Home / Romansa / Kontrak Pemikat CEO Dingin / BAB XXXI RUMAH SAKIT JIWA

Share

BAB XXXI RUMAH SAKIT JIWA

Author: Ilastriasanim
last update Last Updated: 2025-03-30 22:00:05

"Um, maafkan saya bu, kami memang sudah menikah sekitar sebulan yang lalu, acara pernikahan dilakukan secara tertutup. Irene, sahabat Naira hadir mewakili keluarga."

"Apa?!" Dahi ibu itu mengkerut, semakin dibuat bingung. "Kenapa mereka tidak memberitahuku?"

"Maaf, mungkin mereka belum sempat. Saya mohon bantuan kali ini saja, Bu." Ken menyampaikannya dengan nada yang serius. Ibu itu menatap Ken dengan tanpa ekspresi. Namun, melihat keseriusannya, muncul sedikit pertimbangannya.

"Baiklah," ucap Ibu itu, menghela napas dalam. "Sebenarnya, saya Ibunya Irene. Ia pergi sejak siang dan belum kembali, saya menduga ia bertemu Naira. Kau tanyakan langsung saja padanya."

"Ta-tapi Bu, saya dan Irene belum begitu akrab. Jika Ibu berkenan, bisakah memberi tahu kemana biasanya mereka pergi."

Ibunya Irene terdiam sejenak, seolah menyembunyikan sesuatu, tapi kemungkinan sedang berpikir tentang kebenaran ucapan pria di depannya.

"Hm. Kalau begitu, tunjukkan foto pernikahanmu! Baru saya bi
Continue to read this book for free
Scan code to download App
Locked Chapter

Related chapters

  • Kontrak Pemikat CEO Dingin   BAB XXXII PAPA MULAI INGAT

    Ken memperhatikan perubahan sikap Naira. Kekesalan dan amarah terpancar jelas dari caranya menarik lengannya menyusuri koridor. Namun, alih-alih merespons dengan serupa, Ken justru menyunggingkan senyum tipis di bibirnya, yang tak lama kemudian pecah menjadi tawa terbahak-bahak. Naira, yang terlanjur diliputi amarah, hanya bisa mengerutkan alisnya, kebingungan terpancar di wajahnya. "Kenapa kau tertawa?" tanyanya dengan nada bingung bercampur kesal. "Apa ada yang lucu? Apa kau sedang menertawakan hidupku?!" Ken yang masih terbahak-bahak mulai perlahan mereda, tawa itu menyisakan senyum tipis di bibirnya sebelum akhirnya lenyap sama sekali. Geraknya menjadi lebih tenang saat tubuhnya condong sedikit ke arah Naira. Memegang kedua lengan Naira dengan erat, membuat Naira semakin kebingungan dan mencoba melepaskannya tapi Ken tetap menahannya. Dalam keheningan sejenak mata keduanya bertemu dan Ken menatapnya begitu dalam. Tanpa diduga, mendekapnya dengan sangat erat, ia membenamkan wa

    Last Updated : 2025-03-31
  • Kontrak Pemikat CEO Dingin   BAB XXXIII MASA LALU KELUARGA BAGIAN 1

    11 Januari 2020 "Cleo, gawat! Papa terkena masalah di perusahaanya! Di depan rumah kita sudah banyak orang yang demo!" Suara dalam sambungan telepon membuat Naira terbangun dari tidur pasca kepulangannya dari Amerika. "Bagaimana keadaan Papa dan Mama, Kak?" "Mereka syok dan kalut! Aku harus bagaimana ini? Aku stres sekali di sini. Keadaan di sini sedang chaos! Cepatlah kemari!" "O-oke, oke! Kau bertahan dulu di sana ya, kak. Jangan lakukan apapun sebelum aku tiba di sana. Tolong jaga Papa Mama." Sambungan telepon itu berakhir. Tubuh Naira yang baru saja istirahat satu malam setelah kepulangannya dari Amerika segera bangkit dan berkemas. Otaknya sigap mengatur tubuhnya untuk melakukan apa saja yang dipersiapkan untuk pulang ke rumah keluarganya. Ia juga langsung menghubungi Irene untuk membantunya. "Ren, tolong segera pesankan tiket dari Manila ke Jakarta! Ini darurat!" pinta Naira dengan nada mendesak. Dari ujung telepon, Irene segera mengiyakan dan bergerak cepat. Mentar

