Share

38. Bagian 11

last update Last Updated: 2022-02-24 01:01:37

Pagi datang, suasana Bukit Batu Bulan sudah ramai oleh anggota-anggota sekte dari berbagai aliran. Satu demi satu aliran mulai menempati posisi mereka di podium arena pertarungan. Suasana riuh langsung membahana ditempat itu.

“Hari ini siapa yang akan bertanding?”. ucap salah seorang anggota aliran

“Aku tidak tahu, mungkin Raja Muda dari Sekte Matahari Terbang atau mungkin juga Wang Choyang dari Partai Suci Teratai Putih”.

“Wah. bakalan seru nih pertandingan hari ini..”

“Benar... Benar. Pasti serulah”. Ucap yang lain menimpali seraya tertawa.

Suasana riuh itu menghiasi keadaan di Bukit Batu Bulan yang menjadi ajang pertarungan para pendekar untuk memperebutkan gelar pemimpin para pendekar sekaligus mendapatkan kitab sakti ‘Cermin Langit’ dari 4 dewa penjaga gerbang.

Suasana tiba-tiba berubah hening saat tetua Qing Long memasuki arena pertarungan, semua perhatian langsung tertuju kea

Locked Chapter
Continue Reading on GoodNovel
Scan code to download App

Related chapters

  • Ksatria Pengembara Season 1   38. Bagian 12

    Perisai Hati Budha Emas sudah tidak lagi meringkupi tubuh biksu Onglo Hui yang kini melangkah beberapa langkah kedepan. “Sancai...sancai., amarah menguasai nafsu. nafsu hanya membawa malapetaka. sancai...sancai”. ucap biksu Onglo Hui dengan lembutnya.“Hentikan omong kosongmu biksu. aku belum kalah”. ucap Raja Muda dengan keras. “Wesshsh”. tiba-tiba saja dari tubuh Raja Muda mengeluarkan energi kekuatan yang sangat luar biasa yang langsung menyapu tempat itu. Bahkan biksu Onglo Hui sampai tergeser beberapa langkah mundur kebelakang.“Energi tenaga yang dahsyat sekali”. batin biksu Onglo Hui lagi seraya terus memperhatikan sosok Raja Muda yang kini tampak sudah bangkit berdiri dari tempatnya terkulai tadi. Ada yang berbeda dari sosok Raja Muda kini, biksu Onglo Hui dapat merasakan kekuatan dahsyat yang keluar dari tubuh Raja Muda. Sesungguhnya Raja Muda dari Sekte Matahari Terbang ini telah mengerahkan salah satu

    Last Updated : 2022-02-24
  • Ksatria Pengembara Season 1   38. Bagian 13

    Angin yang berhembus kencang di puncak Bukit Batu Bulan membuat kabut tebal yang menyelimuti tempat itu dengan cepat memudar. Hingga kini terlihat dua sosok yang sama-sama terlihat memuntahkan darah kental kehitaman di bibir mereka. Sosok Biksu Onglo Hui terlihat masih terduduk ditempat, darah kental kehitaman tampak mengalir disela-sela bibirnya. Sementara itu sosok Raja Muda tak kalah tragis, sosoknya terlihat terjatuh berlutut beberapa langkah dari tempatnya tadi berdiri, dari bibirnyapun mengalir darah kental kehitaman. Tapi Raja Muda masih terlihat mampu bangkit berdiri ditempatnya walau dengan tubuh goyah. “Serrrr” tiba-tiba beberapa sosok bayangan melesat cepat ketengah arena pertarungan dan berdiri tepat dihadapan Biksu Onglo Hui. Dia adalah kepala biksu dari shaolin selatan, sedangkan beberapa biksu yang lain terlihat tengah membantu Biksu Onglo Hui. “Sancai..sancai., hamba mewakili murid hamba Biksu Onglo Hui mengaku kalah dari Raja Muda”. Ucap kepala biksu menjura hormat.

