Sepeninggalan gerombolan rampok itu Bintang terlihat menarik napas lega, walau sebenarnya mudah saja bagi Bintang untuk mengalahkan mereka, tapi tetap saja tidak terjadi sesuatu yang tidak diinginkan diantara mereka sangatlah lebih baik. Setelah bayangan gerombolan rampok itu menghilang dari pandangan, Bintang segera berbalik dan melangkah kearah rombongan sang gusti adipati.
Dari dalam kereta kuda, terlihat dua sosok tubuh ikut turun pula dari dalam kereta, keduanya adalah sesosok wanita setengah baya yang tampak begitu anggun dan kecantikan masih terpancar jelas diwajah paroh bayanya.
“Aku dan keluargaku sangat mengucapkan banyak terima kasih kepada tuan pendekar yang telah menolong kami, jika tidak ada tuan, entah bagaimana dengan nasib kami”. ucap sang adipati.
“Katakan padaku tuan pendekar, apa yang dapat kami berikan untuk dapat membalas kebaikan hati tuan pendekar”. ucap sang gusti adipati lagi.
“Oh, maaf gusti, jika gusti ingin berterima kasih
Malam kembali menyelimuti kegelapan alam, rembulan tampak bersinar redup malam itu, anginpun terasa berhembus kencang membelai setiap apa saja yang dilewatinya, beberapa buah Bintang masih tampak dengan setia menemani sang rembulan menunaikan tugasnya. Disebuah tempat disebuah hutan belantara yang cukup luas, terlihat sebuah nyala api unggun yang menyala menerangi tempat itu. Nyala unggun itu berasal dari sepasang sosok muda mudi yang tengah menikmati hangatnya nyala api unggun tersebut. Yang satu adalah sosok seorang pemuda berparas tampan berjubah biru yang tentu saja sudah sangat kita kenali bersama, dia tak lain adalah Bintang adanya. Sedangkan sosok gadis berparas jelita yang ada didekat Bintang tak lain adalah Intan Purnama milik sesepuh aliran putih yang bernama Datuk Langit. Sejak tadi Intan selalu memperhatikan Bintang yang saat itu tengah asyik membolak balik ayam panggang yang ada diatas api unggun tersebut, harumnya ayam yang terpanggang i
Sebuah gunung terlihat berdiri tegarnya, kerasnya hembusan angin seakan tak kuasa untuk mengalahkan sosok keangkeran puncak gunung yang terlihat begitu kokoh dari pandangan mata. Dan ini pula yang saat ini dilakukan oleh seorang pemuda yang menatap tak berkedip kearah sosok gunung besar yang ada dihadapannya. Disebelahnya terlihat sosok seorang gadis berparas cantik jelita yang sesekali tersenyum menatap kearah pemuda tampan yang ada disebelahnya. “Ayo kang”. ucap sang gadis lembut seakan menyadarkan sosok pemuda yang ada disebelahnya, lalu kembali keduanya melanjutkan perjalanan mereka. Dengan menggunakan ilmu peringan tubuh yang cukup sempurna, keduanya mampu berkelebat cepat menaiki puncak gunung yang ada dihadapan mereka, tak perlu menunggu waktu lama bagi keduanya untuk segera tiba dipuncak gunung tersebut. Di puncak gunung, terdapat sebuah bangunan tua yang cukup sederhana, sang gadis jelita maju beberapa tindak kedepan pintu bangunan tua tersebut. Tok.
