Hampir semua pendekar dunia persilatan yang hadir ditempat itu bangkit berdiri, termasuk 4 dewa penjaga gerbang.
“Dewa Mars Pyroeis”. ucap 4 dewa penjaga gerbang hampir bersamaan.
Sesosok tubuh tinggi besar dengan bentuk tubuh yang sangat kekar berotot, hal ini dapat terlihat karena sosok tersebut tidak mengenakan pakaian bagian atas, hanya mengenakan kain berwarna kecoklatan untuk menutupi tubuhnya bagian bawah. Di kedua tangannya yang sangat kekar berotot terlihat lilitan kain putih yang membungkur kedua tangannya, sebuah tasbih besar terlihat mengalung di lehernya, wajahnya kurang terlihat jelas karena tertutup oleh sebuah caping jerami, tapi yang paling menakjubkan juga menggetarkan dari sosok ini adalah warna kulitnya yang berwarna kemerahan tidak umum untuk warna kulit seorang manusia pada umumnya. Sosok tinggi besar yang kini berdiri ditengah-tengah arena pertarungan.
Sejenak terlihat sosok kemerahan tersebut terlihat m
Semua perhatian langsung tertuju kearah sosok yang ternyata adalah Ketua dari partai Matahari Terbang, sosok lelaki besar berperawakan gagah. Kumis hitamnya yang tebal membuat sosoknya semakin memancarkan aura wibawa yang sangat kuat. Di jagat persilatan dia dikenal dengan nama Raja Matahari Terbang.“Huh! ingin memberi pelajaran, sombong sekali”. Ucap Raja Matahari Terbang tak kalah sombong.Pyroeis si Dewa Mars terlihat menatap tajam kearah sosok Raja Matahari Terbang yang beberapa langkah ada dihadapannya. “Ternyata ada juga yang bernyali ditempat ini, bagus! bagus!”. ucapnya lagi.“Apakah tidak ada yang ingin maju sekalian. biar cepat selesai”. Ucap Pyroeis lagi menatap kearah sekelilingnya dengan angkuhnya.“Aku Raja Matahari Terbang sudah cukup untuk melawanmu manusia sombong”.Raja Matahari Terbang terlihat menghimpun tenaganya, dan merapakatkan kedua tangannya ;“‘Golok
Raja Matahari Terbang sudah turun kembali kebawah dan kini menatap Dewa Mars dengan tatapan tak percaya dengan apa yang baru saja terjadi.“Golok Bulan Heaa”“Wussh...wushhh...wushhh”Sesosok tubuh melesat masuk ke arena pertarungan dan langsung melancarkan serangan beruntun dan mematikan kearah Dewa Mars. Begitu cepat sampai-sampai Dewa Mars tak sempat untuk menghindar dan memapaki serangan tersebut, dan ;“Bett..bett..bettt..bettt”. beberapa sinar keperakan membentuk bulan sabit itu dengan telak menghantam tubuh Dewa Mars dari berbagai arah, tapi anehnya sosok Dewa Mars masih dengan tenangnya berdiri tegar ditempatnya, seakan-akan jurus mematikan itu tidak ada arti baginya.Dewa Mars hanya tampak mengibas-ngibaskan tubuhnya yang tadi terkena serangan, seakan ingin membuang debu yang menempel ditubuhnya, sementara itu, sosok yang tadi melepaskan serangan kini sudah berdiri disebelah Raja Matahari Terban
Sosok Raja Matahari Terbang dan Ratu Bulan terlihat sama-sama terlempar dengan hebat kebelakang, walau berhasil mengendalikan gerak jatuh tubuh mereka, tapi tak urung keduanya langsung jatuh terduduk dan langsung memuntahkan darah segar dari mulut mereka, warna keemasan yang membungkus tubuh mereka telah lenyap, sosok mereka telah kembali ke sosok asli mereka, dari kondisinya jelas kalau kedua tokoh dedengkot jagat persilatan ini tengah menderita luka dalam yang sangat hebat.Sementara itu sosok Dewa Mars masih tampak berdiri gagah ditempatnya, walau masih berdiri tegar, disela-sela bibirnya terlihat darah kental kehitaman merembes keluar, Dewa Mars hanya menyeka dengan tenangnya.“Hebat juga, manusia rendahan seperti kalian bisa melukaiku”. ucap Dewa Mars lagi menatap dengan garang kearah Raja Matahari Terbang dan Ratu Bulan yang sudah tak berdaya.“Serrr”. tiba-tiba saja sosok seorang biksu melesat dan berdiri dihadapan Raja Matahari Te
