Share

Bab 134

Penulis: Liazta
last update Terakhir Diperbarui: 2024-02-23 23:26:51

Lagi-lagi rasa bersalah serta penyesalan menghantam jantungnya hingga membuat rasa nyeri yang luar biasa. Usaha pencarian yang dilakukannya sudah lebih dari sebulan ini ternyata berakhir di sini.

Rasanya begitu sangat menyakitkan ketika harus kehilangan istri serta calon anaknya. Baru saja merasakan cinta yang menggebu-gebu di hatinya dan kini semua rasa cinta itu harus digantikan dengan rasa sakit kehilangan dan penyesalan yang akan menyiksanya hingga seumur hidup.

"Mama, papa." Rafasya memanggil kedua orang tuanya.

Erik tidak berbicara apa-apa. Pria itu menangis menahan rasa sakit di hatinya. Bahkan saat ini jantungnya terasa sakit.

"Papa?" Sari menjerit ketika suaminya terjatuh ke lantai.

Dokter yang berdiri di dekat Sari dengan cepat memeriksa kondisi Erik. Pria berjas putih itu langsung memanggil perawat untuk membawakan tempat tidur.

"Mama, papa kenapa?" Rafasya bertanya dengan bibir gemetar. Melihat kondisi Papanya seperti ini, Rafasya panik dan takut.

Sari tidak menjawab pe
Bab Terkunci
Lanjutkan Membaca di GoodNovel
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi

Bab terkait

  • Kontrak Pernikahan sang Pewaris   Bab 135

    Begitu banyak yang ingin dia katakan namun semua kalimat tersangkut di tenggorokan. Hingga hanya sudah tangis kesedihan yang terdengar. Rafasya sudah tidak sanggup berada di ruang mayat itu dan pada akhirnya memilih untuk keluar."Rafa," panggil Daffin.Rafasya hanya dian melihat Daffin yang datang bersama dengan Hana. Hatinya sudah hancur berkeping-keping dan bahkan sekarang sudah tidak berbentuk. Kehilangan wanita yang begitu sangat dia cintai, memang sangat menyakitkan. Bahkan ungkapan cinta belum sempat dia utarakan. "Apa benar yang di dalam itu mayat Cinta?" Tanya Hana dengan menangis. Mata wanita cantik itu sudah sempat karena menangisRafasya menggelengkan kepalanya dengan tertawa. "Itu bukan mayat Cinta, itu bukan istri ku. Istri ku masih hidup, dia hanya marah dan bersembunyi."Meskipun sudah melihat secara langsung, namun Rafasya tetap menolak kenyataan. Dia masih berharap ada keajaiban. Dia masih bermimpi bahwa istri serta calon anaknya masih hidup."Kau sudah melihatnya

    Terakhir Diperbarui : 2024-02-25
  • Kontrak Pernikahan sang Pewaris   Bab 136

    Rafasya, Surya, Mita Daffin serta Hana datang ke kamar rawat Erik dan juga sari. Pasangan suami istri itu dirawat di kamar yang sama sesuai permintaan dari Rafasya."Aku tahu cobaanmu begitu sangat berat dan aku yakin kamu kuat menghadapi ini semua." Daffin mengusap pundak sahabatnya. Dia sangat kasihan melihat Rafasya. Istri pergi dan menghilang pernah dirasakan Daffin. Pada saat itu Hana sedang hamil. Meskipun hanya hilang beberapa hari namun sudah berhasil membuat Daffin seperti orang gila. Karena itu dia bisa merasakan perasaan Rafasya saat ini. Apa lagi Cinta menghilang sudah lebih satu bulan. Rafasa tersenyum kecil mendengar perkataan dari sahabatnya. Jika tidak mengingat istrinya pergi dalam keadaan hamil mungkin dia sudah jadi orang gila. Namun Rafasya tidak boleh kehilangan kewarasan karena harus menemukan istri dan juga calon anaknya. Semua ini memang salahnya, dulu Rafasya Cinta buta terhadap Karin hingga otaknya pun menjadi bodoh. dengan patuhnya menuruti semua perint

