"Tolong bawa saya bersama dengan Anda dan Nyonya!" Pelayan itu memohon. "Saya sungguh ingin melayani Anda dan Nyonya."Henry justru meremehkannya. "Kenapa aku harus membawa seorang mata mata dari pihak orang tuaku?"Pelayan itu mengelak. "Tuan, saya sungguh bukan seorang mata-mata. Saya benar-benar tulus untuk--""Jika kau bukan mata-mata maka kau tidak akan menguping pembicaraan. Jangan menghalangi jalanku!" Henry mendorong pelayan itu menjauh. Pelayan itu menatap Henry cukup lama. Tangannya mengepal dengan erat. *** Henry masuk ke dalam kamar Kevin, dia mendekat ke arah seorang anak laki-laki yang tertidur lelap. Pandangannya tertuju pada pipi yang memerah. Nafas berat keluar dari mulutnya. "Regina tidak berbohong." Henry mengulurkan tangan untuk membangunkannya, tetapi akhirnya menarik kembali. Dia pergi ke almari pakaian dan mulai memasukkannya ke dalam koper. Ketika Henry sedang sibuk memasukkan pakaian ke dalam koper, Kevin akhirnya terbangun dari tidurnya yang lelap. Matan
"Kevin, berhenti mendesaknya, aku tidak ingin mendengar omong kosong apapun darinya!" Regina melirik ke arah Kevin melalui kaca. Kevin mengerutkan bibirnya. Dia menunduk dengan sedih. "Aku hanya ingin membuat Mama dan Papa seperti pasangan pada umumnya. Jika kalian saling bicara manis, bukankah pernikahan kalian akan bertahan lama?" Regina yang melihat anak yang tertunduk dengan aura abu-abu yang dipenuhi dengan kekecewaan membuatnya tidak tahu harus berbuat apa. "Kevin, kau tidak bisa berharap lebih dari ini dan pasangan yang terlihat manis belum tentu mereka akan bersama dalam waktu yang lama. Kau tidak mengerti ini, kan?" Henry menanggapinya, "Kehidupan pasangan nyata tidak seperti dalam dongeng."Kevin justru tersenyum yang membuat Henry merasa heran. "Kenapa kau tersenyum seperti itu?""Aku hanya merasa senang karena Papa berpihak pada Mama. Ini kata untuk penghiburan pada Mama bukan. Meski kasar tapi aku paham sebenarnya Papa ingin mengatakan bahwa meskipun kalian tidak bers
"Ini yang kau maksud lebih baik?" Regina berbicara disela-sela batuknya. Dia dengan cepat mengambil minuman. "Kau bisa melihatnya sendiri, ini tidak hangus, kan?" Henry bertindak biasa saja dan masih menikmati makanannya tanpa menunjukkan ekspresi. "Memang tidak hangus, tapi tidak enaknya sama sekali. Aku tidak sanggup memakannya," ucap Regina dengan sarkas. Henry membalas, "Apa kau pikir makananmu yang hangus itu berasa enak? Kau sendiri tidak bisa memasak, jadi tidak punya hak mengkritik."Henry dan Regina mulai saling berdebat. Kevin memperhatikan kedua orang tuanya. Dia bergumah dengan suara pelan, "Pantas saja tidak ada satupun diantara Mama dan Papa memasakanku makanan sebelumnya. Aku harus ingat ini!"Kevin menghentikan perdebatan itu. "Mama dan Papa, daripada bertengkar, kenapa tidak memesan makanan saja? Papa, kau juga tidak perlu memaksakan diri memakannya. Walau kau tidak menunjukkannya, tapi aku tahu kau juga merasakan rasa yang buruk, kan?""Baiklah, aku akan memesanka