    Last Updated : 2025-04-02
  • Kontrak Pemikat CEO Dingin   BAB XXXIV MASA LALU KELUARGA BAGIAN 2

    "Apa yang telah kau lakukan terhadap perusahaan di belakang papa, Cleo?!" Suara Naira William menggelegar, penuh amarah dan tuduhan. Ia mendorong Cleo hingga membentur dinding ruang tengah keluarga. Cleo yang saat itu baru pulang dari Rumah sakit setelah menengok mamanya yang dirawat akibat hipertensi, hanya mengerutkan dahinya, bingung dengan kemarahan kakaknya yang tiba-tiba dan meledak-ledak. "Kau! Gara-gara kau! Perusahaan kita gagal bangkit, Cleo! Para pemegang saham mulai menarik sahamnya kembali saat tahu kau bekerja sama dengan orang brengsek itu!" Air mata mulai menggenangi mata Naira, raut wajahnya dipenuhi keputusasaan. "A-apa maksudnya, kak?" tanya Cleo semakin kebingungan. "Lihat ini! Kau baca!" Naira menunjukkan selembar surat dengan tangan gemetar. "Pemerintah akan menutup perusahaan kita jika hutang dan royalti tak dibayarkan! Dan kau tahu, si brengsek itu dalam dua pekan ini memanfaatkan perusahaan kita untuk kepentingannya sendiri! Sementara kau? Melakukan tanda

    Last Updated : 2025-04-02
  • Kontrak Pemikat CEO Dingin   BAB XXXV MASA LALU KELUARGA BAGIAN 3

    Sejak kejadian itu, Cleo dengan gigih menghubungi jajaran dewan direksi dan para pemegang saham yang masih setia. Rapat demi rapat kembali ia adakan, berusaha mencari secercah solusi di tengah badai yang tak terduga ini. Namun, jauh di lubuk hatinya, ia pasrah jika kenyataan pahit di luar kuasanya harus terjadi. Kekuatan sahamnya yang hanya sepuluh persen terasa begitu lemah untuk melawan dominasi Antony. "Baiklah, Bapak-Ibu sekalian," suara ketua dewan terdengar berat, mengumumkan keputusan yang menghancurkan. "Mengingat kondisi perusahaan yang kian terpuruk dan demi mencegah kerugian yang lebih besar, maka dengan berat hati diputuskan secara bulat bahwa kepemilikan perusahaan ini akan dilimpahkan kepada pemegang saham mayoritas yang baru, yaitu Antony Caesar dari PT Timah Energy." Tepuk tangan menggema dari para wali yang mewakili pihak Antony, diikuti oleh sebagian anggota dewan lainnya yang menerima kesepakatan getir ini. Sementara itu, segelintir orang yang masih menaruh harapan

    Last Updated : 2025-04-03
  • Kontrak Pemikat CEO Dingin   BAB XXXVI MASA LALU KELUARGA BAGIAN 4

    "Pa-papa?! Ya ampun, kok Papa tiba-tiba ada di sini?" tanya Cleo, jantungnya mencelos dan suaranya tercekat. "Iya, Papa baru naik, mau lihat kamu dan Naira. Tapi... Papa tidak sengaja mendengarmu bicara dengan pria dan bilang hamil. Siapa yang hamil, Nak? Siapa pria itu?!" tanya William, nada suaranya sedikit meninggi dengan raut wajah tegang yang belum pernah Cleo lihat sebelumnya. Papa, yang belakangan ini sering mengurung diri dan berteriak-teriak tak jelas, malam ini tampak begitu fokus dan "normal". Ucapan Cleo yang samar itu jelas membuatnya curiga. Namun, baru saja Cleo membuka mulutnya, ragu dan sedikit takut untuk menjelaskan, tiba-tiba teriakan histeris seorang pelayan memecah keheningan dari lantai bawah. "Tuan! Tuan, tolong! Ibu Mala ... Ibu Mala pingsan!" "HAH?! Mama?!" Cleo langsung tersentak, kesadarannya kembali pada mamanya. Tanpa menjawab pertanyaan papanya, ia berlari panik menuruni tangga. William pun ikut menyusul dengan langkah tergesa menghampiri istriny