    Terakhir Diperbarui : 2024-02-26
  • Kontrak Pernikahan sang Pewaris   Bab 137

    "Katakan Siapa yang melakukannya?" Bambang menangis memandang Cahaya. Harapan besar yang telah digantungkannya kepada anak gadisnya itu pupus sudah setelah, mengetahui kenyataan yang akan membuat harga diri keluarganya hancur.Baru saja Cahaya mengangkat derajat keluarganya setinggi-tingginya dan membuat Bambang terbang melayang. Namun dalam sekejap mata, Cahaya menjatuhkan kedua orang tuanya ke dasar jurang yang terdalam."Jawab Cahaya!" Maya sudah tidak mampu menahan emosinya. Wanita itu sudah kesetanan dan menampar wajah anak kesayangannya itu.Cahaya tidak menghindar sama sekali ketika tamparan demi tamparan mendarat di wajahnya.Melihat istrinya lepas kontrol, Bambang menahan tangan Maya. Walaupun pria itu marah dan bahkan sangat marah, namun dia tidak mampu melihat anak perempuannya itu dipukuli. "Cahaya katakan Siapa yang melakukannya? Kamu tidak usah takut nak, papa akan menuntut orang itu. Papa akan membuat dia bertanggung jawab atas apa yang telah dia lakukan. Selagi apa ma

    Terakhir Diperbarui : 2024-02-27
  • Kontrak Pernikahan sang Pewaris   Bab 138

    "Neng Cinta, apa nggak pengen duduk-duduk santai di taman komplek?Apalagi udara pagi ini sangat segar loh neng." Si Bibi kembali membujuk Cinta.Cinta menggelengkan kepalanya, sedangkan tangannya sedang sibuk memasang buah baju bayi yang baru dibuatnya."Apa Neng Cinta nggak tidur, sampai bisa buat baju calon bayi? "Si Bibi memandang wajah Cinta. "Tidur cuman nggak lama, habis itu terbangun terus nggak bisa tidur. Ya sudah Cinta ngabisin waktu sambil buat baju kayak gini Bi." Cinta terbangun di jam 02.00 pagi dan setelah itu matanya tidak bisa terpejam sama sekali. Perasaannya mendadak gelisah dan jantung berdegup dengan cepat. Cinta mengambil kesimpulan bahwa apa yang dirasakannya hanya karena bawaan kehamilan."Neng Cinta, kenapa sih nggak mau nonton televisi?" Seakan tidak pernah lelah Si Bibi selalu saja bertanya. Sudah lebih dari satu bulan si bibi bekerja, tidak pernah sekalipun melihat televisi di kamar Cinta menyala. Biasanya televisi di ruang keluarga menyala karena si Bib

    Terakhir Diperbarui : 2024-02-28
  • Kontrak Pernikahan sang Pewaris   Bab 139

    Cahaya pergi meninggalkan rumah dengan membawa beberapa barang berharga miliknya. Tendangan keras yang menghantam kepalanya, masih terasa berdenyut nyeri. Begitu juga rasa sakit dari tamparan sang mama. Jadi karena itu dia memutuskan untuk duduk di sebuah taman yang dilewatinya.Di sini dia menangis sejadi-jadinya sembari menyalahkan dirinya sendiri. Penyesalan memang sudah terlambat, namun seperti itulah yang dia rasakan. Meskipun melakukannya tanpa ada niat sama sekali, namun perbuatannya sudah menghadirkan janin yang akan tumbuh dan berkembang di dalam rahimnya. Cahaya tidak menghiraukan ketika hujan turun dengan derasnya. Dia hanya duduk termenung sambil menikmati rasa nyeri yang ada di hatinya. Impian untuk menjadi anak yang berbakti dan membahagiakan kedua orang tuanya seakan kandas karena perbuatan yang dia lakukan.Namun jika boleh membela diri, Cahaya melakukannya karena paksaan dari Arlan dimalam itu. Semua ini bukanlah kemauannya. Berulang kali Cahaya menolak namun pria