Henry menahan diri. "Masalah sepele tetaplah masalah! Siapa yang tidak akan marah jika makanan miliknya diambil seseorang tanpa sisa?" Regina tersenyum sinis. "Oh, Bagaimana jika aku membayarnya. Aku akan mentransfernya segera."Henry tersenyum meremehkan, "Kau ingin membayar dari uang di kartu yang aku berikan? Bukankah itu sama saja?"Regina melangkah mengambil kopernya yang masih berada di ruang tengah. Dia mengambil dompet, dan melemparkan kartu yang diberikan Henry padanya. "Ambil! Aku tidak butuh itu." Regina membuka aplikasi di ponselnya dan mentransfer sejumlah uang. "Aku juga sudah mentransfernya. Kita tidak punya utang apapun." Regina langsung pergi begitu saja. Henry meraih tangannya sebelum istrinya sempat melarikan diri. "Regina, ada apa denganmu? Kenapa kau lebih marah daripada aku? Hei, jangan bertindak seperti gadis remaja yang sedang merajuk, umurmu terlalu tua untuk itu." Regina menginjak kaki Henry yang membuatnya lengah. Gadis bertubuh ramping ini menggunakan k
"Kenapa kau menambahkan syarat seenaknya? Keu tidak mengatakannya sebelumnya." Regina menoleh ke arah Henry, tetapi jarak mereka yang begitu dekat membuat Regina kembali memandang ke depan, tangannya terlepas dari genggaman pintu dan menerobos melalui tangan Henry, menjauhkan diri dengan jarak aman. "Jika kau tidak mau tidak masalah. Maka, aku tidak akan memberikannya!" Henry mengibaskan filenya. Regina memandang file itu. Tangannya mengepal. Dia harus menahan diri dan ikut bermain dalam permainan Henry. "Berikan padaku sekarang juga," ucap Regina. Henry tersenyum penuh kesombongan. "Aku akan menganggap menerima syarat dariku. " "Ayo, masuk, istriku!" Henry membukakan pintu kamar. Regina memasuki kamar dengan hati-hati, tatapannya terarah pada Henry dengan penuh kecurigaan. Henry menatapnya dengan senyum diwajahnya. "Kenapa kau menatapku begitu? Aku sungguh tidak akan melakukan sesuatu. Ambil dokumen ini!"Regina mengulurkan tangannya, mengambil dengan cepat. Dia memeriksa isiny
"Kenapa?" Henry bertanya pada Regina melirik tanpa mengatakan apapun. Regina menggeleng. Dia tidak mungkin menanyakan darimana Henry yang tidak kembali ke kamar sampai larut malam. Regina menunduk wajahnya dan mulai mengigit roti putih yang telah di panggang. "Mama, apa mana tidak tidur dengan baik? Ada kelompok mata gelap di mata." Regina terkejut dengan Kevin yang menyadarinya walau sudah ditutupi dengan make up. "Bukankah kau tidur nyenyak semalam?" Henry menatapnya penuh keheranan. "Atau kau tidak bisa tidur karena aku meninggalkanmu? Oh, apa istriku tidak bisa tidur tanpaku?""Tidak. Justru aku tidur nyenyak semalam. Ini bukan kelopak mata gelap tapi bagian dari make up." Regina memberi alasan yang masuk akan. "Aku tidak tahu jika kau pergi semalam." "Papa, apa papa keluar saat malam hari? Apa yang Papa lakukan?" Kevin bertanya. Regina tidak menyangka Kevin akan menanyakan pertanyaan yang ingin Regina ketahui. Mata yang terlihat lelah, terarah pada Henry tanpa berkedip. Dia
Saat Henry mendengar tuduhan Regina, ekspresinya berubah serius. " Oh, jadi kau tidak tidur malam itu dan malah menuduh aku keluar untuk berselingkuh? Jika kau penasaran tentang itu kenapa kau tidak keluar dan mengikutiku? Menuduh tanpa bukti tidak bisa di terima!" Regina tersenyum sinis. "Apa aku masih butuh bukti? Interaksimu dengan wanita itu dan bagaimana sikapnya padamu, itu sudah jelas."Henry memicingkan mata, "Regina, jangan katakan padaku bahwa kau cemburu."Regina mengalihkan pandangan, "Tidak, kenapa aku harus cemburu? Aku sudah tahu bahwa kau suka bermain-main dengan para wanita."Henry mendekat dan mencium pipinya. Regina terkejut, tangannya secara refleks mendorongnya, tapi tangan Henry menahannya. "Kita sedang berada di luar, bahkan jika kau marah, kita harus tetap bersikap selayaknya pasangan, kan?" bisik Henry dengan suara yang hanya bisa di dengar oleh Regina. "Permisi, saya tahu kalian pasangan, tapi bisakah jangan bermesraan di sini?" Suara Rose terdengar. Henry