Suasana hening sesaat ditempat itu, tak ada satupun suara yang terdengar. “Tuittt...tuittttt..”. tiba-tiba saja sebuah suara alunan seruling terdengar membahana ditempat itu, semua perhatian langsung tertuju pada sosok wanita berpakaian serba merah yang kini tampak dengan tenang memasuki arena pertarungan, ditangannya terlihat sebuah seruling yang kini telah menempel dibibir merahnya yang telah mengalunkan suara seruling yang begitu mendayu-dayu. Dari perawakannya, kita tentu sudah mengenal wanita ini. Dia adalah Dewi Seruling Naga Emas. Nama Dewi Seruling Naga Emas yang sudah tak asing lagi sebagai pendekar wanita yang sangat disegani baik lawan maupun kawan. Perkumpulan Seruling Naga Emas yang didirikannyapun sangat terkenal di dunia persilatan, semua muridnyapun wanita.Aneh, semua pendekar yang ada ditempat itu merasa begitu terlena dengan alunan indah dari suara seruling yang tengah dimainkan oleh Dewi Seruling Naga Emas, tapi berbeda dengan Dewa Mars y
Semua pendekar yang ada ditempat itu menatap takjub kearah pertarungan tersebut, memasuki jurus ke-62, gadis bercadar putih melompat mundur, dan ;“Salju Terbang, Heaaa..!”“Wussh..wusshhh..wusshhhh”. gadis bercadar putih melepaskan serangan cepat berbentuk bongkahan-bongkahan es berujung runcing kearah Mahlagha. Mahlagha tahu serangan lawan tak bisa dianggap enteng, maka ;“Cangkang kura-kura..Heaaa”Mahlagha langsung membuat perisai pertahanan dirinya berbentuk cangkang kura-kura hitam, hingga ; “Blepp..bleppp. belep”. bongkahan-bongkahan es berujung runcingpun menghantam cangkang kura-kura pertahanan Mahlagha.Si gadis bercadar terus melepaskan serangan Salju Terbangnya mencoba mencari celah dari pertahanan Mahlagha, tapi Mahlagha benar-benar membuktikan kemampuannya sebagai Dewi Bumi dengan pertahanan yang sangat kuat, cangkang kura-kura hitamn
Kabut tebal menutupi segenap puncak Bukit Batu Bulan, tak seorangpun dapat menebak apa yang telah terjadi, semuanya hanya dapat menanti, berharap dengan penuh kecemasan sang gadis bercadar putih dapat mengalahkan Dewa Mars yang perkasa.Angin yang berhembus kencang, perlahan telah meniup pudar kabut tebal yang meringkupi puncak Bukit Batu Bulan, perlahan-lahan dua sosok tubuh masih terlihat berdiri tegar ditempatnya, yang satu adalah sosok sang gadis bercadar putih yang masih berdiri anggun ditempatnya, sementara disisi lain Pyroeis si Dewa Mars, sang Dewa Gunung yang perkasa juga masih berdiri ditempatnya dengan gagah, seakan tanpa luka apapun ditubuhnya.“Huakkkk”. tiba-tiba saja gadis bercadar putih memuntahkan darah kental kehitaman dari balik tirai cadar yang dikenakannya, tampak jelas luka dalam yang dideritanya seiring dengan jatuh berlututnya sang gadis bercadar.“Kau sungguh hebat mampu mengatasi serangan Energi Gunun