Kini kita melompat sejenak kesebuah tempat yang tepatnya berada disebelah utara dari Puncak Lawu, tepatnya disebuah dataran padang rumput yang cukup luas, disepanjang mata memandang hanya hamparan rumput dan ilalang yang tumbuh subur ditempat itu. “Hyatt....hiyattt....duarrr....duarrr....duarrrr”. beberapa ledakan kecil terdengar cukup keras ditempat itu. Suara itu berasal dari sosok seorang pemuda yang rupanya tengah berlatih ilmu kanuragan ditempat itu. Pemuda tampan yang masih berusia muda belia ini tampak begitu bersemangat melatih jurus-jurus tongkat ditangan kanannya, sesekali tongkat ditangannya diputar-putarnya diudara hingga membentuk satu putaran angin yang cukup hebat, keringat tampak sudah membanjiri hampir seluruh pakaiannya dan astaga, ternyata setelah dilihat lebih jelas lagi, ternyata kedua mata pemuda tersebut adalah buta, ini terlihat jelas saat dilihat kedua mata pemuda ini selalu terpejam. Tapi walaupun begitu, jurus-jurus yang saat ini te
Pagi itu, Bintang, Intan, Pusara dan Kakek Buta tengah berada ditaman belakang dari bangunan, tempat kediaman kakek Buta. “Kang, jika kakang tidak keberatan, aku ingin berlatih dengan kakang”. ucap Pusara tiba-tiba saja mengutarakan keinginannya, Bintang terdiam sejenak mempertimbangkan hal itu. Bintang memang sudah tahu kalau Pusara memang sangat mengagumi dirinya, setiap ki Tampir turun gunung, Pusara selalu berpesan untuk selalu mencari tahu tentang sepak terjang Ksatria Pengembara didunia persilatan dan dari cerita-cerita Ki Tampir pulalah Pusara semakin mengagumi akan sosok Bintang, dan dengan pertimbangan itu pulalah Bintang tak ingin mengecewakan Pusara. “Baiklah, tapi minta ijin dulu dengan gurumu Pusara?”. ucap Bintang akhirnya setelah mendapati anggukan kepala oleh Intan. Intan sendiri sebenarnya sangat ingin sekali melihat jurus-jurus yang dimiliki oleh Bintang, dan ini kesempatan baginya untuk mewujudkan keinginannya itu. “Guru pasti mengijinkan kang, ben
Malam menghampar dikesunyian, sebuah bukitpun tampak berdiri kelam. Sesekali terdengar suara jangkrik berkumandang memecah kesunyian malam. Secercah cahaya tampak menyala disalah satu tempat dipuncak gunung lawu, dan cahaya menyala itu tampak berasal dari seonggok api unggun yang menyala. Didekatnya tampak sepasang muda mudi yang tengah menikmati kehangatan api unggun tersebut. Bila menilik wajah keduanya, mereka tak lain adalah Intan purnama murid datuk langit dan Pusara, pemuda buta murid pertapa buta dari puncak lawu. “Kira-kira apa ya kang yang dibicarakan mereka?”. ucap Intan memecahkan kesunyian diantara mereka. Yang ditanya hanya terlihat mengangkat kedua bahunya pertanda juga tak bisa menjawab hal itu. Sejenak Intan mengalihkan pandangannya kearah pondok tua yang berada cukup jauh dari tempatnya saat ini. Sementara didalam gubuk tua itu, tampak Bintang tengah berbicara serius dengan sosok seorang kakek buta, dari raut wajah Bintang, jelas pembicaraan itu sang
Malam menyelimuti alam, kegelapan menghampar kesunyian membahana dimayapada. Sesekali masih terdengar suara binatang malam memecah kesunyian malam. Bulan tampak bersinar redup malam itu, tapi Bintang-Bintang dengan setia masih menemaninya. “Begitulah ceritanya romo”. ucap Bintang setelah menceritakan pengembaraannya selama ini. Dua sosok Lelaki yang ada dihadapan Bintang terlihat berdecak kagum. “Begitu banyak halangan dan rintanganmu selama ini Bintang. Semoga shang hyang widi selalu melindungimu dari segala mara bahaya”. ucap paman Randu lagi setelah mendengar cerita Bintang. Tiba-tiba semua pembicaraan itu terhenti saat dua sosok wanita cantik memasuki ruangan itu, ditangan keduanya terlihat berbagai hidangan yang cukup mengundang selera. “Wah! makan enak rupanya malam ini”. ucap romonya tersenyum. “Bunda buatkan masakan kesukaan Bintang kanda”. ucap wanita yang tak lain adalah bunda Bintang. Sementara gadis cantik yang ada disebelahnya tak