    Terakhir Diperbarui : 2024-03-01
  • Kontrak Pernikahan sang Pewaris   Bab 140

    Seakan tidak ada lelahnya, Nara selalu membujuk Cinta. "Cinta gak bosan kok," jawab Cinta dangan yakni. "Kontrol kandungan kapan?" Nara selalu datang ke rumah ini sendiri, tanpa membawa anak serta suaminya. Nara benar-benar menepati janjinya kepada Cinta."Nanti deh Kak, lagian vitamin sama obat Cinta masih ada." Meskipun jadwal kontrolnya sudah lewat 10 hari, Namun Cinta belum ada niat untuk pergi ke rumah sakit."Mau sampai kapan sembunyi seperti ini dek? Lihat Adik sekarang, nggak pernah keluar dari rumah. Bahkan untuk cek kandungan ke dokter pun tidak mau. "Nara berkata dengan wajah marah."Disaat kita sedang hamil, yang dipikirkan bukan cuma diri sendiri tapi anak di dalam juga harus dipertimbangkan. Jangan karena benci sama bapaknya anaknya juga ikut disiksa." Nara tidak mungkin diam saja ketika melihat kondisi psikis Cinta yang tergoncang. Dia tahu apa masalahnya, namun juga tidak ingin Cinta seperti seorang buronan yang sedang bersembunyi. Cinta meneteskan air matanya ket

    Terakhir Diperbarui : 2024-03-02
  • Kontrak Pernikahan sang Pewaris   Bab 141

    "Coba cek dulu bajunya, Apa ada yang kering?" Anto kembali bertanya karena melihat Cahaya yang hanya diam."Travel bag nya nggak tembus air kok," jawab Cahaya"Ya sudah kalau gitu cepat ganti baju, kemudian langsung kemeja makan ya. Si mbok sudah siapin makanan," kata Anto dengan tersenyum. Meskipun mbok Narsih hanyalah asisten rumah tangga, namun Anto begitu sangat menghormati dan menyayangi wanita tersebut. Mbok Narsih sudah bekerja dengan kedua orang tuanya ketika Anto masih bayi. Ketika kedua orang tuanya meninggal sekitar 15 tahun yang lalu, Mbok Narsih tetap bersama dengannya. "Iya," jawab Cahaya yang kemudian tersenyum. Setelah berbicara dan memberi perintah Anto keluar dari kamar Cahaya. Pria itu tidak bisa menyembunyikan rasa bahagianya karena bisa sedekat ini dengan Cahaya. Sudah lama dia ingin mendekati Cahaya, namun tidak tahu bagaimana caranya.Cahaya mandi terlebih dahulu agar pikiran dan tubuhnya bisa lebih segar. Setelah selesai mandi dan berpakaian dia pun keluar d

    Terakhir Diperbarui : 2024-03-04
  • Kontrak Pernikahan sang Pewaris   Bab 142

    "Apa darahnya banyak neng? " Si bibi bertanya terlebih dahulu. "Belum bi, masih sedikit." "Apa perut neng sakit? " Si bibi harus mengetahui lebih detail kondisi Cinta. Meskipun bukan seorang dokter, namun Si Bibi sangat mengerti tentang permasalahan kandungan. Semua itu berasal dari pengalaman pribadi yang sudah memiliki tiga orang anak, dan 4 orang cucu. "Gak bi." "Bibi telpon mbak Nara dulu." Cinta menganggukkan kepalanya dan menunggu si bibi berbicara lewat sambungan telepon dengan hati gelisah. "Ayo neng, kita ke rumah sakit sekarang." Si berkata setelah selesai menelepon Nara. "Kak Nara tadi ngomong apa bi?" Cinta memandang bibi yang memegang tangannya. "Kita langsung ke rumah sakit, mbak Nara akan langsung ke sana. Neng Cinta jalannya pelan-pelan saja." Si bibi berjalan sambil memegang tangan Cinta. "Kita pakai apa bi? Atau Cinta hubungi taksi dulu?" Cinta benar-benar panik dan takut terjadi hal buruk terhadap calon anaknya. Apa lagi kesalahan dan kelalaian ini karena