Satu demi satu tokoh-tokoh dunia persilatan memasuki arena pertarungan dan membentuk lingkaran mengelilingi sosok Dewa Mars.“Hamba ketua Aliran pedang tunggal mohon petunjuk”“Hamba ketua Aliran pedang naga mohon petunjuk”“Hamba ketua Aliran pedang awan mohon petunjuk”“Hamba ketua Aliran pedang bunga mohon petunjuk”“Hamba ketua Aliran pedang jarum air mohon petunjuk”“Hamba ketua Aliran pedang angin petir mohon petunjuk”“Hamba ketua Aliran pedang sakti mohon petunjuk”Sembilan tokoh utama dari 9 aliran pedang telah masuk ke arena pertarungan, seakan tak ingin kalah dari yang lain, bisa mengalahkan Pyroeis Dewa Gunung yang perkasa tentu bukan saja akan membuat nama akan terkenal tapi juga akan disegani di jagat dunia persilatan, hal inilah yang membuat ke-9 aliran pedang berlomba-lomba masuk ke arena pertarungan.“Ha ha ha.! Bag
“Duarrrrr.”. satu ledakan dahsyat terjadi, seiring itu, dinding energi listrik yang terciptapun sirna, menyelamatkan ke-9 tetua aliran pedang yang ada. Sosok pemuda berpakaian merahpun terlihat terseret beberapa tombak kebelakang, sementara itu sosok Dewa Gunung masih berdiri ditempatnya dengan gagahnya, walaupun dinding energi yang tercipta sudah sirna, tapi tubuh Dewa Gunung masih diliputi dengan dinding energi yang memancarkan aliran listrik yang sangat kuat.Kini Dewa Gunung terlihat menatap tajam kearah sosok pemuda yang berpakaian serba merah yang ada dihadapannya. Bukan Dewa Gunung saja yang kini menatap kearah sosok pemuda tersebut, tapi semua orang ada ditempat itu kini beralih menatap kearahnya, murid-murid dari 9 aliran pedang terlihat sibuk membantu guru-guru mereka untuk menyingkir dari tempat itu.“Siapa kau anak muda, berani sekali mencampuri urusanku!”. ucap Dewa Gunung lagi dengan garang.“Namaku Huang Fu Yi, aku ya
Bintang yang melihat kekuatan puncak yang telah dikerahkan oleh Datuk Malenggang Dilangit, segera ikut menghimpun tenaganya. Uap tipis putih terlhat keluar dari tubuh Bintang, uap putih yang mengeluarkan hawa dingin yang sangat menyengat.Dari uap tipis itu, terlihat membentuk sebuah bayangan diatas kepala Bintang, bayangan seekor naga berwarna putih tercipta.“Ledakan besar, khhaaaa!”Tiba-tiba saja sosok Datuk Malenggang Dilangit yang sudah diselimuti magma lahar panas langsung berlari kearah Bintang.Buumm! Buumm! Buumm! Buumm!Di setiap langkah Datuk Malenggang Dilangit terdengar suara ledakan-ledakan akibat tapak magma panas Datuk Malenggang Dilangit yang menjejak tanah, bagaikan seekor banteng ganas, sosok Datuk Malenggang Dilangit yang sudah berubah menjadi monster magma lahar terus berlari kearah Bintang. Beberapa tombak dihadapan Bintang, monster magma Datuk Malenggang Dilangit melompat dan ;Wuussshhh!M
Dhuarr! Dhuarr! Dhuarr! Dhuarr!Ledakan-ledakan dahsyat dan beruntun terjadi diudara hingga terasa menggetarkan alam. Tinju-tinju magma bertemu dengan taburan Bintang-bintang putih kecil yang terang milik Bintang.Dhuarr! Dhuarr! Dhuarr! Dhuarr!Baik Bintang maupun Datuk Malenggang Dilangit terus melepaskan serangan dahsyatnya, hingga ledakan demi ledakan terus terjadi membahana ditempat itu, dalam sekejap saja, pohon-pohon yang ada dipulau itu langsung berterbangan dan bertumbangan entah kemana, tempat itu langsung luluh lantah dibuat oleh ledakan dahsyat oleh serangan Bintang dan Datuk Malenggang Dilangit.Saat Bintang berhasil turun kebawah, pulau itu sudah terbakar setengahnya akibat ledakan yang tadi terjadi, wajah Bintang kembali berubah saat melihat Datuk Malenggang Dilangit terlihat menghimpun tenaganya, magma lahar panas terlihat berkumpul ditelapak tangan Datuk Malenggang Dilangit.Bintang yang melihat hal itu segera ikut mengumpulkan haw