“Apakah Intan tengah memikirkan apa yang tadi kanjeng romo dan bunda katakan”. ucap Bintang mencoba memecahkan kesunyian diantara mereka, ucapkan Bintang cukup membuat Intan mengangkat wajahnya dan menatap kearah Bintang. Tak ada jawaban kecuali anggukan diwajahnya. “Kakang benar-benar minta maaf sama Intan” “Maaf? Kenapa minta maaf kang, kakang tidak pernah salah kok sama Intan” “Kakang minta maaf tentang perjodohan ini kalau hanya membuat beban pikiran Intan” “Kakang tidak marah kok kalau Intan menolak perjodohan ini” “Tidak, bukan itu kang”. ucap Intan tiba-tiba. Keduanya saling menatap satu sama lain, tapi Intan cepat membuang pandangannya kearah lain. “Apa kakang setuju dengan perjodohan ini, padahal kakang belum mengenal Intan”. ucap Intan lagi. “Kakang percaya dengan kanjeng romo dan bunda, apapun yang menjadi pilihan mereka, pasti itu adalah yang terbaik”. ucap Bintang lagi tersenyum, Intan mengangkat wajahnya seakan tak percaya dengan apa yang baru saja didengarnya baru
Kerajaan Karang sewu adalah sebuah kerajaan yang saat ini tengah berkembang, tapi beberapa waktu yang lalu, kerajaan ini tengah dirundung duka, gusti prabu karang sewu mangkat, padahal dalam beberapa waktu kedepan, gusti prabu akan menobatkan putra mahkota menjadi gusti prabu karang sewu. Kemangkatan gusti prabu karang sewu yang begitu tiba-tiba tidak membatalkan rencana pengangkatan putra mahkota dan acara penobatan tersebutpun akan dilangsungkan bersamaan dengan pembukaan bagi siapa saja yang ingin menjadi senopati agul kerajaan karang sewu, sayangnya kematian gusti prabu karang sewu yang secara tiba-tiba tidak mengundang tanda tanya dan dianggap wajar. Bahkan beberapa waktu kedepan, gusti prabu yang baru memimpin kerajaan karang sewu akan mengadakan kontes penerimaan senopati agul kerajaan yang terbuka untuk umum. *** Dari kerajaan karang sewu kita melompat ke sebuah bukit yang disepan
Bintang yang melihat kekuatan puncak yang telah dikerahkan oleh Datuk Malenggang Dilangit, segera ikut menghimpun tenaganya. Uap tipis putih terlhat keluar dari tubuh Bintang, uap putih yang mengeluarkan hawa dingin yang sangat menyengat.Dari uap tipis itu, terlihat membentuk sebuah bayangan diatas kepala Bintang, bayangan seekor naga berwarna putih tercipta.“Ledakan besar, khhaaaa!”Tiba-tiba saja sosok Datuk Malenggang Dilangit yang sudah diselimuti magma lahar panas langsung berlari kearah Bintang.Buumm! Buumm! Buumm! Buumm!Di setiap langkah Datuk Malenggang Dilangit terdengar suara ledakan-ledakan akibat tapak magma panas Datuk Malenggang Dilangit yang menjejak tanah, bagaikan seekor banteng ganas, sosok Datuk Malenggang Dilangit yang sudah berubah menjadi monster magma lahar terus berlari kearah Bintang. Beberapa tombak dihadapan Bintang, monster magma Datuk Malenggang Dilangit melompat dan ;Wuussshhh!M