    Terakhir Diperbarui : 2024-03-05

Bab terbaru

  • Kontrak Pernikahan sang Pewaris   Bab 172

    Rafasya harus menahan rasa sakit di kulit kepalanya, karena Cinta yang terus-menerus menarik rambutnya. Jika tahu kondisinya akan seperti ini dia pasti akan memotong rambutnya hingga 2 cm sebelum Cinta melakukan persalinan. "Mama sakit banget mah." Cinta kembali menangis dan dia pun menarik rambut suaminya dengan keras. "Iya nak tahanan ya." Sari kembali menguatkan menantunya."Anto cepat." Rafasya berkata dengan keras ketika istrinya kembali menarik rambutnya dengan kuat. "Iya Bos, ini jalanan macet," kata Anto. "Kenapa harus pilih jalan yang ini," kata Erik yang menyalahkan sopir sekaligus Bodyguard putranya itu. "Hanya satu jalan menuju ke rumah sakit Pak," jawab Anto gugup. Meskipun yang akan melahirkan istri dari bosnya namun Anto juga merasa panik dan gugup. Apalagi mendengar suara Cinta yang terus saja menangis karena kesakitan. Dia tidak bisa membayangkan ketika Nanti istrinya ada mengalami hal seperti ini.Jika dalam kondisi panik seperti ini semua orang pasti tidak akan

  • Kontrak Pernikahan sang Pewaris   Bab 171

    Cahaya dan juga Cinta sedang bersantai di taman belakang.Sejak pagi Cahaya sudah di rumah Cinta. Istri Anto itu pun akan pulang ketika suaminya sudah kembali bekerja."Lihat, ini cantik kan?" Cinta begitu bersemangat ketika menunjukkan gambar desain Baby Doll untuk bayi perempuannya. "Cantik sekali, lihat ini keren gak?" Cahaya dengan bangganya menunjukkan sweater untuk bayi laki-laki. "Keren, buatin untuk calon baby Aku juga ya," kata Cinta yang begitu sangat senang. "Siap, sebelum kamu minta aku sudah minta tukang jahit untuk membuat dua. Satu berwarna biru pekat dan satu lagi berwarna pink." "Pasti lucu ketika mereka memakai baju couple. "Kita bakal buat mereka foto bareng ya." Cahaya tersenyum dan tidak sabar menunggu kelahiran putranya.Sepertinya apa yang didoakan oleh suaminya memang terkabulkan. Karena Cahaya mengandung anak laki-laki. Kedua Wanita itu sudah berniat untuk membuka baby shop setelah mereka melahirkan nanti. Bahkan semua koleksi baju-baju bayi untuk calon

  • Kontrak Pernikahan sang Pewaris   Bab 170

    Rafasya berkunjung ke Rumah Sakit Bhayangkara tempat di mana anak Karin dirawat. Disini dia bertemu dengan wanita yang mengadopsi anak Karin. "Apa kamu yang akan mengadopsi anak dari almarhumah Karin?" tanya Rafasya "Iya mas, saya Mayra yang akan merawatnya dan ini sesuai dengan amanah dari almarhumah sebelum beliau meninggal," kata berliana dengan suara yang sehalus mungkin. Dia juga mengganti logat bahasanya agar tidak ada yang curiga dengan jati dirinya."Sejak kapan kenal dengan Karin?" Tanya Rafasya. Sekian lama menjadi kekasih karin, Rafasya sangat tahu siapa-siapa saja teman dari mantannya itu. "Sejak Mbak Karin tersandung kasus di tahanan, dan saya yang ngambil job pekerjaannya sebagai Artis. Awal berjumpa mbak Karin ketika saya bekerja di restoran. Mungkin mas Rafasya tahu tentang video viral itu. Saya tidak enak hati karena mengambil pekerjaan almarhumah, jadi karena itu saya datang ke tahan." Mayra berbicara dengan menundukkan kepalanya."Mbak Karin merupakan orang yang

