik wajahnya dari
“Kau boleh melakukan apapun nyimas, tapi tolong jangan ganggu dia. ?” ucap Nyai Purbasari lagi kepada Bintang.“Oh... Rupanya kau juga jatuh cinta padanya Purbasari. Tak heran adik dan kakak mencintai orang yang sama.”. ucap Nyai Kembangsari lagi tersenyum sinis.“Tapi dia memang pantas untuk dimiliki oleh setiap wanita didunia ini. Tapi selagi aku yang memiliki, tidak ada seorang wanitapun yang boleh memilikinya. Termasuk kau Purbasari”. ucap Nyai Kembangsari lagi dengan tegas. Dan Nyai Purbasari sangat terkejut saat tiba-tiba saja sosok Nyai Kembangsari yang tadinya berada beberapa langkah dihadapannya, kini sudah berada tepat didepannya, bahkan ; “Ugghhh.”. dengan tiba-tiba saja tangan kanan Nyai Kembangsari telah mencengkram lehernya dengan keras, hingga sosok tubuh Nyai Purbasari terangkat keatas.“Akan kukirim kau untuk menemui kakakmu.”. ucap Nyai Kembangsari lagi dengan pandangan yang mengeluark
Bersamaan dengan itu Mbah Suropun menceritakan apa yang sebenarnya terjadi kepada Bintang dan kembali wajah Bintang berubah mendengar cerita yang disampaikan oleh Mbah Suro.“Aku datang terlambat Bintang”.“Ta... Tapi bisakah kita menolongnya mbah.”.“Bisa, hanya saja waktu kita sangat sempit Bintang, bila sampai matahari terbit diufuk timur, maka semuanya sudah terlambat..”. ucap Mbah Suro seraya menatap kearah mulut goa, dimana kegelapan masih menyapa.“Kalau begitu jangan ditunda lagi mbah, ayo kita berangkat sekarang”. ucap Bintang, tapi Bintang terkejut saat melihat wajah Mbah Suro yang berubah.“Tempat kekuasaan Ratu Kegelapan berada di dunia kegelapan Bintang, dan ditempatnya Ratu Kegelapan takkan bisa dikalahkan, jika kita kesana, aku ragu apakah kita bisa untuk mengalahkannya..”. ucap Mbah Suro lagi.“Aku tak perduli mbah, yang penting sekarang adalah menyelamatkan Ny
“Buka matamu sekarang Bintang.!”. sebuah suara terdengar lembut dipendengaran Bintang, dengan perasaan berdebar Bintang segera membuka kedua matanya, dan ; “Ahhh...”. Bintang terperanjat kaget saat melihat keberadaan dirinya saat itu, tak ada sesuatupun yang dapat terlihat kecuali kegelapan. Hanya sosok Mbah Suro saja yang dapat Bintang lihat, karena disekujur tubuh Mbah Suro terlihat memancarkan cahaya putih yang cukup terang.“Inilah Dunia kegelapan itu Bintang, gunakan aji Nur Prasetya Bumimu untuk melihat jalan.”. ucap Mbah Suro lagi dan tanpa menunggu waktu lagi, Bintangpun segera merapal aji Nur Prasetya Buminya, dan seketika saja tubuh Bintangpun langsung memancarkan cahaya putih yang cukup terang seperti yang dipergunakan oleh Mbah Suro. Dan Bintang kini baru dapat melihat kalau tepat dihadapan mereka, ada dua buah lorong goa yang cukup besar.“Kita harus bergerak cepat Bintang, jika tidak Nyawa Nyai P
“Aku Bintang, aku kemari karena ingin menyelamatkan temanku”. ucap Bintang tegas.“Aku adalah penjaga tempat ini, dan siapapun yang masuk kedalam tempat ini takkan pernah bisa keluar dengan selamat dan kau harus menjadi budakku sama seperti mereka”. ucap mahluk hitam itu lagi, Bintang melirikkan pandangannya kearah mayat-mayat hidup yang berjalan disana sini.“Aku takkan sudi bernasib sama seperti mereka”. ucap Bintang lagi.“Huh! kita lihat saja apa bicaramu sehebat kemampuanmu.”. ucap mahluk hitam itu lagi seraya menyilangkan tombak bermata limanya, Bintangpun tak tinggal diam.“Hyattt......bet...bett....betttt..”. sosok mahluk itu terlihat langsung menyerang Bintang dengan ganasnya, tombak bermata lima miliknya langsung menderu kearah Bintang.Untunglah yang menjadi lawan mahuk hitam ini Bintang, hingga serangan hebat itu terlihat masih bisa diatasi Bintang dengan gerakan lincah jurus
