Bab99
"Melin, tolong bersabar," pinta Gaby, yang berdiri menyabarkan Melin yang sangat emosi.
"Mamah ada apa sih?" tanya Andre kebingungan, sembari memegangi pipinya yang teramat sakit, juga panas.
"Ada apa katamu? Dasar laki-laki bodoh!" bentak Melin. Wanita itu pun melemparkan sesuatu, yang sedari tadi dipegangnya dengan perasaan marah.
Melin melemparkan beberapa lembar foto, ke wajah Andre. Foto-foto mesra Andre dan Lena di tempat tidur, berserakan jatuh di lantai.
Gaby terkejut, dan menutup mulutnya dengan kedua tangan. Dia tidak menyangka, ternyata Andre berkhianat selama ini.
Foto-foto itu, memiliki keterangan detail, mengenai tanggal pengambilan gambar.
Tanggal dimana, kejadian na'as yang menimpa Harumi terjadi.
"Rupanya kau selama ini berkhianat, dan bermain kembali dengan wanita murahan itu. Bahkan, foto ini sangat jelas tanggal p
Bab100Andre sangat kesal dan emosi. Dia pun mendekati Lena, dan mencengkaram leher wanita itu."Katakan padaku dengan jujur, kamu kan otak pembunuhan malam itu? Kamu bahkan dengan sengaja mematikan ponselku, agar Harumi tidak bisa menghubungiku."Mata lelaki itu memancarkan kemarahan dan tuduhan pada Lena. Lena kesulitan untuk menjawab.Kini tubuh Lena gemetar hebat, dan kesulitan untuk mengambil napas. Lena berusaha melepaskan cengkraman tangan Andre, namun lelaki itu tetap mempererat cengkramannya.Lena pun terus berusaha melepaskan diri, dan meraih benda apapun di dekatnya.Lena memukulkan vas bunga kaca ke kepala Andre. Lelaki itu memekik kesakitan, dan melepaskan cengkramannya pada leher Lena.Pandangan Andre mengabur, hingga membuat tubuh lelaki itu terhuyung dan pingsan.Lena menangis sesegukkan, dia bahkan kesulitan mencerna tuduh
Bab101"Oke. Tunggulah, aku temui Ibu Gaby dulu," kata Andre dengan kaku. Wanita itu tetap tidak mau melihat ke arah Andre.Andre hanya menghela napas, dan berjalan ke arah rumah Gaby, tanpa memasukkan mobilnya ke halaman terlebih dahulu.Andre mengetuk pelan daun pintu, hingga terdengar suara sahutan dari dalam."Ini Andre, Mah." Andre berkata dengan suara sedikit keras.Tidak lama kemudian, pintu rumah terbuka lebar."Andre, ada apa? Malam-malam berkunjung ke rumah Mamah?""Ada tamu di depan pintu pagar. Cewek, katanya mau ketemu Mamah."Gaby mengernyit. "Siapa? Malam-malam begini.""Katanya namanya Rumi."Deg .... Gaby sangat terkejut, mendengar nama itu."Dia ada di depan sana!" Andre menunjuk ke arah depan pagar. "Bawa tas besar."Gaby bergegas berlari, menuju pagar, dan tidak menghiraukan Andre yang kebingungan."Rumi ..., Rumi ...." Gaby memanggil nama itu dengan tubuh yang gemeta
Bab102"Itu nama wanita tadi, yang barusan Andre temui di depan pagar.""Kamu kenal Ndre?" selidik Melin."Mana mungkin Andre kenal, lihat mukanya aja enggak. Karena merasa itu orang aneh, Andre nggak langsung izinkan dia masuk. Katanya mau ketemu Mamah Gaby, tapi pas Andre panggilkan Mamah Gaby, tuh wanita langsung nggak ada.""Hiiii ...." Parwira bergedik."Papah, apa-apaan sih," tegur Melin dengan tatapan tidak suka."Mah, wanita di depan pagar itu, 100% wajahnya mirip dengan Harumi. Papah yakin, Harumi tidak tenang di alam sana, gara-gara Mamah sering nangis.""Hus, ngawur sih." Melin semakin tidak suka, dan melotot menatap Parwira.Parwira pun hanya menghela napas, dengan pikiran yang semakin berkela dan tidak tenang.Parwira yakin, Harumi menjadi arwah penasaran. Sebab kematian yang tidam wajar, memicunya semakin merasa was-was."Gaby," panggil Melin, menepuk pelan pipi Gaby, sembari mendekatkan aroma