  • Kontrak Pernikahan sang Pewaris   Bab 169

    Cinta berjalan sambil memegang tangan suaminya dengan mesra. Kini mereka sudah berada di taman dan melakukan jalan paginya."Abang, Cinta takut." Cinta memandang Rafasya. "Takut kenapa?" tanya Rafasya. "Takut melahirkan." Rafasya diam ketika mendengar jawaban istrinya. Jujur saja dia juga begitu sangat takut ketika mendengar kabar bahwa Karin meninggal karena pendarahan."Adek jangan takut, Abang bakalan terus ada jagain adek. Adek pasti bisa, adek pasti kuat." Rafasya mencoba untuk menenangkan istrinya. "Janji ya." Cinta memandang Rafasya. "Iya sayang." Rafasya memeluk istrinya dan kemudian mencium keningnya.Sedangkan Sari dan Erik memilih duduk di kursi taman sambil mengambil video anak dan menantunya. Setelah mengambil rekaman video anak serta menantunya, Sari membuka Instagram miliknya. Dan di sana banyak muncul berita tentang kematian Karin. Hal ini yang membuat wanita itu terkejut."Pah, apa berita ini Benar?" tanya Sari sambil menunjukkan berita yang sedang dibacanya."C

  • Kontrak Pernikahan sang Pewaris   Bab 168

    Rafasya terdiam saat menerima telepon dari pengacaranya. "Pak Efendi yakin?" Tanya Rafasya untuk memastikan bahwa informasi ini tidak salah. "Yakin pak, karena pihak polisi langsung yang menginformasikan berita ini kepada saya," jawab pengacara Effendi. "Jam berapa meninggalnya?" Rafasya masih tidak percaya dengan apa yang dia denger. "Jam 2 dini hari, saudari Karin meninggal setelah melahirkan anaknya. Almarhumah mengalami pendarahan dan menyebabkan harus menjalani operasi jam 9 malam." Pengacara Effendi menjelaskan secara detail. "Urus semuanya, setahu saya almarhumah tidak memiliki keluarga di sini. Karena itu antarakan jenazah ke kampung halamannya. Informasikan juga kabar duka ini kepada kedua orang tuanya."Meskipun Karin sudah melakukan kesalahan yang fatal, namun Rafasya tetap perduli dan mau mengurus jenazah mantan kekasihnya itu. "Kedua orang tuanya meninggal kecelakaan lalu lintas jam 09.00 pagi. Dan saat ini jenazahnya masih ada di rumah sakit, karena tidak ada piha

  • Kontrak Pernikahan sang Pewaris   Bab 167

    Berliana merasakan kakinya lemas setelah mendengar jawaban dari dokter. Dia kemudian kembali duduk di depan ruang persalinan tersebut. Melihat bayi di dalam box didorong keluarga. Berliana langsung berdiri. "Mau dibawa ke mana sus?" Tanya Berliana yang mengikuti perawat tersebut."Mau dipindahkan ruang Icu," jawab perawat. "Oh, saya boleh ikut sus?" Tanya Berliana sambil memandang ke dalam box bayi. "Boleh, hanya saja tidak boleh masuk ke dalam ruang icu," jawabnya. "Iya sus, bayinya perempuan atau laki-laki sus?" Berliana ikut mengantarkan bayi malang itu hingga ke depan ruangannya. "Laki-laki," jawab suster yang kemudian membuka pintu ruang ICU. Berliana memandang perawat itu masuk ke ruang ICU dan kemudian menutup pintu. Berliana berusaha mengintip ke dalam lewat kaca transparan berukuran kecil. Setelah bayi itu masuk ke dalam ruangan, Berliana pergi meninggalkan ruang Icu tersebut. Berliana kembali lagi ke ruang operasi. Dia duduk di kursi tunggu.Berliana dengan sangat sab