    Last Updated : 2025-04-03
  • Kontrak Pemikat CEO Dingin   BAB XXXVII PAPA AKAN PULANG

    "Dok, gimana kondisi papa saya? Sudah ada kemajuankah?" tanya Naira saat di ruang konsultasi. Dokter menghela napas lembut. "Setelah kami memantau selama tiga tahunan ini, kami mengamati tuan William sudah banyak kemajuan. Kami juga memantau bagaimana interaksinya dengan pasien lain mulai ada komunikasi dua arah, banyak mengikuti kegiatan yang kami berikan, dan membuat berbagai prakarya untuk mengisi waktunya. Tapi yang perlu ditekankan, tuan William tidak benar-benar sembuh. Akan tetapi selama masa perawatan ini sudah cukup untuk membuat beliau bisa kembali ke rumahnya. Kemungkinan, nona Naira bisa membawanya sekitar dua minggu lagi sampai kami benar-benar memastikan kestabilan emosinya dan tetap teratur minum obat." "Baik, dok. Saya paham soal itu," jawab Naira lega dan terharu. "Terimakasih atas bantuan selama ini. Kalau bukan karena dokter, papa saya entah akan seperti apa nasibnya." Usai konsultasi, Naira menemui Irene yang sudah menunggunya di luar. Ia menyampaikan apa yan

    Last Updated : 2025-04-04
  • Kontrak Pemikat CEO Dingin   BAB XXXVIII MENETAP DI PENTHAUS

    Persetujuan Ken untuk memindahkan Naira ke apartemennya langsung memicu rentetan telepon bernada tinggi dari Jasmine dan Cath. Mereka tak habis pikir, bagaimana bisa Ken, yang selama ini keras kepala, tiba-tiba menuruti permintaan wanita itu. Terpisah ruang dan waktu, rencana mereka untuk mengawasi gerak-gerik Naira terasa semakin sulit. Kekhawatiran mereka disadari saat Naira menghilang, Ken beberapa kali menelepon orang rumah, bahkan para pelayan ditanyai untuk memastikan keberadaannya. Dan setelah itu, sudah tiga malam berturut-turut kamar Ken gelap gulita saat Cath terbangun tengah malam untuk minum. Biasanya, ia selalu melihat celah cahaya dari bawah pintu kamar kakaknya, tanda bahwa Ken masih terjaga dengan pekerjaannya. Ketidakhadiran Naira seolah menarik Ken dari rutinitasnya yang kaku. Cath mencurigai jika Naira sudah melakukan hal licik lainnya yang membuat kakaknya tidak memiliki sikap yang tegas. Entah kejadian apa yang membuat Ken akhirnya manut den

    Last Updated : 2025-04-04
  • Kontrak Pemikat CEO Dingin   BAB XXXIX MASAK PERTAMA KALI

    Tenggorokan Naira tercekat, "Toloong ... Tolooong ..." teriak Naira panik memecah keheningan pagi dari arah dapur. Jantungnya berdebar kencang, rasa takut menjalari setiap inci tubuhnya. Ken yang sedang memakai kancing kemejanya, hendak bersiap pergi ke kantor, sontak keluar kamar menemui arah suara Naira yang minta tolong. Tampak asap mengepul di ruangan dapur dan api yang tertutup lap basah masih menjilat-jilat, ganas menyembur ke arah minyak di wajan. Aroma hangit menusuk bercampur bau gosong. Tanpa pikir panjang, Ken bergerak cepat. Dengan sigap, tangannya meraih kenop kompor dan memutarnya hingga mati. Kemudian ia menyambar lap bersih lain, di basahkannya di bawah keran air, lalu melemparkannya dengan tepat ke arah api yang merambat. Beberapa detik berlalu, perlahan api itu menyerah, padam menyisakan jejak jelaga dan bau asap yang menyengat. Ken menghela napas panjang, mencoba menenangkan diri sebelum akhirnya menoleh ke arah Naira. Gadis itu masih berdiri membatu di ambang pintu