Dhuarr! Dhuarr! Dhuarr! Dhuarr!Ledakan-ledakan dahsyat dan beruntun terjadi diudara hingga terasa menggetarkan alam. Tinju-tinju magma bertemu dengan taburan Bintang-bintang putih kecil yang terang milik Bintang.Dhuarr! Dhuarr! Dhuarr! Dhuarr!Baik Bintang maupun Datuk Malenggang Dilangit terus melepaskan serangan dahsyatnya, hingga ledakan demi ledakan terus terjadi membahana ditempat itu, dalam sekejap saja, pohon-pohon yang ada dipulau itu langsung berterbangan dan bertumbangan entah kemana, tempat itu langsung luluh lantah dibuat oleh ledakan dahsyat oleh serangan Bintang dan Datuk Malenggang Dilangit.Saat Bintang berhasil turun kebawah, pulau itu sudah terbakar setengahnya akibat ledakan yang tadi terjadi, wajah Bintang kembali berubah saat melihat Datuk Malenggang Dilangit terlihat menghimpun tenaganya, magma lahar panas terlihat berkumpul ditelapak tangan Datuk Malenggang Dilangit.Bintang yang melihat hal itu segera ikut mengumpulkan haw
SEBUAH pulau kosong tak berpenghuni dipilih oleh Bintang untuk menjadi tempat pertarungannya dengan Datuk Malenggang Dilangit. Kini kedua-duanya sudah saling berdiri berhadapan, Bintang kini sudah kembali ke sosoknya semula, demikian pula Datuk Malenggang Dilangit yang kini sudah berdiri diatas tanah tempatnya berpijak. Kedua-duanya saling berhadapan dengan tatapan tajam.Wweerrrr..!Tanpa banyak bicara, sosok Datuk Malenggang Dilangit tiba-tiba saja mengeluarkan magma lahar panas dari sekujur tubuhnya, terutama dibagian kedua tangan, kedua kaki dan kepala. Sedangkan sebagian besar tubuhnya belum berubah menjadi magma lahar panas.Bintang yang melihat hal itupun tak tinggal diam, dan ;Blesshhhh...!Tiba-tiba saja tubuh Bintang telah diliputi energi putih keperakan, rambut Bintangpun telah berubah menjadi berwarna putih keperakan dengan balur-balur keemasan yang mengeluarkan hawa dingin. Rupanya Bintang langsung menggunakan wujud Pangeran Bulan
Wuusshhh!Tombak melesat dengan sangat cepat dan kuat kearah Datuk Malenggang Dilangit.Blepp!Kembali tombak yang dilemparkan oleh Sutan Rajo Alam hangus terbakar begitu menyentuh sosok Datuk Malenggang Dilangit.“Cepat ungsikan paduka rajo” teriak Datuk Rajo Dilangit memperingatkan para pejabat istana yang berdiri bersama Paduka Ananggawarman.“Tidak, aku takkan lari!” ucap Paduka Ananggawarman dengan keras hati hingga membuat Datuk Rajo Dilangit dan Sutan Rajo Alam hanya menarik nafas panjang melihat kekerasan hati Paduka Ananggawarman.Sementara itu magma lahar panas terus semakin banyak menjalar menutupi halaman istana Nagari Batuah.Datuk Rajo Dilangit dan Sutan Rajo Alam terlihat tengah memikirkan rencana untuk mengatasi hal itu, waktu yang sempat dan mendesak membuat keduanya sedikit khawatir dengan keadaan yang terjadi, hingga ;“Datuak Malenggang Di
Istana Nagari Batuah terlihat begitu sibuk dengan segala macam aktivitasnya, karena hari ini adalah janji yang ditetapkan oleh Datuak Malenggang Dilangit terhadap wilayah Nagari Batuah, dengan dipimpin oleh Datuk Rajo Dilangit, Paduka Ananggawarman berniat untuk melawan Datuk Malenggang Dilangit dengan segenap kekuatan istana Nagari Batuah, para hulubalang, panglima dan pejabat istana Nagari Batuahpun memberikan tanda kesiapan mereka berjuang hidup atau mati demi mempertahankan kedaulatan istana Nagari Batuah.Datuk Rajo Dilangit dipercaya oleh Paduka Ananggawarman untuk memimpin seluruh pasukan yang ada di istana Nagari Batuah dan Datuk Rajo Dilangit menerimanya untuk menjalankan taktik yang akan digunakan untuk melawan amukan Datuk Malenggang Dilangit. Seluruh masyarakat kotaraja Nagari Batuah sudah diungsikan demi keselamatan mereka. Paduka Ananggawarman menolak untuk ikut me
