Share

Paket

Author: Rias Ardani
last update Last Updated: 2022-02-01 23:20:35

Bab98

Hari berganti hari, kini Melin mulai berusaha tegar. 

Keluarga Parwira pun, sudah pindah dari rumah lama. Kini rumah mereka, berdekatan dengan rumah Gaby.

Rumah sederhana, sangat berbeda dari sebelumnya. Demi menjaga dari bayangan tragis masa lalu. 

Parwira membangun gaya rumah yang berbeda, demi memberi suasana baru pada istri yang sangat dia cintai itu.

Melin pun selalu menyambangi rumah Gaby. Mereka berdua terkadang bercerita banyak hal, mencoba saling menguraikan rasa sakit kehilangan.

"Aku benar-benar nggak nyangka, kehidupan kamu serumit itu. Lagian, kenapa kamu kuat bertahan dengan lelaki brengsek seperti Bryan itu?" tanya Melin kesal, mendengar cerita rumah tangga Gaby.

"Aku yang salah, terlalu memaksakan kehendak. Karena selama hidup sama Mama, dia selalu berusaha menuruti apapun mauku. Jadi, aku tumbuh menjadi anak yang egois. Jika mauku tidak dituruti, aku akan sanggup melukai diriku."

"Ih, untung Har

Locked Chapter
Continue to read this book on the APP

Related chapters

  • Korban Perceraian   KIRIMAN FOTO

    Bab99"Melin, tolong bersabar," pinta Gaby, yang berdiri menyabarkan Melin yang sangat emosi."Mamah ada apa sih?" tanya Andre kebingungan, sembari memegangi pipinya yang teramat sakit, juga panas."Ada apa katamu? Dasar laki-laki bodoh!" bentak Melin. Wanita itu pun melemparkan sesuatu, yang sedari tadi dipegangnya dengan perasaan marah.Melin melemparkan beberapa lembar foto, ke wajah Andre. Foto-foto mesra Andre dan Lena di tempat tidur, berserakan jatuh di lantai.Gaby terkejut, dan menutup mulutnya dengan kedua tangan. Dia tidak menyangka, ternyata Andre berkhianat selama ini.Foto-foto itu, memiliki keterangan detail, mengenai tanggal pengambilan gambar.Tanggal dimana, kejadian na'as yang menimpa Harumi terjadi."Rupanya kau selama ini berkhianat, dan bermain kembali dengan wanita murahan itu. Bahkan, foto ini sangat jelas tanggal p

    Last Updated : 2022-02-01
  • Korban Perceraian   Tercengang

    Bab100Andre sangat kesal dan emosi. Dia pun mendekati Lena, dan mencengkaram leher wanita itu."Katakan padaku dengan jujur, kamu kan otak pembunuhan malam itu? Kamu bahkan dengan sengaja mematikan ponselku, agar Harumi tidak bisa menghubungiku."Mata lelaki itu memancarkan kemarahan dan tuduhan pada Lena. Lena kesulitan untuk menjawab.Kini tubuh Lena gemetar hebat, dan kesulitan untuk mengambil napas. Lena berusaha melepaskan cengkraman tangan Andre, namun lelaki itu tetap mempererat cengkramannya.Lena pun terus berusaha melepaskan diri, dan meraih benda apapun di dekatnya.Lena memukulkan vas bunga kaca ke kepala Andre. Lelaki itu memekik kesakitan, dan melepaskan cengkramannya pada leher Lena.Pandangan Andre mengabur, hingga membuat tubuh lelaki itu terhuyung dan pingsan.Lena menangis sesegukkan, dia bahkan kesulitan mencerna tuduh