  • Kontrak Pernikahan sang Pewaris   Bab 166

    Menjalani kehamilan di dalam tahanan seperti ini terasa begitu sangat berat. Di saat para wanita yang sedang hamil menikmati momen berharga bersama dengan suaminya, dan merasakan perhatian serta kasih sayang dari seluruh keluarganya. Namun tidak untuk Karin. Dia melewati semua masa ini seorang diri. Di dalam tahanan ini waktu begitu lambat berlalu. Bersyukur dia memiliki seorang sahabat yang bernama Berliana. Sahabatnya itulah yang setiap saat selalu mengunjunginya dan memberikan dia berbagai macam vitamin serta susu untuk ibu hamil. Sejak tadi Karin merasa gelisah. Seharusnya kedua orangtuanya sudah datang siang ini. Namun mengapa sampai sore, kedua orangtuanya belum datang juga. Apa mereka tidak jadi berangkat hari ini? "Karin ada telepon untuk kamu." Sipir wanita itu berkata setelah membukakan pintu besi tersebut.Karin dengan cepat beranjak dari duduknya. Saat ini perutnya sudah besar. Karena usia kehamilannya yang sudah memasuki bulan ke-7.Karin berjalan dengan pelan mengik

  • Kontrak Pernikahan sang Pewaris   Bab 165

    Cahaya tidak bisa menolak paksaan dari suaminya. Dan wanita itu akhirnya memilih untuk menurut. Dan kini pasangan pengantin baru itu sedang berdiri di bawah cucuran air shower. Namun ternyata kamar mandi Bukan tempat yang menyenangkan untuk pasangan yang baru Sah menikah tersebut. Anto kembali menggendong tubuh istrinya dan membawanya ke kamar."Kenapa sudah keluar Mas? Kita belum selesai mandi," Kata Cahaya. Wanita berwajah manis itu sedang berusaha mengatur napasnya yang sejak tadi sudah dibuat ngos-ngosan oleh sang suami."Nanti mandinya kita lanjut lagi. Sayang, Mas pengen lihat anak kita." Anto tersenyum dan kemudian mencium bibir istrinya."Tapi Aya lagi hamil, apa boleh mas?" tanya Cahaya. Melihat benda keramat sang suami, membuat bulu kutuk Cahaya merinding. "Boleh sayang yang penting mainnya jangan keras. Mas bakal pelan-pelan," jawab Anto. Pasangan pengantin baru itu sudah sama-sama polos sejak dari kamar mandi tadi. Cahaya tidak menyangka bahwa suaminya seagresif ini. Pa

  • Kontrak Pernikahan sang Pewaris   Bab 164

    "Sayang, bagaimana kondisi anak hari ini?" Rafasya tersenyum dan mengusap perut istrinya. Rafasya sangat cemas ketika Cinta memaksa untuk datang ke acara ijab Kabul Cahaya. Dia takut jika hal buruk terjadi terhadap istri dan calon anaknya."Baik, sangat baik." jawab Cinta. Karena hari ini Cinta tidak merasakan perut yang sakit atau kram. Bahkan gerak bayinya terasa semakin kuat."Anak gadis daddy pintar sekali." Rafasya tersenyum dan mengusap perut istrinya."Sayang Abang rindu." Rafasya berkata dengan wajah serius. "Sudah sedekat ini masih bilang rindu?" Cinta memandang Rafasya dengan sedikit memicingkan matanya. Rasanya sungguh sangat aneh ketika mendengar ucapan dari suaminya itu. Padahal mereka sangat dekat tanpa ada jarak yang memisahkan. Karena Rafasya yang sedang memeluk tubuhnya dengan erat. "Rindu sama ini Dek." Rafasya menyentuh bagian yang dia maksud. Dia sudah sangat menginginkan apam legit yang menggiurkan. Selama di rumah sakit, Rafasya selalu mengurus semua kebutu

Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status