Bab103"Alah, mana mungkin. Ayo buka!" titah Parwira, masih dengan sikap waspada.Andre terkekeh. "Papah saja sepertinya juga takut.""Ah, tidak!" sahut Parwira. "Cepatlah buka!" desak Parwira tidak sabaran.Andre hanya menggeleng, dengan senyuman kecil. Lelaki itu pun memberanikan diri, untuk membuka paket tersebut."Bau amis," lirih Andre. Dengan cepat, lelaki itu pun merobek kasar paketan itu."Astagfirullah," pekik Andre. Bangkai tikus, dengan darah yang berlumuran di dalam kotak paket itu.Darah yang lumayan banyak, diikuti dengan 2 bangkai tikus. Andre dan Parwira sangat terkejut, sekaligus bingung.2 ekor tikus yang tubuhnya hancur, seperti ditusuk berkali-kali itu pun juga nampak semakin aneh, karena darah yang ada di dalam kotak paket itu begitu banyak.Parwira dan Andre pun semakin terkejut, ketika melihat di gen
Bab104 "Akkkhh ...." Melin berteriak, sembari melepaskan pelukannya pada Gaby. Gaby pun berbalik badan. "Astagfirullah," ucap Gaby juga, terkejut. Sedangkan Annisa membeku, berdiri mepet ke dinding. "Rumi?" lirih Gaby. Menatap wanita berambut panjang lurus sepinggang itu. Bola mata berwarna coklat terang itu menatap lekat wajah Gaby. Dengan ukiran senyum yang sangat manis. Bedanya, Rumi memiliki sepasang lesung pipi yang teramat cantik. Jika semasa kecil, Rumi tidak memiliki kulit yang putih seperti Harumi. Kini, Rumi jauh lebih putih, jika di bandingkan dengan Harumi. Bukan hanya itu, mahkotanya yang hitam legam, lurus menjuntai panjang itu, menambah aura kecantikannya kian bersinar. "Mamah," lirih Rumi, sembari tersenyum tipis. "Ya Allah, anakku." Gaby langsung berlari pelan, memeluk Rumi dengan erat. "Bagaimana mungkin, kamu sampai ke Kalimantan ini, Nak?" Gaby terisak memeluk Rumi.
Bab105"Maafkan anakku, Gaby." Hanya kata-kata itu, yang bisa Melin katakan. Dengan langkah gontai, Melin membawa rasa malunya pergi meninggalkan rumah Gaby.Gaby hanya terdiam, terisak membayangkan wajah Rumi. Rumi sangat cantik, dia tumbuh menjadi wanita yang juga dingin.Sikapnya memang selalu terlihat tenang dan tidak banyak bicara. Bahkan mendengar kematian Harumi saja, Rumi nampak bersikap biasa dan tidak banyak bertanya.Bahkan Rumi tidak terkejut sama sekali, membuat Gaby sedikit heran. Namun ketika mendapati jawaban Rumi tadi, Gaby pun akhirnya mengerti.Mungkin jika Gaby mati, tidak akan ada pengaruhnya bagi Rumi.Gaby menarik napas dengan susah payah. Rasanya kini dadanya teramat sesak, bagaikan dihimpit dengan batu besar.*************Rumi melemparkan tas nya ke atas kasur, dan merebahkan dirinya di samping tas mungil itu.
Bab106Lelaki dengan tangan kasar itu, mendorong tubuh Rumi, ketika pintu kamar kontrakannya dia buka."Dasar wanita sialan," bentak lelaki itu, dengan suara beratnya."Sakit," pekik Rumi, sambil menatap kesal lelaki itu."Mana uang untukku?""Uang apalagi? Bukankah seminggu yang lalu, Rumi sudah kirimkan pada Papi.""Kurang!" bentaknya lagi, dengan tatapan tajam membunuh."Kurang terus! Sampai kapan Papi begini? Menghabiskan begitu banyak uang, hanya untuk menyenangkan hati wanita itu! Papi harusnya sadar, kalau Papi, hanya dimanfaatkan."Plakkk ....Untuk kesekian kalinya, lelaki itu menampar wajah Rumi."Jaga bicaramu itu. Yang kamu nikmati sekarang ini, adalah harta istriku. Atau kamu mau, aku sebarkan semua aib dan perbuatanmu?"Rumi terdiam, hatinya marah, namun saat ini, dia tidak b
Bab107Andre terkejut, dan membuat handphonenya terlempar begitu saja.Saat Andre kembali meraih benda pipih itu, sambungan telepon sudah dimatikan. Andre berpikir keras, siapa yang sudah melakukan semua ini pada dia dan keluarganya.Andre juga dihubungi, bahwa Lena telah ditangkap hari ini. Tanpa banyak bicara, dan memberitahu sang Mamah, Andre pun pergi menuju kantor kepolisian.Di kantor Polisi, Lena mengangguk dan tidak berani menatapku."Apa salah Harumi?" tanya Andre pelan. Namun Lena tidak menjawab, lelaki itu lebih memilih diam."Lena, jawab!" titah Andre lagi. "Aku tidak akan melakukan apapun untuk menolong kamu, Lena."Lena mendongak, dan menatap tajam wajah Andre."Jika aku katakan, aku tidak melakukannya. Apakah kamu percaya? Dan tidak menyudutkanku juga seperti ini. Andre, aku tidak sejahat itu, apalagi hanya demi kamu.""Tapi bukti-bukti, mengarah semua pada kamu! Lena. Ingat ya Len, Harumi semasa hidup, ti