    Last Updated : 2022-02-24
  • Ksatria Pengembara Season 1   38. Bagian 14

    Yuan Ming Zhu tidak pernah tahu kalau dalam tubuh Bintang telah ada kekuatan khasiat dari Ginseng Dewa, ginseng yang hanya tumbuh 10.000 tahun sekali, pemberian Dewa Kera pada Bintang. Ginseng dewa inilah yang membuat Bintang selalu perkasa diatas peraduan. Saat tengah malam barulah pergumulan birahi diantara keduanya berakhir, baik Bintang maupun Yuan Ming Zhu terlihat sama-sama terkapar lemas dengan wajah penuh kepuasan, percumbuan birahi yang mereka lakukan benar-benar telah menguras tenaga kedua-duanya, tapi hal itu juga terbayar dengan kepuasan dan kenikmatan yang mereka dapat. Setelah beberapa waktu Yuan Ming Zhu terlihat terlebih dahulu membuka kedua matanya, masih terpancar kepuasan akan kenikmatan yang baru saja didapat diwajahnya, dengan senyum penuh kebahagiaan Yuan Ming Zhu berpaling kearah sebelahnya dimana Bintang masih tampak terkapar lemas dengan wajah puas. Lagi-lagi Yuan Ming Zhu tersenyum puas melihat hal itu, kebahagiaan terpancar diwajahnya melihat raut puas dan

    Last Updated : 2022-02-24
  • Ksatria Pengembara Season 1   38. Bagian 15

    Matahari sudah bersinar cukup tinggi di peraduannya, sinarnya yang tadi hangat kini mulai menyengat. Pemandangan diatas Bukit Batu Bulan sudah terlihat ramai dengan hiruk pikuk para pendekar.Suasana hiruk pikuk yang begitu riuh diatas puncak Bukit Batu Bulan bukan tanpa alasan, saat ini di arena pertarungan tengah terjadi suatu pertarungan dahsyat antara Biksu Siauw Liem Sie dari Shaolin Utara menghadapi Wang Choyang dari Partai Suci Teratai Putih. Keduanya terlihat sama-sama tak mau mengalah hingga pertarungan berlangsung sengit.Biksu Siauw Liem Sie terlihat mengandalkan jurus ‘Perisai Lonceng Emas’ yang terkenal untuk pertahanannya, sedangkan Wang Choyang sendiri terlihat menggunakan Jurus ‘Pedang Dewa 6 Nadi’ yang juga tak kalah terkenal di dunia persilatan, sinar-sinar yang keluar dari jari jemari Wang Choyang berterbangan mencari sasaran disetiap lekuk tubuh Biksu Siauw Liem Sie. Biksu Siauw Liem Sie sendiri sesekali men

    Last Updated : 2022-02-24
  • Ksatria Pengembara Season 1   38. Bagian 16

    “Geledek Besar Sembilan Matahari...Heaaa...wussshhh.”. Wang Choyang maju dengan dahsyatnya dengan jurus andalan ditangannya. Biksu Siauw Liem Siepun tak mau kalah, dan ;“Menyongsong Budha di langit Barat...Heaaaa!”. Biksu Siauw Liem Sie melepaskan salah satu jurus dahsyat yang dimiliknya, bayangan budha yang tercipta dari jurus yang digunakan oleh Biksu Siauw Liem Sie ikut melesat kedepan.“Bum..buumm...buuummm..bllaarrrrrr..”. ledakan beruntun terjadi sebelum kedua pukulan dahsyat itu bertemu dan disusul satu ledakan besar dan dahsyat yang membuat tempat itu bergetar dengan hebat bagaikan tengah dilanda gempa besar.“Huak”. Biksu Siauw Liem Sie terlihat langsung memuntahkan darah kental dari bibirnya seraya memegangi dadanya yang terasa nyeri, luka dalam yang diderita oleh Biksu Siauw Liem Sie cukup parah, tapi nasibnya lebih beruntung daripada Wang Choyang yang terlihat terkapar cukup jauh dari

    Last Updated : 2022-02-24
  • Ksatria Pengembara Season 1   38. Bagian 17

    Hampir semua pendekar dunia persilatan yang hadir ditempat itu bangkit berdiri, termasuk 4 dewa penjaga gerbang.“Dewa Mars Pyroeis”. ucap 4 dewa penjaga gerbang hampir bersamaan.Sesosok tubuh tinggi besar dengan bentuk tubuh yang sangat kekar berotot, hal ini dapat terlihat karena sosok tersebut tidak mengenakan pakaian bagian atas, hanya mengenakan kain berwarna kecoklatan untuk menutupi tubuhnya bagian bawah. Di kedua tangannya yang sangat kekar berotot terlihat lilitan kain putih yang membungkur kedua tangannya, sebuah tasbih besar terlihat mengalung di lehernya, wajahnya kurang terlihat jelas karena tertutup oleh sebuah caping jerami, tapi yang paling menakjubkan juga menggetarkan dari sosok ini adalah warna kulitnya yang berwarna kemerahan tidak umum untuk warna kulit seorang manusia pada umumnya. Sosok tinggi besar yang kini berdiri ditengah-tengah arena pertarungan.Sejenak terlihat sosok kemerahan tersebut terlihat m