Regina menatap Tuan Tan dengan ekspresi terkejut. "Mengundurkan diri? Papa, bukankah terlalu tiba-tiba jika aku melakukannya bahkan tanpa ada pertemuan dengan para dewan direksi?" "Aku sudah menemui mereka dan juga, aku memiliki saham paling besar di perusahaan ini. Regina, kau seharusnya menyadari, apa yang telah kau lakukan pada perusahaan? Tidak ada perkembangan dan juga kau telah membuat kita rugi besar, apa kau akan tetapi berani menduduki posisi sebagai pemimpin perusahaan?"Regina menelan ludah, mencoba menjaga ketenangannya. "Papa, aku tidak bisa pergi begitu saja. Tolong beri aku kesempatan. Aku akan mengganti kerugian dengan mendapatkan project yang lebih besar lagi." Tuan Tan memandang remeh, "Bagaimana kau dapat melakukannya? Selama ini saja kau lebih sering gagal dan membuatku merasa malu. Memang lebih baik aku mengendalikan perusahaanku sendiri. Percuma saja kau pintar di sekolah, tapi berakhir merugikan keluarga." Regina mengepalkan tangannya. Selalu saja seperti ini
"Henry, kau benar-benar memecatku? Apa kau tidak bisa membedakan masalah pribadi dan pekerjaan?" Reina memberikan protes keras. Henry menatap Reina dengan tatapan dingin. "Ini bukan masalah pribadi, Reina. Kau sudah melanggar keprofesionalis dengan mengabaikan tugasmu kemarin. Dan juga, aku ingin kita mengakhiri hubungan ini. Aku berharap kau segera bereskan barangmu dari apartemenku juga." Reina tersenyum pahit. "Kau ingin membuangku begitu saja setelah bosan padaku? Henry, aku akan membongkar kelakuanmu ini ke media." Henry tidak mengubah ekspresi dinginnya. "Lakukan saja!" "Baiklah. Kau pasti akan menyesalinya. " Reina pergi dengan membanting pintu dengan kesal. Henry tidak memedulikannya. Dia masih memiliki banyak hal yang harus dia lakukan. *** Regina merasa kesal melihat pesan yang tidak berhenti datang padanya. Tidak peduli berapa banyak dia memblokirnya. Pria itu tetap saja mengganggunya. "Regina, apa kau sudah menunggu lama? Maafkan aku." Regina mematikan ponse
"Kau tidak perlu mengantarku sampai ke dalam," ucap Regina dengan sopan. "Tidak. Aku tidak bisa membiarkanmu sendirian dan juga aku ingin bertemu dengan anakmu. Kau mungkin menolakku saat ini karena anakmu, kan? Jika aku bisa membuatnya menyukaiku, kau juga akan menerimaku, kan?" ucap Harlan dengan percaya diri. Regina menatap dengan serius. "Harlan, jangan membuang waktu untukku. Kau pantas mendapatkan wanita yang lebih baik. Saat ini kehidupanku begitu rumit, kau mungkin akan menyesalinya."Harlan tersenyum lembut. "Tidak masalah. Aku siap menghadapi semuanya. Aku justru akan menyesal jika melepaskanmu."Regina menatap matanya. Dia dapat melihat ketulusan pria ini. "Baiklah. Jika Kau dapat menyayangi putraku, aku akan memperingatkannya, tetapi kau harus benar-benar tulus padanya." Harlan mengangguk. *** "Kevin, kenapa kau berada di luar?" Regina yang tiba di depan pintu apartemen dengan Harlan, menatap Kevin dengan cemas. "Paman Harlan, bawa Mamaku ke tempat lain. Saat ini Pap