“Mahluk itu tidak akan bisa dibunuh ditempat ini.”. kembali terdengar suara sang kepala kera. Tapi kemudian perhatian Bintang kembali terpecah saat mahluk hitam itu sudah kembali menyerangnya dengan tombak bermata limanya.“Cringg.”. Bintang mencabut pedang lentur yang ada dipunggungnya, dan ; “Trangg...trangg....tranggg”. kini keduanya sudah kembali bertarung sengit dengan senjata masing-masing, dan pada suatu kesempatan Bintang berhasil membabatkan pedangnya kearah kepala si mahluk hitam, dan ; “Crasshhh.”. kepala sang mahluk hitam langsung terpotes putus dari tempatnya, melihat hal itu, Bintang segera melompat menjauh.Pandangan Bintang bergidik saat tidak melihat darah dari tebasan pedangnya tadi dan Bintang semakin terkejut saat melihat tiba-tiba saja kepala si mahluk hitam yang tadi sudah terguling-guling dibebatuan itu tiba-tiba saja kembali melesat dan menyatu ditubuh pemiliknya.“Sudah kubilang kau t
Sebuah ruangan goa terlihat cukup luas, terihat sebuah undakan tangga yang menjulang tinggi, begitu tingginya sampai-sampai ujung undakan tangga itu tidak terlihat oleh pandangan mata. Dibawah undakan tangga terlihat sesosok tubuh berdiri dengan menatap tajam kearah undakan tangga yang ada dihadapannya. Sosok tubuh itu adalah sosok seorang kakek yang tampak mengenakan pakaian seperti layaknya seorang pertapa.“Tunjukkan dirimu Ratu Kegelapan.”. tiba-tiba saja terdengar suara kakek tua berperawakan gagah itu dengan lantang. Suaranya menggema diseluruh tempat itu.“Hupp.”. tiba-tiba saja sikakek pertapa melompat menjauh saat segelombang angin menerjangnya dengan keras, begitu tidak mengenai sasaran, putaran angin beliung itu terlihat menjauh beberapa tombak dihadapan sang kakek dan kejap berikutnya ; “zeggghtsss..”. angin itu sirna dan sebagai gantinya kini dihadapan sang kakek pertapa menjelma sosok seorang wanita berwajah cantik, tap
“Pukulan Kegelapan Abadi yeaahhh...wuusshhh”. sosok Ratu Kegelapan ikut melesat kedepan dan ; “Blepppp....”. kedua telapak tangan yang saling mengeluarkan cahaya yang berbeda warna itu saling bertemu dan kini terlihatlah keduanya saling mengadu tenaga dalam satu sama lain.Dan astaga, apa yang terjadi benar-benar luar biasa, semua bebatuan yang ada disekitar pertarungan itu tiba-tiba saja terangkat dengan sendirinya, bahkan ; “Duarr....duarr... duarrr..”. batu-batu itu langsung hancur berkeping-keping akibat kuatnya gelombang tenaga yang keluar dari kedua pendekar hebat itu, bahkan ditempat itu langsung menjelma menjadi satu putaran angin puting beliung yang benar-benar menghancurkan tempat itu, hingga akhirnya ;“Blarrrrrrr....”. sebuah ledakan dasyat akhir terjadi saat keduanya mencapai puncak, “Akhhh.”. hampir bersamaan kedua sosok itu saling terlempar hebat kebelakang. Baik sosok Mbah Suro maupun
Dunia Alam Kegelapan, tempat kediaman Ratu Kegelapan, merupakan sebuah tempat semu yang bagi kebanyakan orang, tempat ini hanya isapan jempol belaka, bahkan mungkin banyak orang yang menganggap tempat seperti itu tidaklah ada. Tapi sayang ada banyak hal yang ada diatas muka bumi ini yang mungkin berada diluar jangkauan akal manusia, salah satunya adalah keberadaan Dunia Alam Kegelapan. Sebagaimana diceritakan pada cerita sebelumnya (Munculnya Ratu Kegelapan), Bintang bersama Mbah Suro memasuki Dunia Alam Kegelapan untuk menyelamatkan roh Nyai Purbasari yang dibawa oleh Ratu Kegelapan ke Dunia Alam Kegelapan. Tapi malangnya justru dengan segala taktik dan tipu dayanya, Ratu Kegelapan berhasil memperdaya Bintang dan Mbah Suro.Dan sebagai akibatnya, Bintang dan Mbah Suro kini harus menerima keadaan dirinya yang terkurung disebuah kerangkeng besi yang terbungkus oleh satu cahaya hijau, hebatnya lagi kerangkeng besi itu tampak mengawang diudara, sementara dibawah