    Last Updated : 2022-02-25
  • Ksatria Pengembara Season 1   38. Bagian 18

    Semua perhatian langsung tertuju kearah sosok yang ternyata adalah Ketua dari partai Matahari Terbang, sosok lelaki besar berperawakan gagah. Kumis hitamnya yang tebal membuat sosoknya semakin memancarkan aura wibawa yang sangat kuat. Di jagat persilatan dia dikenal dengan nama Raja Matahari Terbang.“Huh! ingin memberi pelajaran, sombong sekali”. Ucap Raja Matahari Terbang tak kalah sombong.Pyroeis si Dewa Mars terlihat menatap tajam kearah sosok Raja Matahari Terbang yang beberapa langkah ada dihadapannya. “Ternyata ada juga yang bernyali ditempat ini, bagus! bagus!”. ucapnya lagi.“Apakah tidak ada yang ingin maju sekalian. biar cepat selesai”. Ucap Pyroeis lagi menatap kearah sekelilingnya dengan angkuhnya.“Aku Raja Matahari Terbang sudah cukup untuk melawanmu manusia sombong”.Raja Matahari Terbang terlihat menghimpun tenaganya, dan merapakatkan kedua tangannya ;“‘Golok

    Last Updated : 2022-02-25
  • Ksatria Pengembara Season 1   38. Bagian 19

    Raja Matahari Terbang sudah turun kembali kebawah dan kini menatap Dewa Mars dengan tatapan tak percaya dengan apa yang baru saja terjadi.“Golok Bulan Heaa”“Wussh...wushhh...wushhh”Sesosok tubuh melesat masuk ke arena pertarungan dan langsung melancarkan serangan beruntun dan mematikan kearah Dewa Mars. Begitu cepat sampai-sampai Dewa Mars tak sempat untuk menghindar dan memapaki serangan tersebut, dan ;“Bett..bett..bettt..bettt”. beberapa sinar keperakan membentuk bulan sabit itu dengan telak menghantam tubuh Dewa Mars dari berbagai arah, tapi anehnya sosok Dewa Mars masih dengan tenangnya berdiri tegar ditempatnya, seakan-akan jurus mematikan itu tidak ada arti baginya.Dewa Mars hanya tampak mengibas-ngibaskan tubuhnya yang tadi terkena serangan, seakan ingin membuang debu yang menempel ditubuhnya, sementara itu, sosok yang tadi melepaskan serangan kini sudah berdiri disebelah Raja Matahari Terban

    Last Updated : 2022-02-25

Latest chapter

  • Ksatria Pengembara Season 1   87. Bagian 20

    Bintang yang melihat kekuatan puncak yang telah dikerahkan oleh Datuk Malenggang Dilangit, segera ikut menghimpun tenaganya. Uap tipis putih terlhat keluar dari tubuh Bintang, uap putih yang mengeluarkan hawa dingin yang sangat menyengat.Dari uap tipis itu, terlihat membentuk sebuah bayangan diatas kepala Bintang, bayangan seekor naga berwarna putih tercipta.“Ledakan besar, khhaaaa!”Tiba-tiba saja sosok Datuk Malenggang Dilangit yang sudah diselimuti magma lahar panas langsung berlari kearah Bintang.Buumm! Buumm! Buumm! Buumm!Di setiap langkah Datuk Malenggang Dilangit terdengar suara ledakan-ledakan akibat tapak magma panas Datuk Malenggang Dilangit yang menjejak tanah, bagaikan seekor banteng ganas, sosok Datuk Malenggang Dilangit yang sudah berubah menjadi monster magma lahar terus berlari kearah Bintang. Beberapa tombak dihadapan Bintang, monster magma Datuk Malenggang Dilangit melompat dan ;Wuussshhh!M

  • Ksatria Pengembara Season 1   87. Bagian 19

    Dhuarr! Dhuarr! Dhuarr! Dhuarr!Ledakan-ledakan dahsyat dan beruntun terjadi diudara hingga terasa menggetarkan alam. Tinju-tinju magma bertemu dengan taburan Bintang-bintang putih kecil yang terang milik Bintang.Dhuarr! Dhuarr! Dhuarr! Dhuarr!Baik Bintang maupun Datuk Malenggang Dilangit terus melepaskan serangan dahsyatnya, hingga ledakan demi ledakan terus terjadi membahana ditempat itu, dalam sekejap saja, pohon-pohon yang ada dipulau itu langsung berterbangan dan bertumbangan entah kemana, tempat itu langsung luluh lantah dibuat oleh ledakan dahsyat oleh serangan Bintang dan Datuk Malenggang Dilangit.Saat Bintang berhasil turun kebawah, pulau itu sudah terbakar setengahnya akibat ledakan yang tadi terjadi, wajah Bintang kembali berubah saat melihat Datuk Malenggang Dilangit terlihat menghimpun tenaganya, magma lahar panas terlihat berkumpul ditelapak tangan Datuk Malenggang Dilangit.Bintang yang melihat hal itu segera ikut mengumpulkan haw