    Last Updated : 2025-04-05

Latest chapter

  • Kontrak Pemikat CEO Dingin   BAB LXIX SEBUAH KEJUJURAN

    Ken mengerjapkan matanya, begitu suara ponsel berdering membangunkannya. Dalam pandangan samar, tangannya meraihnya di atas nakas. Ia mengucek matanya menatap sebuah panggilan masuk dari mamanya. Dengan suara yang masih parau, ia mengangkatnya, "halo, Mam, ada apa?" "Ken, apa kau sedang bersama Naira?" tanya Jasmine sedikit merendahkan suaranya. Ken melirik sekilas di sebelahnya, sosok Naira sudah tak ada. Terdengar suara air mengalir di kamar mandi. "Ah, dia, dia sedang di kamarnya, Mam," "Baguslah! Kau tahu tidak jika Laura kemarin ke apartemenmu?" Jasmine langsung ke inti pembicaraan. Sejenak Ken terdiam sedang mengingat kejadian kemarin. Apakah mamanya yang membuat Laura pergi dari penthousnya? Karena akhirnya menanyakan kembali padanya. "Aku tidak mengundangnya, Mam," jawab Ken dengan nada yang malas. "Aish! Kau ini bagaimana?! Diundang atau tidak, tapi dia itu pacarmu, Saya

  • Kontrak Pemikat CEO Dingin   BAB LXVIII TAMU TAK DI UNDANG

    Sandi pintu apartemen berbunyi beberapa kali. Namun tak juga terbuka. Ken dan Naira yang tampak melihat dari layar kamera pintu, hanya saling bertukar pandang. Dari layar kamera pintu, sosok asing berbalut gaun biru muda menyapa Naira untuk pertama kalinya. Kulit putih bersih dan kacamata hitam yang bertengger di rambutnya memberikan kesan anggun. Ia membawa satu koper hitam, dan kacamata hitam yang menyelip di atas rambutnya. Ponsel Ken sekali lagi berdering, Laura dalam video menghubunginya kembali. Ekspresi khawatir dan bingung tampak terlihat saat Ken menatap mata Naira. "Nai, ini tidak seperti yang kamu pikirkan," bisiknya, meraih jari tangan Naira. Dahi Naira berkerut dan melirik sebentar jemarinya yang terangkat, dan kembali memandang Ken di hadapannya. "Nai, kami sudah berpisah sejak beberapa hari sebelum kita bertemu untuk pertama kalinya. Kami juga sudah tak saling menghubungi. Dan, baru akhir-akhir ini dia mulai menghubungiku," tutur Ken menjelaskan. Kedua alisnya hampi

  • Kontrak Pemikat CEO Dingin   BAB LXVIII TERKURUNG

    Ken, tanpa mempedulikan rontaan Naira, menyeretnya paksa memasuki penthaus. Ia membantingkan Naira ke atas ranjang. Dengan kasar, Ia melempar jas dan dasi ke sembarang tempat di lantai, lalu melangkah lebar ke arah Naira yang sedang ketakutan. Naira berusaha keras menghalangi Ken mendekapnya. "Tuan, lepaskan! Hey, lepaskan!" serunya dengan nada yang sedikit meninggi. Napasnya tercekat mendapat tekanan tubuh Ken yang menghimpitnya. Deru napas Ken dan hawa panas yang tercipta dari tubuh Ken menerpa wajah Naira. "Tuan, ada apa denganmu?! Kenapa kau bersikap kasar seperti ini?!" tanya Naira kebingungan dengan sikap Ken yang berubah drastis. Sejak di paksa masuk ke mobil sepulang dari pameran hingga tiba di apartemennya, benaknya dipenuhi tanda tanya besar. Dengan sekuat tenaga, ia melawan, menyikut perut Ken dengan keras hingga membuatnya refleks mengaduh dan melepaskan dekapannya. "Nai ...kenapa kau lakukan ini?" gumamnya, kesakitan sambil memegangi perutnya yang b

