Pulau Kera, Pulau tempat kediaman Dewa Kera dan rakyatnya. Selama berada di Pulau Kera, Bintang sudah banyak mengetahui tentang sosok Dewa Kera, dan Bintang juga tahu kalau rupanya umur Dewa Kera saat ini sudah hampir 1500 tahun.
Di Pulau Kera, Bintang bukan saja mendapatkan bimbingan ilmu kanuragan langsung dari Dewa Kera, tapi ternyata ditempat itu ada banyak buku-buku pengetahuan dari dunia luar yang selama ini belum pernah Bintang ketahui sebelumnya.
Sejak kecil Bintang memang sangat suka sekali membaca, karena dengan membaca Bintang bisa tahu sesuatu yang belum diketahuinya, dan tentu saja banyaknya buku-buku pengetahuan yang ada di tempat kediaman Dewa Kera tidak disia-siakan oleh Bintang, bahkan ada satu buku yang sangat disukai oleh Bintang, yaitu sebuah buku yang menurut Dewa Kera didapatkannya dari seorang rahib yang berasal dari negeri Tibet, kitab itu berisi tentang pengetahuan tata pemerintahan dan strategi perang.
Dua pengetahuan ini memang amat
“Terimalah hadiah dariku ini guru”. ucap Dewa Kera lagi seraya menyerahkan kotak itu kepada Bintang, dengan tangan gemetar Bintang menyambut pemberian Dewa Kera. “Apa ini Dewa Kera?” “Guru buka saja, nanti juga guru akan tahu” Dengan perasaan yang berdebar, Bintang membuka kotak ditangannya dan ; : “Crebb.”. seberkas cahaya kuning keemasan menyemburat keluar dari dalam kotak tersebut, seketika saja Bintang memejamkan kedua matanya karena silaunya cahaya kemilau kuning keemasan yang keluar dari kotak keemasan tersebut, tapi hal itu tak berlangsung lama, selang beberapa helaan nafas, cahaya itu sudah sirna, kini Bintang memberanikan dirinya membuka kedua matanya. “Ginseng...”. kata Bintang terkejut saat mengetahui ternyata isi dari kotak tersebut adalah sebuah ginseng, sebagai orang yang menguasai ilmu pengobatan, Bintang tentu dapat mengenali benda kecil yang ada didalam kotak tersebut, hanya saja bedanya dari ginseng-ginseng yang selama ini Bintang li
Lelaki yang berada dibalik pintu terlihat menatap sosok Patih Ronggo dan putranya Senopati Jakabaya, dan ; “Mari, silahkan masuk.”. ucap lelaki itu lagi akhirnya mempersilahkan kedua utusan karang sewu ini untuk masuk. Keduanya segera masuk mengikuti langkah situan rumah hingga akhirnya mereka sampai diberanda bangunan tersebut. “Tunggu sebentar disini”. ucapnya lagi seraya meninggalkan keduanya dan masuk kedalam bangunan. Tak seberapa lama kemudian sosok lelaki itu sudah kembali keluar, tapi kali ini dia tidak sendiri, ada 2 orang yang ikut bersamanya, salah satunya adalah sosok seorang wanita setengah baya, walaupun wajahnya terlihat sedikit pucat, tapi masih memperlihatkan raut kecantikan dimasa mudanya, disebelahnya tampak pula seorang laki-laki yang sudah berusia cukup tua, tapi kewibawaan dan ketegasan terlihat jelas diwajahnya. Melihat kedatangan ketiga orang tersebut, sosok Patih Ronggo dan putranya Senopati Jakabaya terlihat bangkit b
“Saya diutus kemari oleh gusti prabu untuk mengundang gusti patih dan keluarga untuk menghadiri penobatan putra mahkota menjadi raja di Kerajaan Karang Sewu”. ucap Patih Ronggo lagi. “Oh, jadi begitu”. ucap Patih Setyo Pinangan lagi, sejenak Patih Setyo Pinangan menatap kearah istrinya yang ada disebelahnya. “Ronggo tolong sampaikan ucapan terima kasihku kepada gusti prabu atas perhatian gusti prabu kepada kami sekeluarga, dan tolong juga sampaikan maafku kepada gusti prabu karena saya dan keluarga tidak bisa datang menghadiri penobatan tersebut”. ucap Patih Setyo Pinangan lagi akhirnya. “Maaf gusti, tapi gusti prabu sangat mengharapkan kedatangan gusti patih dan keluarga” “Ya, sebenarnya aku sangat ingin datang Ronggo, tapi aku tak ingin melanggar sumpahku dulu, saat meninggalkan istana Karang Sewu, aku pernah bersumpah tidak akan menjejakkan kakiku lagi di istana karang sewu, aku harap kau bisa mengerti Ronggo. Aku tak mungkin melanggar sumpahku sen
“Sebaiknya kau menyerah saja adipati bodoh, atau kau juga ingin kehilangan nyawamu seperti nyawa prajurit-prajurit bodohmu ini.”. salah seorang belasan begal itu mengeluarkan ucapan. Tak lama kemudian sosok seorang laki-laki keluar dari dalam kereta kencana, dari pakaian mewahnya jelas kalau laki-laki berwajah kharismatik ini bukanlah orang sembarangan, seperti yang disebutkan oleh para begal tadi dengan sebutan adipati. “Aa.. Apa mau kalian?”. ucap adipati itu lagi dengan suara bergetar. “Nah begitukan lebih baik, jadi kau tidak perlu kehilangan nyawa para anak buahmu dengan sia-sia”. ucap salah seorang begal itu lagi. “Serahkan semua kekayaan yang kau bawa kepada kami, baru kau boleh pergi dari sini dengan selamat”. ucapan sang begal terhenti. Dengan tangan gemetar, adipati itu terlihat merogoh kantongnya dan terlihat kini ditangannya beberapa keping uang sudah tergenggam ditangannya. “Bagus, cepat serahkan uang itu pada kami” Sang adipati t