Regina terdiam sejenak, terkejut dengan permintaan Kevin yang tak terduga. "Kevin, ini... bukankah kau tidak menginginkan perpisahan antara aku dan Henry. Kenapa kau menyarankan ini?" "Karena papa tidak peduli dengan perasaan Mama lagi. Aku tidak ingin Mama harus menerima pengkhianatan ini. Jika memang Papa memilih wanita lain, kenapa Mama tidak bisa bersama pria lain yang dapat membahagiakan Mama. Aku hanya ingin melihat Mama bahagia." Regina langsung memeluk Kevin erat. "Kevin, terima kasih telah memikirkanku. Aku akan mencoba bertemu dengan pria lain dan aku janji pria itu juga akan memperlakukanmu dengan baik lebih daripada Henry." Tangan mungil Kevin membalas pelukan Regina. "Mama tidak perlu memikirkanku. Selama Mama menemukan pria yang Mama cintai, aku tidak masalah siapapun pria itu." Regina tersenyum. Dia mengusap lembut rambut Kevin. "Ayo, tidur." Kevin mengangguk. Dia dengan cepat naik ke tempat tidur. Regina tidur di sebelahnya. Meskipun mencoba untuk terlelap,
Regina mengepalkan tangannya melihat foto yang tersebar di Internet. Regina dapat mengenali wajah wanita itu, meskipun harus kembali. "Jadi mereka bersama lagi?" Ponselnya langsung direbut oleh Rey. "Tidak perlu melihat gosip yang menganggu pekerjaanmu. Jika kau tidak bisa berkonsentrasi, lebih baik tidak perlu bekerja. Masih baik aku masih memberimu kesempatan bekerja dengan posisi pimpinan." "Aku tahu. Aku hanya kebetulan melihat foto itu." Regina kembali mengetik sesuatu. Rey meletakkan ponsel Regina. "Haruskan aku menyingkirkan wanita itu? Henry terlihat lebih bahagia dengan wanita itu daripada denganmu." Regina menarik napas dalam-dalam, mencoba menenangkan dirinya dari gelombang emosi yang melanda. "Tidak perlu, Kak. Aku tidak ingin ikut campur masalah pribadinya.".Rey mencibirnya, "Bukankah kau sampai menentang Papa untuk menikah dengannya dan kau juga begitu keras kepala menolak kerja sama denganku dan Papa hanya karena pria itu. Apa cintamu sekarang sudah luntur?""Aku
"Regina akan menjadi CEO perusahaan menggantikanku!" Tuan Tan menegaskan. "Regina, bisakah kau mengatakan sesuatu kepada para kolega kita?"Regina mengalihkan pandangan. Dia mencoba untuk menenangkan perasaan dan pikirannya. Namun, suara keras tiba-tiba terdengar. "Aku tidak memberimu izin!" Pria yang tidak lain adalah Henry langsung naik ke panggung dan menarik tangan Regina. "Ikut denganku!" Rey dengan cepat menahan tangan Regina. "Hanya karena kau suaminya, kau bisa seenaknya saja membatasi apa yang Regina lakukan?" Henry menatap pria itu dengan tajam. "Kau hanya orang luar, lebih baik tidak ikut campur!""Orang luar?" Rey tersenyum pahit. "Aku adalah kakaknya. Aku berhak untuk membela adikku.""Cukup!" Tuan Tan menghentikan perdebatan kedua pria itu. "Henry Jian, lepaskan tanganmu dari putriku." Henry justru tertawa. "Sekarang kau menganggapnya putrimu hanya karena dia menurut padamu? Kau lupa bagaimana kau memukulinya?""Jangan bicara sembarangan. Aku bisa meminta security unt
"Nyonya, Anda mau kemana?" agen properti itu menahan Regina."Aku tidak jadi menyewa tempat ini!" Regina dengan cepat melarikan diri. Agen properti itu mengambil ponselnya. "Tuan, Nyonya sudah melarikan diri. Saya sudah berhasil mengelabuinya. " Senyum licik terukir di bibir wanita itu. ***Regina berusaha untuk membuka pintu mobilnya, tetapi dengan tubuh gemetar membuatnya kesulitan. Bahunya merasakan sesuatu yang menyebutnya. Regina dengan gugup berbalik. "Kau? Apa yang kau lakukan di sini?" Regina terkejut melihat keberadaan Henry. Bukannya menjawab, Henry justru mengejeknya. "Apa kau begitu tidak punya uang sampai datang ke apartemen kecil ini? Kau tidak akan mendapatkan rumah yang layak."Regina mulai menyadari sesuatu. "Apa kau yang selama ini mengatur agak aku tidak bisa menemukan rumah. Jika kau ingin balas dendam bukan begitu caranya!" Regina merasa marah dan tertekan. "Berhentilah mencampuri urusanku!"Henry hanya tersenyum sinis. "Kau pikir bisa pergi begitu saja dariku