  • Kontrak Pemikat CEO Dingin   BAB LXVII CINTA, UANG DAN KEKUASAAN

    "Pak Kendrick, Anda pikir semudah itu membatalkan perjanjian kita?!" sembur Antony, urat lehernya menegang. Pengkhianatan Ken terasa seperti tikaman yang menghunus jantungnya. Mata Ken hanya berkedip sekali, tatapannya dingin tanpa riak sedikit pun, seolah amarah Antony hanyalah debu yang beterbangan. Ia mengembuskan napas perlahan, sebuah jeda sebelum kata-kata terakhirnya menghantam meja pertemuan. "Tuan Antony..." suaranya rendah namun sarat makna, "...Anda pikir saya sebodoh putri William yang Anda perdaya?" Sudut bibir Ken tertarik sinis. "Pengkhianatan dibayar lunas dengan pengkhianatan. Jadi, Anda..." Ia menggantung kalimatnya, menatap intens Antony yang wajahnya mulai memerah padam. Ken membungkuk sedikit, berbisik dengan penekanan di setiap katanya, "...sedang menuai karma Anda sendiri, Pak Antony." Sebuah tepukan singkat namun keras mendarat di bahu Antony, sebelum Ken berbalik dan melangkah pergi, meninggalkan meja pertemuan itu dan menyisakan amarah

  • Kontrak Pemikat CEO Dingin   BAB LXVI SURAT BERHARGA

    "Ya, tuhan ...maafkan saya, nona. Saya tidak sengaja. Maaf, maaf, sekali lagi." Jeff buru-buru menganggukan beberapa kali kepalanya, tanda permintaan maafnya atas kelalaiannya. Suara teriak dan kehebohan orang di depannya, menyadari sedikit makanan tercecer mengenai sepatunya. "Oh my god, Mama?! Lihat, sepatuku terkena tumpahan kotoran!" ucap Cath menggerutu, menghentakkan sepatunya beberapa kali untuk menyingkirkan sedikit tumpahan di sepatunya. "Ya ampun, Sayang ..." Jasmine sangat terkejut, menutup mulutnya dengan kedua tangannya. Ia melirik tajam ke arah di hadapannya, sosok Naira dan orang tak dikenal melakukan kecerobohan terhadap putrinya. "Hey! Anda punya mata tidak? di tempat keramaian ini kenapa kau harus berjalan seperti itu?!" tegur Jasmine dengan nada yang tinggi. Jeff yang ketakutan, hanya memainkan jemari tangannya yang sedikit bekeringat. "Ma-maaf nyonya, ini murni kesalahan saya yang tidak berjalan benar," Sejenak suasana menjadi tegang, mengetahui siapa yang ber

  • Kontrak Pemikat CEO Dingin   LXV PERTEMUAN TAK TERDUGA

    "Kenapa kau masih saja tidak tahu diri?" tanya Ken dengan suara yang menekan. Aura wajahnya terasa mengintimidasi. Jantung Naira mencelos, dengan napasnya yang tercekat, mengetahui orang yang muncul dari dalam tenda bukanlah Jeff, melainkan Ken. "Kau?" gumam Naira, tampak panik memundurkan kakinya perlahan saat Ken melangkah pelan mendekatinya. Jeff yang tak jauh dari Naira, hanya terdiam membeku, tak sanggup menghadapi bosnya dengan tatapan yang menusuk. "Kau sedang ingin menemui siapa di sini?" tanya Ken sekali lagi, membuat tangan Naira meremas tas kecil yang terselempang di perutnya. Mata Naira mengerjap beberapa kali, berusaha tetap tenang meski tubuhnya seperti terasa mengecil. "Ma-maaf, tuan. Bukankah acara ini untuk siapa saja?!" jawab Naira sedikit gugup. "Benar sekali, nona. Tapi tidak untuk dirimu!" ucapnya sedikit berbisik dengan suara penuh penekanan. Naira menelan salivanya, tak kuat menahan tatapan Ken yang memburu. Ia pun m