    Last Updated : 2022-02-02
  • Korban Perceraian   Pingsan

    Bab101"Oke. Tunggulah, aku temui Ibu Gaby dulu," kata Andre dengan kaku. Wanita itu tetap tidak mau melihat ke arah Andre.Andre hanya menghela napas, dan berjalan ke arah rumah Gaby, tanpa memasukkan mobilnya ke halaman terlebih dahulu.Andre mengetuk pelan daun pintu, hingga terdengar suara sahutan dari dalam."Ini Andre, Mah." Andre berkata dengan suara sedikit keras.Tidak lama kemudian, pintu rumah terbuka lebar."Andre, ada apa? Malam-malam berkunjung ke rumah Mamah?""Ada tamu di depan pintu pagar. Cewek, katanya mau ketemu Mamah."Gaby mengernyit. "Siapa? Malam-malam begini.""Katanya namanya Rumi."Deg .... Gaby sangat terkejut, mendengar nama itu."Dia ada di depan sana!" Andre menunjuk ke arah depan pagar. "Bawa tas besar."Gaby bergegas berlari, menuju pagar, dan tidak menghiraukan Andre yang kebingungan."Rumi ..., Rumi ...." Gaby memanggil nama itu dengan tubuh yang gemeta

    Last Updated : 2022-02-06
  • Korban Perceraian   Paket

    Bab102"Itu nama wanita tadi, yang barusan Andre temui di depan pagar.""Kamu kenal Ndre?" selidik Melin."Mana mungkin Andre kenal, lihat mukanya aja enggak. Karena merasa itu orang aneh, Andre nggak langsung izinkan dia masuk. Katanya mau ketemu Mamah Gaby, tapi pas Andre panggilkan Mamah Gaby, tuh wanita langsung nggak ada.""Hiiii ...." Parwira bergedik."Papah, apa-apaan sih," tegur Melin dengan tatapan tidak suka."Mah, wanita di depan pagar itu, 100% wajahnya mirip dengan Harumi. Papah yakin, Harumi tidak tenang di alam sana, gara-gara Mamah sering nangis.""Hus, ngawur sih." Melin semakin tidak suka, dan melotot menatap Parwira.Parwira pun hanya menghela napas, dengan pikiran yang semakin berkela dan tidak tenang.Parwira yakin, Harumi menjadi arwah penasaran. Sebab kematian yang tidam wajar, memicunya semakin merasa was-was."Gaby," panggil Melin, menepuk pelan pipi Gaby, sembari mendekatkan aroma

    Last Updated : 2022-02-06
  • Korban Perceraian   Terkejut

    Bab103"Alah, mana mungkin. Ayo buka!" titah Parwira, masih dengan sikap waspada.Andre terkekeh. "Papah saja sepertinya juga takut.""Ah, tidak!" sahut Parwira. "Cepatlah buka!" desak Parwira tidak sabaran.Andre hanya menggeleng, dengan senyuman kecil. Lelaki itu pun memberanikan diri, untuk membuka paket tersebut."Bau amis," lirih Andre. Dengan cepat, lelaki itu pun merobek kasar paketan itu."Astagfirullah," pekik Andre. Bangkai tikus, dengan darah yang berlumuran di dalam kotak paket itu.Darah yang lumayan banyak, diikuti dengan 2 bangkai tikus. Andre dan Parwira sangat terkejut, sekaligus bingung.2 ekor tikus yang tubuhnya hancur, seperti ditusuk berkali-kali itu pun juga nampak semakin aneh, karena darah yang ada di dalam kotak paket itu begitu banyak.Parwira dan Andre pun semakin terkejut, ketika melihat di gen

    Last Updated : 2022-02-07
  • Korban Perceraian   Memanfaatkan

    Bab104 "Akkkhh ...." Melin berteriak, sembari melepaskan pelukannya pada Gaby. Gaby pun berbalik badan. "Astagfirullah," ucap Gaby juga, terkejut. Sedangkan Annisa membeku, berdiri mepet ke dinding. "Rumi?" lirih Gaby. Menatap wanita berambut panjang lurus sepinggang itu. Bola mata berwarna coklat terang itu menatap lekat wajah Gaby. Dengan ukiran senyum yang sangat manis. Bedanya, Rumi memiliki sepasang lesung pipi yang teramat cantik. Jika semasa kecil, Rumi tidak memiliki kulit yang putih seperti Harumi. Kini, Rumi jauh lebih putih, jika di bandingkan dengan Harumi. Bukan hanya itu, mahkotanya yang hitam legam, lurus menjuntai panjang itu, menambah aura kecantikannya kian bersinar. "Mamah," lirih Rumi, sembari tersenyum tipis. "Ya Allah, anakku." Gaby langsung berlari pelan, memeluk Rumi dengan erat. "Bagaimana mungkin, kamu sampai ke Kalimantan ini, Nak?" Gaby terisak memeluk Rumi.