  • Ksatria Pengembara Season 1   87. Bagian 18

    SEBUAH pulau kosong tak berpenghuni dipilih oleh Bintang untuk menjadi tempat pertarungannya dengan Datuk Malenggang Dilangit. Kini kedua-duanya sudah saling berdiri berhadapan, Bintang kini sudah kembali ke sosoknya semula, demikian pula Datuk Malenggang Dilangit yang kini sudah berdiri diatas tanah tempatnya berpijak. Kedua-duanya saling berhadapan dengan tatapan tajam.Wweerrrr..!Tanpa banyak bicara, sosok Datuk Malenggang Dilangit tiba-tiba saja mengeluarkan magma lahar panas dari sekujur tubuhnya, terutama dibagian kedua tangan, kedua kaki dan kepala. Sedangkan sebagian besar tubuhnya belum berubah menjadi magma lahar panas.Bintang yang melihat hal itupun tak tinggal diam, dan ;Blesshhhh...!Tiba-tiba saja tubuh Bintang telah diliputi energi putih keperakan, rambut Bintangpun telah berubah menjadi berwarna putih keperakan dengan balur-balur keemasan yang mengeluarkan hawa dingin. Rupanya Bintang langsung menggunakan wujud Pangeran Bulan

  • Ksatria Pengembara Season 1   87. Bagian 17

    Wuusshhh!Tombak melesat dengan sangat cepat dan kuat kearah Datuk Malenggang Dilangit.Blepp!Kembali tombak yang dilemparkan oleh Sutan Rajo Alam hangus terbakar begitu menyentuh sosok Datuk Malenggang Dilangit.“Cepat ungsikan paduka rajo” teriak Datuk Rajo Dilangit memperingatkan para pejabat istana yang berdiri bersama Paduka Ananggawarman.“Tidak, aku takkan lari!” ucap Paduka Ananggawarman dengan keras hati hingga membuat Datuk Rajo Dilangit dan Sutan Rajo Alam hanya menarik nafas panjang melihat kekerasan hati Paduka Ananggawarman.Sementara itu magma lahar panas terus semakin banyak menjalar menutupi halaman istana Nagari Batuah.Datuk Rajo Dilangit dan Sutan Rajo Alam terlihat tengah memikirkan rencana untuk mengatasi hal itu, waktu yang sempat dan mendesak membuat keduanya sedikit khawatir dengan keadaan yang terjadi, hingga ;“Datuak Malenggang Di

  • Ksatria Pengembara Season 1   87. Bagian 16

    Istana Nagari Batuah terlihat begitu sibuk dengan segala macam aktivitasnya, karena hari ini adalah janji yang ditetapkan oleh Datuak Malenggang Dilangit terhadap wilayah Nagari Batuah, dengan dipimpin oleh Datuk Rajo Dilangit, Paduka Ananggawarman berniat untuk melawan Datuk Malenggang Dilangit dengan segenap kekuatan istana Nagari Batuah, para hulubalang, panglima dan pejabat istana Nagari Batuahpun memberikan tanda kesiapan mereka berjuang hidup atau mati demi mempertahankan kedaulatan istana Nagari Batuah.Datuk Rajo Dilangit dipercaya oleh Paduka Ananggawarman untuk memimpin seluruh pasukan yang ada di istana Nagari Batuah dan Datuk Rajo Dilangit menerimanya untuk menjalankan taktik yang akan digunakan untuk melawan amukan Datuk Malenggang Dilangit. Seluruh masyarakat kotaraja Nagari Batuah sudah diungsikan demi keselamatan mereka. Paduka Ananggawarman menolak untuk ikut me