Sepeninggalan gerombolan rampok itu Bintang terlihat menarik napas lega, walau sebenarnya mudah saja bagi Bintang untuk mengalahkan mereka, tapi tetap saja tidak terjadi sesuatu yang tidak diinginkan diantara mereka sangatlah lebih baik. Setelah bayangan gerombolan rampok itu menghilang dari pandangan, Bintang segera berbalik dan melangkah kearah rombongan sang gusti adipati. Dari dalam kereta kuda, terlihat dua sosok tubuh ikut turun pula dari dalam kereta, keduanya adalah sesosok wanita setengah baya yang tampak begitu anggun dan kecantikan masih terpancar jelas diwajah paroh bayanya. “Aku dan keluargaku sangat mengucapkan banyak terima kasih kepada tuan pendekar yang telah menolong kami, jika tidak ada tuan, entah bagaimana dengan nasib kami”. ucap sang adipati. “Katakan padaku tuan pendekar, apa yang dapat kami berikan untuk dapat membalas kebaikan hati tuan pendekar”. ucap sang gusti adipati lagi. “Oh, maaf gusti, jika gusti ingin berterima kasih
Malam kembali menyelimuti kegelapan alam, rembulan tampak bersinar redup malam itu, anginpun terasa berhembus kencang membelai setiap apa saja yang dilewatinya, beberapa buah Bintang masih tampak dengan setia menemani sang rembulan menunaikan tugasnya. Disebuah tempat disebuah hutan belantara yang cukup luas, terlihat sebuah nyala api unggun yang menyala menerangi tempat itu. Nyala unggun itu berasal dari sepasang sosok muda mudi yang tengah menikmati hangatnya nyala api unggun tersebut. Yang satu adalah sosok seorang pemuda berparas tampan berjubah biru yang tentu saja sudah sangat kita kenali bersama, dia tak lain adalah Bintang adanya. Sedangkan sosok gadis berparas jelita yang ada didekat Bintang tak lain adalah Intan Purnama milik sesepuh aliran putih yang bernama Datuk Langit. Sejak tadi Intan selalu memperhatikan Bintang yang saat itu tengah asyik membolak balik ayam panggang yang ada diatas api unggun tersebut, harumnya ayam yang terpanggang i
Sebuah gunung terlihat berdiri tegarnya, kerasnya hembusan angin seakan tak kuasa untuk mengalahkan sosok keangkeran puncak gunung yang terlihat begitu kokoh dari pandangan mata. Dan ini pula yang saat ini dilakukan oleh seorang pemuda yang menatap tak berkedip kearah sosok gunung besar yang ada dihadapannya. Disebelahnya terlihat sosok seorang gadis berparas cantik jelita yang sesekali tersenyum menatap kearah pemuda tampan yang ada disebelahnya. “Ayo kang”. ucap sang gadis lembut seakan menyadarkan sosok pemuda yang ada disebelahnya, lalu kembali keduanya melanjutkan perjalanan mereka. Dengan menggunakan ilmu peringan tubuh yang cukup sempurna, keduanya mampu berkelebat cepat menaiki puncak gunung yang ada dihadapan mereka, tak perlu menunggu waktu lama bagi keduanya untuk segera tiba dipuncak gunung tersebut. Di puncak gunung, terdapat sebuah bangunan tua yang cukup sederhana, sang gadis jelita maju beberapa tindak kedepan pintu bangunan tua tersebut. Tok.
Kini kita melompat sejenak kesebuah tempat yang tepatnya berada disebelah utara dari Puncak Lawu, tepatnya disebuah dataran padang rumput yang cukup luas, disepanjang mata memandang hanya hamparan rumput dan ilalang yang tumbuh subur ditempat itu. “Hyatt....hiyattt....duarrr....duarrr....duarrrr”. beberapa ledakan kecil terdengar cukup keras ditempat itu. Suara itu berasal dari sosok seorang pemuda yang rupanya tengah berlatih ilmu kanuragan ditempat itu. Pemuda tampan yang masih berusia muda belia ini tampak begitu bersemangat melatih jurus-jurus tongkat ditangan kanannya, sesekali tongkat ditangannya diputar-putarnya diudara hingga membentuk satu putaran angin yang cukup hebat, keringat tampak sudah membanjiri hampir seluruh pakaiannya dan astaga, ternyata setelah dilihat lebih jelas lagi, ternyata kedua mata pemuda tersebut adalah buta, ini terlihat jelas saat dilihat kedua mata pemuda ini selalu terpejam. Tapi walaupun begitu, jurus-jurus yang saat ini te