    Last Updated : 2022-02-07
  • Korban Perceraian   Lamunan

    Bab105"Maafkan anakku, Gaby." Hanya kata-kata itu, yang bisa Melin katakan. Dengan langkah gontai, Melin membawa rasa malunya pergi meninggalkan rumah Gaby.Gaby hanya terdiam, terisak membayangkan wajah Rumi. Rumi sangat cantik, dia tumbuh menjadi wanita yang juga dingin.Sikapnya memang selalu terlihat tenang dan tidak banyak bicara. Bahkan mendengar kematian Harumi saja, Rumi nampak bersikap biasa dan tidak banyak bertanya.Bahkan Rumi tidak terkejut sama sekali, membuat Gaby sedikit heran. Namun ketika mendapati jawaban Rumi tadi, Gaby pun akhirnya mengerti.Mungkin jika Gaby mati, tidak akan ada pengaruhnya bagi Rumi.Gaby menarik napas dengan susah payah. Rasanya kini dadanya teramat sesak, bagaikan dihimpit dengan batu besar.*************Rumi melemparkan tas nya ke atas kasur, dan merebahkan dirinya di samping tas mungil itu.

    Last Updated : 2022-02-08
  • Korban Perceraian   Tertekan

    Bab106Lelaki dengan tangan kasar itu, mendorong tubuh Rumi, ketika pintu kamar kontrakannya dia buka."Dasar wanita sialan," bentak lelaki itu, dengan suara beratnya."Sakit," pekik Rumi, sambil menatap kesal lelaki itu."Mana uang untukku?""Uang apalagi? Bukankah seminggu yang lalu, Rumi sudah kirimkan pada Papi.""Kurang!" bentaknya lagi, dengan tatapan tajam membunuh."Kurang terus! Sampai kapan Papi begini? Menghabiskan begitu banyak uang, hanya untuk menyenangkan hati wanita itu! Papi harusnya sadar, kalau Papi, hanya dimanfaatkan."Plakkk ....Untuk kesekian kalinya, lelaki itu menampar wajah Rumi."Jaga bicaramu itu. Yang kamu nikmati sekarang ini, adalah harta istriku. Atau kamu mau, aku sebarkan semua aib dan perbuatanmu?"Rumi terdiam, hatinya marah, namun saat ini, dia tidak b

    Last Updated : 2022-02-10

Latest chapter

  • Korban Perceraian   TAMAT

    Bab145"Mamah Helena mohon! Helena janji akan jadi anak yang baik untuk Mamah dan Papah. Helena juga akan menuruti, apapun kemauan kalian," kata Helena memohon pada Ganesa.Ganesa terdiam, terpaku mendengarkan tangisan pertama anak gadisnya."Ganesa, bukannya maksud Mamah ingin ikut campur. Tapi tolong kamu pikirkan lagi, demi anak kalian. Beri Najib kesempatan sekali lagi, jika dia berulah kembali, maka apapun yang terjadi, Mamah akan dukung kamu 100 persen, Nak.""Iya Ganesa, bukannya kakak tidak mengerti perasaan kamu. Kakak ngerti banget. Tapi tidak ada salahnya, jika kamu pikirkan lagi."Terdengar langkah kaki pelan seseorang, berjalan ke arah mereka. Najib, memandang sayu ke arah mereka bertiga."Ganesa," panggil Najib. Ganesa pun tidak menoleh ke arah lelaki itu, dia hanya terdiam, dengan pikirannya yang terus berperang dengan hati.