  • Ksatria Pengembara Season 1   87. Bagian 15

    Pagi itu di Istana Bunian, panglima Kitty yang tiba-tiba saja datang menghadap, disaat Bintang dan Ratu Bunian tengah bercengkrama mesra berdua. “Sembah hormat hamba paduka, ratu” ucap panglima Kitty berlutut dihadapan keduanya. Ratu Bunian terlihat mengangkat tangannya sebagai tanda menerima hormat panglima Kitty. “Ada apa Kitty?” “Ampun ratu, Datuak Malenggang Dilangit sudah muncul kembali” ucap Kitty lagi hingga membuat wajah Ratu Bunian berubah pucat. Bintang yang ada didekatnya mulai tertarik mendengarnya. “Untung saja kita cepat memindahkan Negeri Bunian jauh dari gunung marapi. Kalau tidak, Datuak Malenggang Dilangit pasti sudah datang kemari” ucap Ratu Bunian lagi. Panglima Kitty terlihat mengangguk-anggukkan kepalanya. “Dimana Datuak Malenggang Dilangit muncul Kitty?” tanya Bintang cepat hingga membuat Ratu Bunian dan panglima Kitty memandang kearah Bintang. “Ampun paduka, Datuak Malenggang Dilangit mengacau di istana Nagari Batuah” “Istana Nagari Batuah?!” ulang Bintan

  • Ksatria Pengembara Season 1   87. Bagian 14

    “Maafkan kelancangan ambo datuak” ucap Datuk Rajo Dilangit lagi. Entah apa maksud Datuk Rajo Dilangit yang tiba-tiba saja berjongkok. Perlahan sosok Datuk Rajo Dilangit mulai berubah menjadi seekor harimau loreng yang sangat besar, 2x ukuran harimau dewasa, sama besarnya dengan harimau putih jelmaan Datuk Malenggang Dilangit.Grraaauuummm!Grraaauuummm!Dua harimau besar ini saling mengaum dengan dahsyat, begitu dahsyatnya banyak para prajurit yang ada ditempat itu jatuh terduduk karena lemas lututnya.Grraaauuummm!Grraaauuummm!Kembali kedua harimau besar ini saling mengaum, tapi kali ini disertai dengan sama-sama saling menerkam kedepan.Kembali terjadi dua pertarungan raja rimba yang sama-sama berwujud besar. Saling terkam, saling cakar dan saling gigit, dilakukan oleh kedua harimau berbeda warna ini. Kali ini harimau belang jelmaan Datuk Rajo Dilangit mampu memberikan perlawanan sen

  • Ksatria Pengembara Season 1   87. Bagian 13

    Sekarang Datuk Malenggang Dilangit telah dikeroyok oleh dua pengguna harimau dan macan kumbang, tapi bukannya terdesak, Datuk Malenggang Dilangit justru tertawa-tawa senang melayani serangan keduanya.“Hahaha.. sudah lama aku tidak bertarung sesenang ini” ucap Datuk Malenggang Dilangit lagi.Sebenarnya jurus-jurus harimau putih milik Datuk Malenggang Dilangit tidaklah jauh berada diatas jurus harimau singgalang milik Wijaya dan jurus macan kumbang milik Panglima Kumbang, hanya saja perbedaan kekuatan dan pengalaman yang membuat Datuk Malenggang Dilangit lebih unggul.Memasuki jurus ke 88, Wijaya dan Panglima Kumbang terlihat sama-sama melompat mundur kebelakang.Graaauumm!Ggrraaamm!Tiba-tiba saja Wijaya dan Panglima Kumbang terdengar mengaum. Sosok Wijaya sendiri yang sudah berjongkok merangkak tiba-tiba saja berubah wujud menjadi seekor harimau belang kuning dewasa, sedangkan sosok Panglima Kumbang y

  • Ksatria Pengembara Season 1   87. Bagian 12

    Wusshhh!Seperti melempar karung saja, Datuk Malenggang Dilangit dengan ringannya melemparkan sosok Rajo mudo Basa kehadapan Paduka Ananggawarman.Tapp!Sesosok tubuh tampak langsung bergerak didepan Paduka Ananggawarman dan langsung menangkap tubuh Rajo mudo Basa yang dilemparkan oleh Datuk Malenggang Dilangit. Rupanya dia adalah Panglima Kumbang.“Rajo mudo, anakku” ucap Panglima Kumbang dengan wajah berubah yang melihat keadaan Rajo mudo Basa yang babak belur. Panglima Kumbang dengan cepat memeriksa keadaan putranya tersebut. Walaupun babak belur, Panglima Kumbang masih dapat merasakan tanda-tanda kehidupan ditubuh Rajo mudo Basa walaupun sangat lemah sekali. Panglima Kumbang segera memerintahkan beberapa prajurit untuk membawa sosok Rajo mudo Basa.“Apa yang datuak lakukan pada putra hamba?” tanya Panglima Kumbang lagi. Nada suara Panglima Kumbang sedikit meninggi.“Putramu, siapa kau?&rdqu

Scan code to read on App
DMCA.com Protection Status