"Kau ingin pergi? Kemana kau bisa pergi? Tidak mudah mencari rumah dalam waktu singkat," cibir Regina. "Itu urusanku!" Regina langsung pergi begitu saja. Regina tidak perlu membereskan apapun karena semua adalah milik Henry. Saat kakinya melangkah melewati ruangannya, tanpa sengaja dia bertemu dengan Asistennya yang justru melewatinya, "Wanita bodoh, kau begitu mudah masuk ke perangkap."Regina membalikan tubuhnya. Asisten itu menoleh ke arahnya dengan senyuman meremehkan. "Kau! Apa kau bersekongkol dengan mereka? Jika sampai Henry tahu maka kau--""Nyonya Regina, lebih baik kau memikirkan dirimu sendiri sebelum memberiku peringatan, karena aku tidak sebodoh dirimu yang dengan mudah terjebak dalam permainan ini!" Asistennya itu langsung berbalik pergi. Regina hanya bisa mengepalkan tangannya. Ini salahnya karena tidak curiga pada wanita itu. *** Setelah tiba di rumah, Regina langsung meminta Kevin untuk mengemas pakaiannya. "Kevin, kemasi pakaianmu, kita berdua akan pergi dari rum
Henry mengepalkan tangannya melihat video yang dia lihat. "Sial, permainan macam apa ini? Apa ada orang dalam perusahaan yang terlibat?" "Saya pikir begitu. CEO Jian, sebenarnya Tuan Jian menghubungi saya dan memberitahu Anda, jika ingin mengetahui dalang dari masalah ini, Anda harus datang menemuinya. "Henry terdiam sejenak. "Baiklah, atur pertemuan dengan Papa sekarang juga!"Asistennya menghentikan mobil di tempat yang aman, lalu mulai mengirim pesan pada Tuan Jian.*** "Jadi, Henry. Bukankah aku sudah peringatkan tentang memasukkan wanita itu ke perusahaan hanya akan membawa kerugian?" Tuan Jian mencibir putranya yang baru datang. Henry menarik kursi dengan tenang. "Apa papa memintaku bertemu hanya untuk menyalahkan Regina? Belum tentu ini adalah kesalahan istriku, bisa saja Papa orang yang terlibat."Tuan Jian menatap tajam. "Kau berani menuduh Papamu sendiri? Setelah kau melihat rekaman ini, apa kau masih akan mempercayai istrimu?""Apa ini sebuah editan?" Henry masih menolak
"Ya, aku yakin!" jawab Regina dengan tegas. CEO Smith menatapnya sejenak, kemudian mengangguk singkat. "Baiklah, aku akan memberi waktu satu minggu. Tapi ingat, jika gagal, tepati janjimu itu!"Regina mengangguk, menguatkan keputusannya. "Terima kasih atas kesempatan yang diberikan. Kami tidak akan mengecewakan Anda."Setelah pertemuan selesai, Regina dan asistennya meninggalkan ruangan rapat. Saat itu CEO Smith mengambil ponselnya. "Hallo, CEO Jian....."***Regina mulai bekerja keras. Dia menemui orang dari perusahaan game yang bertanggung jawab. "Aku akan memberikan tambahan dana, tetapi aku berharap kalian menyelesaikan dalam wajah satu minggu!"."Apa? Bagaimana bisa secepat itu? Kami harus--"Regina dengan cepat memotong perkataannya. "Tidak perlu untuk sesempurna sebelumnya, paling penting kualitas mendekati dan layak untuk rilis.""Kami akan melakukan yang terbaik, Nyonya Regina," jawab perwakilan perusahaan game itu dengan bersemangat.Regina mengangguk, "Aku percaya pada k