  • Korban Perceraian   Persidangan

    Bab144 "Jadi ini, laki-laki yang menjadi selingkuhan kamu? Dan berarti benar yang dikatakan Jesika, kamu gadaikan rumah, demi lelaki ini," tunjuk Najib. Julian mengernyit. "Najib, kamu nggak malu di lihat orang? Kamu lagi berdongeng?" tanya Ganesa dengan tenang menanggapi Najib. "Ayo pulang!" ajak Najib. Ganesa berdiri, dan menatap Najib sengit. "Kamu pikir kamu siapa? Seenaknya mengusir aku dari rumahku sendiri, demi wanita lain. Dan kini datang kesini, hanya untuk mempermalukan aku?" "Ganesa, kamu itu masih istriku yang sah." "Oh ya? Sekarang baru kamu merasa aku istrimu! Sebelumnya bukan? Sehingga kamu seenaknya menyakitiku, dan selalu membela wanitamu. Ah, sudahlah, aku malas untuk berdebat. Sekarang pergi dari sini, atau kami

  • Korban Perceraian   Bertemu Najib

    Bab143"Berapa lama?" Najib masih bertanya."Seminggu. Berangkatnya tadi pagi.""Seminggu? Lama sekali."Najib merasa kesal dan ingin marah. Tapi dia tidak tahu, harus marah pada siapa.Najib pulang ke rumah, dengan perasaan frustasi."Kenapa kamu?" tanya Ratna."Nggak apa-apa," sahut Najib seadanya. Ia pun menaiki anak tangga dengan gontai, menuju ke kamarnya.Di dalam kamar, dia membayangkan wajah Ganesa, wanita yang kini sangat dia rindukan. Bahkan Najib tidak bisa marah sama sekali, ketika tahu Ganesa menggadaikan rumah ini.Najib tahu, Ganesa tidak berniat jahat. Jika dia jahat, maka rumah ini tidak lagi dia gadaikan, tetapi dia jual."Ganesa, mas rindu sekali, sayang," lirih Najib memeluk guling.Sedangkan di Butik Ganesa, wanita i

  • Korban Perceraian   Berharap Kembali

    Bab142●Pov Najib●"Mah, Najib menyesal," lirihku."Sudah Mamah ingatkan berkali-kali sebelumnya. Tapi kamu, tetap kekeh berkelakuan di belakang. Kalau sudah begini bagaimana.""Mah, biarkan saja sudah kalau begini. Besok kita balik ke Bandung lagi. Lagian, ini itu salahnya Najib sendiri," kata kak Aya dengan raut wajah kecewa.Aku tahu, aku yang salah dan terlalu angkuh dengan pencapaianku sendiri. Terlebih, Jesika selalu memujiku tampan, baik dan rupawan, juga hartawan. Aku melayang, dengan kesombongan diri yang berakhir kacaunya rumah tanggaku.Aku selalu memandang tak suka pada Ganesa. Entah mengapa, aku menganggap Ganesa layaknya wanita yang serba gagal.Gagal menjadi Ibu yang baik bagi anakku, dan gagal menjadi istri, yang bisa membuat suaminya setia.Bagaimana dia bisa membuatku setia? Jika setiap

  • Korban Perceraian   Sidang Pertama

    Bab141"Astagfirullah, kak Najib," seru Jesika, dengan mata membulat karena terkejut, melihat Najib yang begitu marah."Apa yang kamu katakan tadi? Berani sekali kamu berkata seburuk itu pada Putriku," bentak Najib berang."Mas, kami hanya bercanda." Jesika membujuk."Bohong, Pah. Tante dari tadi menghina dan memakiku."Mendengar penuturan Putrinya, Najib semakin marah pada Jesika."Helena, kok kamu ngomong begitu, sih. Tega kamu sama Tante," lirih Jesika sembari menunjuk. Tangannya memilin-milin baju dengan gemetar."Sebaiknya, kamu angkat kaki dari rumah ini," pinta Najib dengan dingin.Jesika mendongak. "Sayang, kok ngomong begitu. Janganlah pake emosi gitu, kita kan bisa bicara baik-baik.""Aku mendengar semuanya. Demi menjaga mental anakku, pergilah dari rumah ini. Kamu dan aku,