SEBUAH pulau kosong tak berpenghuni dipilih oleh Bintang untuk menjadi tempat pertarungannya dengan Datuk Malenggang Dilangit. Kini kedua-duanya sudah saling berdiri berhadapan, Bintang kini sudah kembali ke sosoknya semula, demikian pula Datuk Malenggang Dilangit yang kini sudah berdiri diatas tanah tempatnya berpijak. Kedua-duanya saling berhadapan dengan tatapan tajam.Wweerrrr..!Tanpa banyak bicara, sosok Datuk Malenggang Dilangit tiba-tiba saja mengeluarkan magma lahar panas dari sekujur tubuhnya, terutama dibagian kedua tangan, kedua kaki dan kepala. Sedangkan sebagian besar tubuhnya belum berubah menjadi magma lahar panas.Bintang yang melihat hal itupun tak tinggal diam, dan ;Blesshhhh...!Tiba-tiba saja tubuh Bintang telah diliputi energi putih keperakan, rambut Bintangpun telah berubah menjadi berwarna putih keperakan dengan balur-balur keemasan yang mengeluarkan hawa dingin. Rupanya Bintang langsung menggunakan wujud Pangeran Bulan
Wuusshhh!Tombak melesat dengan sangat cepat dan kuat kearah Datuk Malenggang Dilangit.Blepp!Kembali tombak yang dilemparkan oleh Sutan Rajo Alam hangus terbakar begitu menyentuh sosok Datuk Malenggang Dilangit.“Cepat ungsikan paduka rajo” teriak Datuk Rajo Dilangit memperingatkan para pejabat istana yang berdiri bersama Paduka Ananggawarman.“Tidak, aku takkan lari!” ucap Paduka Ananggawarman dengan keras hati hingga membuat Datuk Rajo Dilangit dan Sutan Rajo Alam hanya menarik nafas panjang melihat kekerasan hati Paduka Ananggawarman.Sementara itu magma lahar panas terus semakin banyak menjalar menutupi halaman istana Nagari Batuah.Datuk Rajo Dilangit dan Sutan Rajo Alam terlihat tengah memikirkan rencana untuk mengatasi hal itu, waktu yang sempat dan mendesak membuat keduanya sedikit khawatir dengan keadaan yang terjadi, hingga ;“Datuak Malenggang Di
Istana Nagari Batuah terlihat begitu sibuk dengan segala macam aktivitasnya, karena hari ini adalah janji yang ditetapkan oleh Datuak Malenggang Dilangit terhadap wilayah Nagari Batuah, dengan dipimpin oleh Datuk Rajo Dilangit, Paduka Ananggawarman berniat untuk melawan Datuk Malenggang Dilangit dengan segenap kekuatan istana Nagari Batuah, para hulubalang, panglima dan pejabat istana Nagari Batuahpun memberikan tanda kesiapan mereka berjuang hidup atau mati demi mempertahankan kedaulatan istana Nagari Batuah.Datuk Rajo Dilangit dipercaya oleh Paduka Ananggawarman untuk memimpin seluruh pasukan yang ada di istana Nagari Batuah dan Datuk Rajo Dilangit menerimanya untuk menjalankan taktik yang akan digunakan untuk melawan amukan Datuk Malenggang Dilangit. Seluruh masyarakat kotaraja Nagari Batuah sudah diungsikan demi keselamatan mereka. Paduka Ananggawarman menolak untuk ikut me