  • Kontrak Pemikat CEO Dingin   LXIV PAMERAN TERBUKA

    Musik instrumental mengalun iringi suasana pameran lingkungan yang terbuka untuk umum. Beberapa stand bazar buku, stand proyeksi pengembangan teknologi, dan beberapa stand lainnya terpajang rapi di antara para pengunjung. Riuh rendah suara pengunjung menonton pagelaran budaya daerah dan aroma makanan khas pun turut meramaikan acara tersebut. Hari itu, cuaca ikut mendukung dengan langit yang membentang kebiruan, sinar mentari yang mulai merayap tinggi, membuat suasana pameran semakin ramai pengunjung. Tak ketinggalan, tampak beberapa anggota direksi dan kolega-kolega penting perusahaan pertambangan, ikut hadir meramaikan acara tersebut. Lalu lalang orang-orang dari para aktivis lingkungan, mahasiswa, hingga para jurnalis sibuk mewawancarai beberapa tamu undangan dari pegawai pemerintah, pengamat, dan orang penting lainnta. Tak ketinggalan sosok berpengaruh dalam acara itu pun, Kendrick sebagai CEO batu bara menjadi pusat perhatian bagi para staf pemerintah. "Wah ...sungguh

  • Kontrak Pemikat CEO Dingin   LXIII DIBERHENTIKAN TANPA ALASAN

    Dug! Dug! Dug! Suara pintu ruang kerja Ken di gedor begitu kencangnya. Keisya yang mendengar dari arah ruang kerjanya, terkejut melihat seorang karyawan bersikap tidak sopan. "Bu Naira?! Apa yang sedang kau lakukan di sini?" tanya Keisya dengan raut wajah sinis. "Maaf, Bu. Tolong biarkan saya masuk menemui pak Ken," "Apa maksudnya? Kau tidak semudah itu masuk sembarangan, kecuali atas perintah pak Kendrick langsung," sela Keisya mencegah Naira yang beberapa kali mengetuk pintu begitu keras. "Tadi saya baca di grup internal tim humas, bahwa pak Ken memberhentikan saya tanpa alasan." Suara Naira terdengar sedikit meninggi, sorot mata tajamnya terpancar. "Saya tak terima pak Ken memperlakukan semena-mena pada karyawannya yang baru seminggu bekerja." Naira terus bersikeras berbicara pada Keisya dengan suara yang lantang. Sementara di dalam ruangan, Ken duduk termenung di meja kerjanya, sambil mendengarkan suara Naira yang sedang berteriak memanggilnya. Ia menyilangkan kakinya, samb

  • Kontrak Pemikat CEO Dingin   BAB LXII KESEPAKATAN DUA PRIA

    Naira hanya membuka sedikit pintu kamarnya, pura-pura mencari pakaian, padahal telinganya sepenuhnya menangkap percakapan di luar. Ia ingin tahu apa yang dibicarakan Ken dan ayahnya. Ketika suara itu samar-samar bergerak menuju balkon, Naira melangkah hati-hati, tanpa menimbulkan bunyi sekecil apa pun. Ia melirik ke sekitar, memastikan William tidak melihatnya mencuri dengar. "Ya. Jika kau bisa memenuhi syarat saya, kau akan mendapatkan apa yang kau inginkan!" Ucapan William terdengar begitu jelas hingga membuat jantung Naira mencelos. "Syarat apa yang Papa maksud?" bisiknya lirih, dahinya berkerut dalam, matanya kosong, mencoba mencerna. Ken berdiri membelakangi Naira, namun dari sudut pandang itu terlihat jelas rahangnya yang mengeras. Tangannya mencengkeram pagar balkon dengan erat. Ia membisu, pandangannya tertuju ke kejauhan. Sementara itu, tatapan William tertancap tajam pada wajah Ken yang menegang. Napas Ken yang sedari tadi tertahan akhirnya keluar dengan berat. Ia mena

Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status