  • Korban Perceraian   Fitnah

    Bab140Entah keyakinan dari mana, Jesika memberanikan diri menelpon mertuanya, juga kakak iparnya.Tangis palsu Jesika pecah, ketika menceritakan deritanya bersama Najib di rumah ini."Jesika, nggak mungkin Ganesa melakukan itu! Kamu jangan mengada ngada ya," kata Aya, Kakak tertua Najib."Sumpah kak. Ganesa pergi dari rumah ini, dan hidup bersama lelaki lain. Bahkan dia gadaikan rumah Kak Najib ini, demi membahagiakan lelakinya.""Astagfirullah, kakak akan hubungi Ganesa dulu." Sambungan telepon seketika di matikan begitu saja.Jesika meradang. "Sialan, dasar bedebah," pekik Jesika.Ia pun menghubungi Ratna, mertuanya itu, untuk mengompori wanita tua itu juga."Ada apa, Jesika," tanya Ratna. Ketika menjawab panggilan telepon Jesika."Mah, rumah kak Najib digadaikan Ganesa ke Bank. Bahkan, kak Ganesa tidak mau membayarnya lagi dan pergi dari rumah, bersama laki-laki lain.""Jesika, kamu jangan coba mengada-n

  • Korban Perceraian   Murka

    Bab139Mendengar ucapan Najib, dada Jena bergetar, sembari memandangi sesaat wajah Andre, suami yang baru sah pagi tadi menjadi miliknya."Mas, kenapa ada orang kedua yang berucap tentang hal ini. Jika saat itu, Lena kamu katakan berhalusinasi, lalu itu tadi apa?" tanya Jena, ketika mereka duduk di pelaminan."Aku akan jelaskan nanti, usai resepsi ini selesai, bisa kan?" tanya Andre kembali, merasa tidak nyaman.Jena hanya menghela napas berat, menatap Andre dengan tatapan kekecewaan."Salah diri ini, memilih menyimpan bangkai, di bandingkan bercerita kepadanya. Kalau sudah begini, aku hanya menimbulkan getar keraguan di mata Jena," batin Andre.Kini perasaan keduanya menjadi gamang. Sedangkan Ganesa, hanya menatap biasa kepada pasangan itu.Meskipun awal kedatangan Ganesa, sempat membuat Andre gelisah. Namun ketika Ganesa ti

  • Korban Perceraian   Pernikahan

    Bab138"Ya, ada apa? Ibu kenal?" tanya Jena.Aku menatap Jena sesaat."Cuma tahu, kalau mengenal banget sih, nggak."Jena mengangguk. "Datang ya, Bu.""Insya Allah," jawabku.Jena pun keluar dari ruanganku, karena memang hanya memberikanku undangan pernikahannya.Aku menyandarkan tubuh di kursi, sambil menscroll status teman-teman kontak whatappku.Terlihat Jesika mengunggah sebuah foto, yang memperlihatkan kemesraannya dengan suamiku. Padahal berkas permohonan perceraian kami, baru masuk beberapa hari yang lalu.Tapi wanita ini, sudah sangat percaya diri, untuk memperlihatkan kemesraan mereka.Aku tersenyum kecut, melihat foto itu. Disusul ketikan status, status yang nyaris 100% memburukkanku."Wanita yang tega meninggalkan suaminya, hanya demi ambisinya. Ka

  • Korban Perceraian   Undangan Jena

    Bab137●Pov Ganesa●"Helena, yang sopan sama Tante Jesika!" bentak mas Najib, lelaki itu bangkit dan menatap tajam anak perempuan kami itu."Cepat minta maaf," titah mas Najib lagi pada Helena.Jesika menangis keras. "Ya Allah, mengapa aku hidup begini? Lebih baik aku mati saja, dari pada hidup menjadi beban dan hinaan mereka saja.""Jesika, kamu apa-apaan sih?" Mas Najib memindai Jesika dengan aneh."Mas, anak kamu sekarang tega menyakiti hatiku. Tega sekali, membuat hatiku bergejolak sakit.""Uuwu sekali," seruku, ketika melihat sikap Jesika, yang terang-terangan, berani memegangi lengan suamiku."Cepatlah pergi, sebelum rumah ini semakin hancur."Aku berjalan menaiki tangga, melewati Helena yang sudah aku diam kan beberapa hari ini. Tidak lagi kutegur, mau pun aku pedulikan.

DMCA.com Protection Status