Pagi itu di Istana Bunian, panglima Kitty yang tiba-tiba saja datang menghadap, disaat Bintang dan Ratu Bunian tengah bercengkrama mesra berdua. “Sembah hormat hamba paduka, ratu” ucap panglima Kitty berlutut dihadapan keduanya. Ratu Bunian terlihat mengangkat tangannya sebagai tanda menerima hormat panglima Kitty. “Ada apa Kitty?” “Ampun ratu, Datuak Malenggang Dilangit sudah muncul kembali” ucap Kitty lagi hingga membuat wajah Ratu Bunian berubah pucat. Bintang yang ada didekatnya mulai tertarik mendengarnya. “Untung saja kita cepat memindahkan Negeri Bunian jauh dari gunung marapi. Kalau tidak, Datuak Malenggang Dilangit pasti sudah datang kemari” ucap Ratu Bunian lagi. Panglima Kitty terlihat mengangguk-anggukkan kepalanya. “Dimana Datuak Malenggang Dilangit muncul Kitty?” tanya Bintang cepat hingga membuat Ratu Bunian dan panglima Kitty memandang kearah Bintang. “Ampun paduka, Datuak Malenggang Dilangit mengacau di istana Nagari Batuah” “Istana Nagari Batuah?!” ulang Bintan
“Maafkan kelancangan ambo datuak” ucap Datuk Rajo Dilangit lagi. Entah apa maksud Datuk Rajo Dilangit yang tiba-tiba saja berjongkok. Perlahan sosok Datuk Rajo Dilangit mulai berubah menjadi seekor harimau loreng yang sangat besar, 2x ukuran harimau dewasa, sama besarnya dengan harimau putih jelmaan Datuk Malenggang Dilangit.Grraaauuummm!Grraaauuummm!Dua harimau besar ini saling mengaum dengan dahsyat, begitu dahsyatnya banyak para prajurit yang ada ditempat itu jatuh terduduk karena lemas lututnya.Grraaauuummm!Grraaauuummm!Kembali kedua harimau besar ini saling mengaum, tapi kali ini disertai dengan sama-sama saling menerkam kedepan.Kembali terjadi dua pertarungan raja rimba yang sama-sama berwujud besar. Saling terkam, saling cakar dan saling gigit, dilakukan oleh kedua harimau berbeda warna ini. Kali ini harimau belang jelmaan Datuk Rajo Dilangit mampu memberikan perlawanan sen
Sekarang Datuk Malenggang Dilangit telah dikeroyok oleh dua pengguna harimau dan macan kumbang, tapi bukannya terdesak, Datuk Malenggang Dilangit justru tertawa-tawa senang melayani serangan keduanya.“Hahaha.. sudah lama aku tidak bertarung sesenang ini” ucap Datuk Malenggang Dilangit lagi.Sebenarnya jurus-jurus harimau putih milik Datuk Malenggang Dilangit tidaklah jauh berada diatas jurus harimau singgalang milik Wijaya dan jurus macan kumbang milik Panglima Kumbang, hanya saja perbedaan kekuatan dan pengalaman yang membuat Datuk Malenggang Dilangit lebih unggul.Memasuki jurus ke 88, Wijaya dan Panglima Kumbang terlihat sama-sama melompat mundur kebelakang.Graaauumm!Ggrraaamm!Tiba-tiba saja Wijaya dan Panglima Kumbang terdengar mengaum. Sosok Wijaya sendiri yang sudah berjongkok merangkak tiba-tiba saja berubah wujud menjadi seekor harimau belang kuning dewasa, sedangkan sosok Panglima Kumbang y
Wusshhh!Seperti melempar karung saja, Datuk Malenggang Dilangit dengan ringannya melemparkan sosok Rajo mudo Basa kehadapan Paduka Ananggawarman.Tapp!Sesosok tubuh tampak langsung bergerak didepan Paduka Ananggawarman dan langsung menangkap tubuh Rajo mudo Basa yang dilemparkan oleh Datuk Malenggang Dilangit. Rupanya dia adalah Panglima Kumbang.“Rajo mudo, anakku” ucap Panglima Kumbang dengan wajah berubah yang melihat keadaan Rajo mudo Basa yang babak belur. Panglima Kumbang dengan cepat memeriksa keadaan putranya tersebut. Walaupun babak belur, Panglima Kumbang masih dapat merasakan tanda-tanda kehidupan ditubuh Rajo mudo Basa walaupun sangat lemah sekali. Panglima Kumbang segera memerintahkan beberapa prajurit untuk membawa sosok Rajo mudo Basa.“Apa yang datuak lakukan pada putra hamba?” tanya Panglima Kumbang lagi. Nada suara Panglima Kumbang sedikit meninggi.“Putramu, siapa kau?&rdqu