Pagi itu di Istana Bunian, panglima Kitty yang tiba-tiba saja datang menghadap, disaat Bintang dan Ratu Bunian tengah bercengkrama mesra berdua. “Sembah hormat hamba paduka, ratu” ucap panglima Kitty berlutut dihadapan keduanya. Ratu Bunian terlihat mengangkat tangannya sebagai tanda menerima hormat panglima Kitty. “Ada apa Kitty?” “Ampun ratu, Datuak Malenggang Dilangit sudah muncul kembali” ucap Kitty lagi hingga membuat wajah Ratu Bunian berubah pucat. Bintang yang ada didekatnya mulai tertarik mendengarnya. “Untung saja kita cepat memindahkan Negeri Bunian jauh dari gunung marapi. Kalau tidak, Datuak Malenggang Dilangit pasti sudah datang kemari” ucap Ratu Bunian lagi. Panglima Kitty terlihat mengangguk-anggukkan kepalanya. “Dimana Datuak Malenggang Dilangit muncul Kitty?” tanya Bintang cepat hingga membuat Ratu Bunian dan panglima Kitty memandang kearah Bintang. “Ampun paduka, Datuak Malenggang Dilangit mengacau di istana Nagari Batuah” “Istana Nagari Batuah?!” ulang Bintan
“Maafkan kelancangan ambo datuak” ucap Datuk Rajo Dilangit lagi. Entah apa maksud Datuk Rajo Dilangit yang tiba-tiba saja berjongkok. Perlahan sosok Datuk Rajo Dilangit mulai berubah menjadi seekor harimau loreng yang sangat besar, 2x ukuran harimau dewasa, sama besarnya dengan harimau putih jelmaan Datuk Malenggang Dilangit.Grraaauuummm!Grraaauuummm!Dua harimau besar ini saling mengaum dengan dahsyat, begitu dahsyatnya banyak para prajurit yang ada ditempat itu jatuh terduduk karena lemas lututnya.Grraaauuummm!Grraaauuummm!Kembali kedua harimau besar ini saling mengaum, tapi kali ini disertai dengan sama-sama saling menerkam kedepan.Kembali terjadi dua pertarungan raja rimba yang sama-sama berwujud besar. Saling terkam, saling cakar dan saling gigit, dilakukan oleh kedua harimau berbeda warna ini. Kali ini harimau belang jelmaan Datuk Rajo Dilangit mampu memberikan perlawanan sen
Sekarang Datuk Malenggang Dilangit telah dikeroyok oleh dua pengguna harimau dan macan kumbang, tapi bukannya terdesak, Datuk Malenggang Dilangit justru tertawa-tawa senang melayani serangan keduanya.“Hahaha.. sudah lama aku tidak bertarung sesenang ini” ucap Datuk Malenggang Dilangit lagi.Sebenarnya jurus-jurus harimau putih milik Datuk Malenggang Dilangit tidaklah jauh berada diatas jurus harimau singgalang milik Wijaya dan jurus macan kumbang milik Panglima Kumbang, hanya saja perbedaan kekuatan dan pengalaman yang membuat Datuk Malenggang Dilangit lebih unggul.Memasuki jurus ke 88, Wijaya dan Panglima Kumbang terlihat sama-sama melompat mundur kebelakang.Graaauumm!Ggrraaamm!Tiba-tiba saja Wijaya dan Panglima Kumbang terdengar mengaum. Sosok Wijaya sendiri yang sudah berjongkok merangkak tiba-tiba saja berubah wujud menjadi seekor harimau belang kuning dewasa, sedangkan sosok Panglima Kumbang y
Wusshhh!Seperti melempar karung saja, Datuk Malenggang Dilangit dengan ringannya melemparkan sosok Rajo mudo Basa kehadapan Paduka Ananggawarman.Tapp!Sesosok tubuh tampak langsung bergerak didepan Paduka Ananggawarman dan langsung menangkap tubuh Rajo mudo Basa yang dilemparkan oleh Datuk Malenggang Dilangit. Rupanya dia adalah Panglima Kumbang.“Rajo mudo, anakku” ucap Panglima Kumbang dengan wajah berubah yang melihat keadaan Rajo mudo Basa yang babak belur. Panglima Kumbang dengan cepat memeriksa keadaan putranya tersebut. Walaupun babak belur, Panglima Kumbang masih dapat merasakan tanda-tanda kehidupan ditubuh Rajo mudo Basa walaupun sangat lemah sekali. Panglima Kumbang segera memerintahkan beberapa prajurit untuk membawa sosok Rajo mudo Basa.“Apa yang datuak lakukan pada putra hamba?” tanya Panglima Kumbang lagi. Nada suara Panglima Kumbang sedikit meninggi.“Putramu, siapa kau?&rdqu